Pagi-pagi sekali Alexa telah bersiap untuk pergi kerumah Septi, seperti biasa ia mengambil koran-koran itu di sana. Kemudian, menjualnya ke rumah-rumah warga dan beberapa toko.
"Sekali lagi Bu, Aaaa!" Alexa memberikan suapan terakhir kepada ibunya.
"Pinter," ucap Alexa ketika suapan terakhir berhasil memasuki mulut Bu Rianti.
"Sudah, sudah, ibu sudah kenyang," celetuk Bu Rianti setelah menelan kunyahan nya.
"Memang sudah habis Bu, kalau setiap hari ibu makan seperti ini terus, aku yakin ibu pasti cepat sembuh!" Alexa menyemangati Bu Rianti.
Memang kali ini Alexa mengambil sesendok nasi lebih banyak dari porsi biasanya, awalnya ia menduga kalau porsi kali ini tidak akan habis oleh ibunya.
Namun, pada kenyataannya Bu Rianti telah menghabiskan porsi itu walau dengan susah-payah.
Setelah memberikan air minum kepada ibunya, Alexa membereskan piring dan gelas yang kotor, lalu mencucinya.
Kini Alexa hanya tinggal menunggu kedatangan Mbok Mirah yang pergi ke pasar menjual kayu bakar untuk ditukarkan dengan bahan pokok.
Ya, walaupun sudah tua, Mbok Mirah masih giat bekerja. Ia mencari kayu bakar di ladang milik tetangganya yang merasa tidak keberatan. Mbok Mirah berniat membantu Alexa untuk mencari nafkah.
Walaupun hasilnya hanya sedikit, akan tetapi cukup untuk makan mereka bertiga tentunya dengan tambahan dari penghasilan Alexa.
"Aku pergi dulu ya Mbok, titip Ibu." pamit Alexa sebelum pergi. Saat itu Mbok Mirah sedang menurunkan beban yang dibawanya, berupa dua kilo beras, satu liter minyak goreng dan beberapa lauk pauk untuk simpanan selama tiga hari.
Sebenarnya Alexa ingin berpamitan kepada ibunya. Namun, karena Bu Rianti telah tertidur, akhirnya Alexa mengurungkan niatnya, karena tidak ingin mengganggu ibunya yang sedang tertidur.
"Tenang saja, aku pasti akan menjaga ibumu dengan baik," jawab Mbok Mirah seraya menuangkan air putih pada gelas plastik lalu meneguknya.
"Assalamu'alaikum." Alexa mengucapkan salam sebelum melangkahi pintu.
"Waalaikum salam," jawab Mbok Mirah dari arah dalam rumah.
Beberapa menit kemudian, Alexa tiba di rumah Septi, teman sepergaulannya, walau Septi lebih dewasa darinya. Septi orangnya baik dan ramah, ialah yang selalu membantu Alexa di saat kesusahan hingga pada akhirnya Alexa berprofesi sebagai penjual koran. Dan Septi sebagai agennya.
"Aku setor segini dulu ya mbak." Alexa menyodorkan tiga lembar uang lima ribuan dan lima lembar uang dua ribuan. itu adalah hasil selama tiga hari.
Septi meraih uang itu dengan tersenyum, lalu ia berkata dengan lemah lembut.
"Tidak apa-apa, walaupun sedikit kita harus tetap bersyukur."
"Ya Mbak, kita harus tetap bersyukur dalam kondisi apapun," sahut Alexa.
"Ya, benar, ini korannya, tapi jualnya jangan jauh-jauh ya," ucap Septi setelah memberikan setumpuk koran kepada Alexa.
"Ya Mbak, kalau begitu aku pamit dulu," ucap Alexa.
"Ya, Hati-hati!" sahut Septi.
Sepulang dari rumah Septi, Alexa langsung menjajakan korannya. Ia memasuki lorong demi lorong untuk menjual korannya.
Alexa melakukannya dengan senang hati, walaupun terkadang ia merasa tidak nyaman dengan perbincangan para gadis yang seumurannya.
"Lihatlah, si Alexa itu, apa dia tidak malu tiap hari keluar masuk rumah warga jualan koran!" seru Rini kepada teman-temannya, salah satu gadis yang berasal dari keluarga terpandang.
Pekerjaannya sehari-hari hanyalah bergosip dan mempergunjingkan Alexa.
"Merusak pemandangan saja!" seru Gina menambahkan.
"Yo'i jadi sampah masyarakat!" seru Via pun menyahuti.
Ketiga gadis itu seakan tidak pernah bosan bergosip tentang Alexa, bagaikan artis terkenal Alexa menjadi perbincangan hangat di kalangan mereka.
Alexa yang secara kebetulan melintas di depan mereka, secara langsung mendengar dengan jelas perbincangan mereka tentang dirinya.
Namun, Alexa tidak memperdulikan hal itu, biarlah mereka dengan puas menggosipi dirinya yang terpenting bagi Alexa adalah, ia mencari rizki dengan cara yang halal.
