(IGT) CHAPTER 08

Alexa memasuki mansion itu dan membuat tamu Pak Hendra terkejut.

"Kau..!"

"Kamu..?"

Suara pria itu dan Alexa bersamaan, karena saking terkejutnya.

Ya, pria itu adalah Raffi, karyawan dari perusahaan Hawiranata Kusuma corp. Ia datang ke tempat itu atas perintah dari Bosnya. Yaitu, Saga Hawiranata Kusuma.

"Kalian saling kenal?" tanya Pak Hendra ketika melihat Alexa dan Raffi saling menyapa.

Walau sebenarnya itu bukanlah ucapan sapaan, melainkan ucapan reflek karena terkejut.

"Iya Yah." Jawab Alexa dan semakin membuat Raffi terkejut.

"Yah? Ayah, maksudnya?" ucap Raffi dalam keterkejutannya. Dan pertanyaan itu ditujukan kepada Alexa.

"Ya, benar." terdengar jawaban.

Namun, bukan dari Alexa melainkan dari Pak Hendra.

"Dia putri Saya!" lanjut Pak Hendra dengan tegas.

"Apa, Putri? Putri yang bagaimana maksudnya?!" suara itu berasal dari ruang dalam mansion itu.

Sontak membuat ketiga orang yang berada di mansion itu, menoleh kearah datangnya suara.

Tampaklah seorang wanita seusia almarhumah Bu Rianti keluar dari arah dalam mansion. Wanita itu, bukan hanya usia nya saja yang hampir sama, melainkan wajah serta postur tubuhnya pun sama persis seperti Almarhumah Bu Rianti.

Dan, itu membuat Alexa seperti terhipnotis. Alexa tertegun dengan mulut menganga, melihat wanita yang berdiri tepat di depannya sedang menilik dirinya.

"Apa maksudnya kau memanggil gadis dekil ini putrimu Pa?" tanya wanita itu sembari terus menatap Alexa dengan intens.

Sementara Raffi yang ingin menagih hutang dari Pak Hendra, hanya berdiri mematung menyaksikan adegan menegangkan di depannya.

"Dia memang Putriku, kau ingat kakakmu Rianti?" Pak Hendra balik bertanya kepada wanita itu.

Dan, pertanyaan dari Pak Hendra membuat mata wanita itu terbelalak, membulat sempurna.

'Kakak? Mengapa Ayah menyebut ibuku dengan sebutan kakak kepada wanita ini?' Batin Alexa.

"Ya, tentu saja aku akan selalu mengingat kakak ku tersayang, dia pergi karena… ," wanita itu terdiam, tidak meneruskan kata-katanya.

"Ayah, siapa Bibi ini?" Alexa yang tengah merasa bingung, memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenalkan, namaku Lusi, istri Mas Hendra!" Jawab wanita itu yang ternyata bernama Lusi.

"Namamu siapa?" Lanjut Lusi dengan bertanya.

"Aku Alexa Setiawan, putri dari ibu Rianti." Jawab Alexa

"Alexa Setiawan, heh, ternyata kakakku masih menyelipkan nama suaminya dibelakang namamu," ucap Bu Lusi dengan senyum sinis di bibir nya.

Melihat situasi terasa semakin memanas, Raffi pamit undur diri. Niatnya ingin menagih hutang, ia urungkan karena merasa tidak enak hati.

"Itu berarti, dia masih berharap untuk kembali ke mansion ini, oleh karena itu, kakakku mengirim dirimu terlebih dahulu!" kali ini nada bicara Bu Lusi terasa berbeda.

"Kakakku memang lihai," Bu Lusi melanjutkan ucapannya dengan nada suara yang sama, seperti orang yang sedang takut kehilangan.

Mendengar nada suara yang berbeda dari Bu Lusi, membuat Alexa berbicara, dengan tegas ia berkata,

"Bibi tidak perlu khawatir tentang ibuku, ibu tidak akan pernah datang ke mansion ini, karena saat ini ibu telah berada di dalam mansion yang jauh lebih indah dan penuh cinta didalamnya!"

Bu Lusi terlihat bingung mengartikan ucapan Alexa, dan itu membuat Pak Hendra menjelaskan apa sebenarnya yang telah terjadi kepada Bu Rianti.

Mendengar penjelasan dari suaminya, Bu Lusi terdiam. Tampak raut wajahnya berubah.

