Mendengar jawaban dari Saga yang terkesan sombong dan angkuh, membuat Alexa tersenyum sinis seraya berkata,
"Aku tidak peduli kau itu CEO, OB atau apalah, yang jelas aku tidak ingin menjual tanah ini!" sergah Alexa, sontak membuat Saga dan Raffi membulatkan kedua mata mereka.
Baru pertama kalinya seorang Saga, pria tampan dan mapan. Bertubuh kekar dan tegap, serta gayanya yang terkesan angkuh dan sombong. Disergah oleh gadis desa yang tidak ingin tahu-menahu tentang identitas dirinya.
Septi memegang lengan Alexa seraya berkata,
"Lexa!"
"Diamlah, ini urusanku!" Alexa melepaskan pegangan tangan Septi.
"Apa Anda tahu siapa dia?" Raffi merasa tersinggung karena atasannya diperlakukan secara tidak sopan.
"Sudah kukatakan bukan, aku tidak perduli siapa kalian, bagiku kalian hanyalah dua manusia pengusik ketenangan orang lain!" suara Alexa semakin terdengar lantang.
"Beraninya kau!" Raffi hampir kehilangan kesabarannya.
Saga menjulurkan sebelah tangannya ke arah Raffi, memberi isyarat agar karyawannya itu tidak meneruskan perkataannya.
"Tapi Tuan… ," Raffi menghentikan ucapannya yang belum selesai ketika Saga menatapnya dengan intens.
Raffi pun menunduk, sedangkan Alexa tengah memperhatikan kedua pria yang berdiri di depannya.
"Aku harap kau tidak akan menyesal Nona!" ucap Saga dengan menarik sudut bibirnya ke atas.
Saga tersenyum, sebuah senyum yang mengerikan, lebih tepatnya ia menyeringai.
"Permisi!" Saga melangkahkan kakinya, meninggalkan Alexa, Mbok Mirah dan Septi.
"Saya telah berbicara baik kepada Anda, tapi Anda malah bersikap tidak sopan terhadap kami, sebenarnya tadi kami ingin membelinya dengan harga yang tinggi, dan selain itu, para warga disini akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan, karena pabrik kami akan mengambil karyawan dari para warga desa ini terlebih dahulu." Raffi menjelaskan.
"Aku tidak ada urusan dengan kalian, dan aku juga tidak akan pernah menjual tanah ini sampai kapanpun, jadi lebih baik sekarang kau pergi, susul Bos mu itu!" Alexa masih tetap pada pendiriannya.
"Baiklah, Nona, Saya harap Anda benar-benar tidak akan menyesal!"
"Tidak akan pernah!"
Akhirnya Raffi pun pergi dengan hasil yang nihil, impian untuk membangun salah satu pabrik kertas kini hanya tinggallah impian saja.
Sedangkan Alexa dan Mbok Mirah tersenyum puas karena telah berhasil mengusir para manusia pengusik itu.
"Seharusnya kamu biarkan saja tanah ini dibeli." Tiba-tiba saja Septi berbicara.
"Apa maksudmu?" Alexa mengerutkan kening mendengar ucapan Septi.
"Coba kamu pikir, jika tanah ini laku dengan harga tinggi, kalian bisa membeli tanah yang lain untuk dijadikan tempat tinggal, selain itu, jika pabrik telah selesai dibangun, kamu juga bisa bekerja di sana, jadi kamu tidak perlu menjadi penjual koran lagi," tutur Septi.
Alexa terdiam mendengar penjelasan dari septi, ia sebenarnya juga memiliki pemikiran yang sama seperti Septi, namun, emosi telah terlebih dulu menguasai dirinya.
"Uh, sombongnya!" seru suara yang berasal dari arah depan, dari arah jalan yang melintang di depan rumah Mbok Mirah.
"Sudah jelek, miskin, angkuh lagi!" sahut yang lain.
"Pura-pura jual mahal, padahal mau!" yang lain pun menimpali.
Ya, siapa lagi mereka kalau bukan ketiga gadis bar-bar yang kerjanya hanya mengurus urusan orang lain, yaitu Alexa yang telah lama menjadi bahan bullyan mereka bertiga. Siapa lagi kalau bukan Rini, Gina dan Via.
Alexa yang telah tersulut emosi sejak perdebatan dengan kedua pria tadi, hatinya semakin panas. Ingin rasanya Alexa menjambak-jambak rambut dan mencakar wajah ketiga gadis bar-bar itu.
Namun, Alexa masih mampu untuk menahan dirinya, mengingat ayah dari Rini yaitu, Pak Agus, sebagai ketua RT telah banyak memberikan bantuan untuk proses pemakaman ibunya.