Disaat Alexa sedang menjajakan korannya, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya dari kejauhan. Saat Alexa menolah tampaklah Septi sedang berlari ke arahnya.
" Hah… hah… hah…." Nafas Septi ngos-ngosan.
"Ada apa Mbak?" tanya Alexa ketika Septi telah berada di sampingnya.
Septi mengatur nafas, perlahan mulai membaik.
"Itu, Bude Rianti, hah… hah...," ucap Septi nafasnya masih sedikit memburu.
"Kenapa dengan Ibu, Mbak?" kini Alexa terlihat khawatir.
"Ayo cepat pulang, Bude…Bude sekarat!" Septi berusaha memberi tahu Alexa.
Dan benar saja, mendengar ucapan Septi yang terakhir, Alexa langsung berlari dengan tetap mendekap koran-korannya menuju ke arah rumahnya.
"Lex, tunggu… !" seru Septi.
Namun, Alexa telah jauh berlari di depan sana. Septi pun mengejarnya dengan sisa tenaga dan nafasnya yang sedikit ngos-ngosan.
Sejauh apapun Alexa berlari, sebanyak apa pasang mata menatap dirinya, Alexa tidak peduli. Hanya satu tujuannya yaitu, segera sampai di rumahnya.
BRAAAK.
Koran-koran yang di pegang Alexa terjatuh berhamburan begitu saja, saat Alexa tiba di depan rumahnya yang telah dipenuhi oleh para tetangga yang berdatangan.
Dengan langkah gontai Alexa memasuki
Rumahnya, terdengar suara Mbok Mirah menangis.
Seluruh tubuh Alexa terasa lemas, persendiannya terasa kaku ketika melihat sosok tubuh kurus kering terbujur tak berdaya dikelilingi para tetangganya.
Tubuh Alexa ambruk di samping jenazah ibunya, ia tidak kuasa menahan air mata yang tiba-tiba saja mengalir, menyeruak dari dalam kelopak matanya.
"Hiks… hiks… hiks… Ibu…!" suara tangis Alexa pecah di samping jenazah ibunya.
Alexa memeluk tubuh Bu Rianti yang telah terbujur tak berdaya, hanya sebuah kain yang menutupi tubuh itu.
"Ibu, mengapa tinggalkan Lexa," lirih Alexa tetap memeluk tubuh ibunya yang telah tidak bernyawa.
"Maafkan Lexa, seharusnya aku tidak pergi, seharusnya aku menjaga Ibu." Alexa menyalahkan dirinya sendiri.
"Sudahlah nak Lexa, mungkin ini jalan terbaik dari Tuhan untuk ibumu," bujuk Mbok Mirah setelah tangisnya mereda. Tangan Mbok Mirah mengelus pundak Alexa, berusaha untuk saling menguatkan.
"Ya nak Lexa, lebih baik kau doakan saja, semoga Bu Rianti tenang di alam sana," bujuk salah satu tetangga yang duduk di sampingnya.
"Bukankah keadaan ibu baik-baik saja Mbok, saat aku tinggalkan?" Alexa teringat sebelum ia pergi ibunya sedang tertidur pulas.
"Ya, kamu benar Lexa, saat itu ibumu sedang tertidur, tapi saat Mbok tinggal sebentar… Ibumu tiba-tiba berteriak dan saat Mbok telah kembali ibumu telah sekarat," tutur Mbok Mirah sejujurnya.
Memang keadaan Bu Rianti telah sekarat saat Mbok Mirah kembali dari halaman belakang rumahnya. Karena terkejut, Mbok Mirah langsung pergi kerumah Septi, karena ia menduga Alexa sedang berada di sana.
Oleh karena itu, Septi bersedia untuk menyusul Alexa dan menyuruh Mbok Mirah segera kembali ke rumahnya.
Dan, saat Mbok Mirah kembali, kondisi Bu Rianti telah tak bernyawa.
Alexa menangis dengan penuh rasa sesal di dalam hatinya. Ia menyesal karena tidak bisa menemani ibunya bahkan disaat-saat terakhirnya.
"Mengapa ibu pergi secepat ini, mengapa ibu tidak menunggu Alexa terlebih dulu," rintih Alexa dengan suara lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Nuna Nrw
merinding aku bacanya. baru saja alexa menyuapi ibunya, ya ampun kasian mau alexsa😭😭😭
2023-08-25
0
Nuna Nrw
kalian itu yang jadi sampah, bahkan benalu masyarakat yang merayap ta ada gunanya
2023-08-25
0
Nuna Nrw
kalau ditanya dia pengen seperti itu, tentu jawabnya tidak. namun apa daya, itu takdir yang harus ia terima. jika disuruh pilih iya juga tidak mau, dari pada kalian suka menggunjing orang mendingan bantu orang tua
2023-08-25
0