"Jadi, kakak ku telah tiada?" lirih Bu Lusi dengan raut wajah kesedihan. Namun, itu hanya untuk sementara, karena di detik berikutnya ia tersenyum puas.

"Ya, jadi Bibi tidak usah khawatir, posisimu aman!" Alexa sengaja mengatakan hal itu, karena ia merasa sangat kesal dengan ucapan Bu Lusi yang menyebalkan baginya.

Walau bagaimanapun, sedikit banyak Alexa bisa memahami apa sebenarnya yang telah terjadi diantara Ibu, Ayah dan wanita itu.

"Sudahlah, Alexa pasti lelah karena seharian ia bekerja." Pak Hendra menengahi antara putri dan istrinya.

"Ayo nak, Ayah antar kau ke kamarmu." ajak Pak Hendra lalu menggandeng tangan Alexa menaiki tangga.

Sementara Bu Lusi memandangi Alexa dengan tatapan tidak suka, meskipun ia tahu, bahwa Alexa adalah keponakannya sendiri.

Didalam kamar yang mewah dan indah, seluruh aksesoris tampak tertata rapi di tempatnya.

Dengan bola mata berbinar, Alexa menatap sekeliling ruangan.

"Bagus sekali Yah, aku rasa ini terlalu mewah," gumam Alexa penuh rasa kagum dengan ruangan kamar yang akan ditempatinya.

"Tidak Nak, ini belum seberapa jika dibanding dengan perbuatan ku kepadamu dan juga ibumu." sahut Pak Hendra dengan penuh penyesalan.

"Seharusnya kau dibesarkan dilingkungan ini, bersama dengan seluruh kerabat kita." lanjut Pak Hendra.

"Tidak apa-apa Yah, yang penting sekarang Aku dan Ayah telah bersama," jawab Alexa, sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap tegar. Mengingat nasibnya yang sangat jauh berbeda dengan keluarga Ayahnya.

"Maafkan semua ucapan Mama Lusi, dia orangnya memang seperti itu,"

"Tidak apa-apa Yah, mungkin seiring berjalan nya waktu, Bibi akan bisa menerima kehadiran ku disini."

Pak Hendra mengangguk mendengar perkataan putrinya.

"Ayah tidak pernah menyangka akan memiliki seorang putri yang cantik dan berpikiran dewasa sepertimu," puji Pak Hendra, dan sontak membuat Alexa tersipu malu.

Ya, walau di usianya yang masih sangat muda, Alexa mampu berpikir secara dewasa dan mempertimbangkan eksekuensinya terlebih dahulu sebelum ia mengambil suatu tindakan.

"Ayah pergi dulu, sekarang istirahatlah!" Pak Hendra mengecup kening putrinya dengan penuh kasih sayang.

Ingin rasanya ia mencurahkan segala perhatian dan kasih sayangnya saat itu juga, dan berbincang-bincang mengenai masa kecil Alexa. Namun, Pak Hendra menyadari kalau putrinya pasti sangat lelah, oleh karena itu, ia memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut. Lagi pula Pak Hendra masih memiliki urusan lain yang harus segera ia selesaikan.

Kini tinggallah Alexa seorang diri di kamar itu, Alexa duduk bersandar pada tepi ranjang. Sedangkan kedua kakinya di biarkan terjulur di lantai.

TOK. TOK. TOK.

Suara pintu di ketuk dari luar, kemudian terdengar suara seorang wanita memanggi namanya.

"Non, Non Alexa, ini Saya Sarinah, pelayan di sini!"

Alexa bergegas membuka pintu, pandangannya langsung tertuju kepada apa yang dibawa oleh pelayan itu.

Alexa tersenyum melihat gelas besar berisi jus orange, melihatnya saja Alexa telah bisa merasakan betapa segarnya rasa minuman itu.

Alexa mengecap lidahnya, air liurnya seakan hampir menetes.

"Tuan memerintahkan Saya untuk mengantarkan jus ini kepada Non Alexa!" Ucap Bi Sarinah seraya meletakkan jus itu di atas meja.

Saat itu ia telah berada didalam kamar Alexa.

"Terimakasih Bi!" Sahut Alexa seraya meraih gelas itu, lalu meneguknya.

GLEK. GLEK. GLEK… AH..

Alexa mengusap mulutnya setelah meminum jus orange itu.