Oleh karena itu, Alexa hanya berkata,
"Nona-nona bar-bar yang manis, dari pada mengurusi urusan orang lain, akan lebih baik jika kalian melakukan bakti sosial, untuk menyibukkan diri kalian dengan hal-hal yang lebih berfaedah, dari pada kalian sibuk memperguncingkan orang lain."
Kemudian Alexa memasuki rumahnya tanpa memperdulikan ketiga gadis itu yang sedang tersulut emosi mendengar perkataannya.
Sementara itu, Raffi telah melesatkan mobilnya dengan kencang. Raffi hanya terdiam seraya menyetir mobil, sepatah katapun tidak terdengar keluar dari dalam mulutnya.
Saga mengeraskan rahang, hingga tampaklah otot-otot menonjol menghiasi wajahnya.
"Sial, baru pertama kalinya aku bertemu dengan perempuan seperti dia, egois, angkuh dan sombong." Saga menggerutu.
"Cari semua informasi tentang perempuan itu, aku tidak yakin kalau dia adalah putri dari wanita tua itu!" perintah Saga terhadap Raffi.
"Baik, Tuan!" Raffi menyanggupi perintah Tuannya.
"Aku ingin membuat perhitungan dengan perempuan itu, agar dia tahu siapa Saga Hawiranata Kusuma!" Saga mengepalkan tinjunya erat-erat.
Selama ini belum pernah ada yang berani menentang dirinya seperti yang telah dilakukan oleh Alexa. Karena rasa marah, Saga mengumpat Alexa.
"Dasar, perempuan kampung, tidak tahu etika!"
Raffi hanya menghela napas panjang melihat sikap Tuannya, Saga yang tadi terlihat tenang saat menghadapi Alexa, ternyata hanya pura-pura saja, karena pada kenyataannya, Saga merasa sangat marah.
"Bagaimana dengan Hendra Setiawan, apakah ada perkembangan?" tiba-tiba saja, Saga bertanya tentang orang yang bernama Hendra Setiawan.
"Masih sama Tuan, belum ada perubahan sama sekali," jawab Raffi dengan hati-hati.
Tangannya masih tetap menyetir dengan tenang.
"Kalau begitu, perintahkan kepada anak buahku, untuk mendatangi rumahnya, ambil saja barang barang berharga di dalam rumah itu," perintah Saga.
Memang, pria yang bernama Hendra Setiawan, banyak berhutang kepada Saga untuk kepentingan bisnisnya.
Di tambah lagi, Hendra Setiawan telah dibuat hampir bangkrut akibat ulah istrinya yang terlalu boros dan suka berfoya-foya.
Setiap hari, Lusi hanya sibuk dengan Arisan dan shopping bersama teman-temannya. Bahkan Lusi tidak segan-segan membayarkan barang belanjaan milik teman-temannya.
Dengan tujuan agar ia terlihat lebih dermawan dan terpandang.
Di mulai dari sinilah, bisnis Pak Hendra mulai merosot. Untuk menyelamatkan masa depan perusahaannya, Pak Hendra terpaksa meminjam uang dalam jumlah yang sangat besar kepada Saga.
Dan, hutangnya itu telah jatuh tempo beberapa hari yang lalu.
"Dan, peringatkan dia agar segera melunasi hutangnya!" Saga melanjutkan perintahnya!"
"Baik, Tuan," jawab Raffi cepat.
Raffi adalah salah satu karyawan kepercayaan Saga, selain kinerjanya bagus, Raffi juga jujur dan baik. Hingga membuat Saga percaya kepadanya.
Mendapat kepercayaan dari Bosnya membuat Raffi semakin totalitas dalam seluruh pekerjaannya. Tidak satupun dari pekerjaannya yang tidak terselesaikan.
Apapun pekerjaan yang diberikan kepadanya, Raffi selalui bisa menanganinya dengan sebaik-baiknya.
Mobil terus berjalan menyusuri jalanan yang berbatu.
"Jalannya begitu rusak, membuat kepalaku terasa pusing," ucap Saga seraya memegangi kepalanya.
"Benar Tuan, rupanya didesa ini tidak ada program untuk perbaikan jalan." lanjut Raffi, pandangannya masih fokus ke depan.
"Jika berhasil mendapatkan tanah itu, aku akan memperbaiki jalan ini, hingga nantinya semua orang akan merasakan perubahan yang besar dengan adanya bisnisku di desa ini." Saga terlihat begitu yakin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Nuna Nrw
sebenarnya bagus, cuman gimana yah, hak alexa juga untuk menolak
2023-08-25
0
Nuna Nrw
ga kebalik tuh saga??
2023-08-25
0
Nuna Nrw
skill alexa ni, buat si saga mati kekesalan
2023-08-25
0