Kemudian Saga merebahkan dirinya diatas sofa, lama ia memandangi Alexa, pada akhirnya ia pun terlelap kembali ke alam mimpi.
Suasana kembali sunyi, hanya hembusan napas dua manusia itu yang terdengar didalam kamar tersebut.
***********************************************
Selesai menjalani operasi, Tiara segera dipindahkan ke ruang rawat. Kondisinya telah mulai stabil, hanya saja ia belum sadarkan diri karena efek obat bius yang disuntikkan kepadanya sebelum di operasi.
"Maaf, tuan dan nyonya mari ikut Saya sebentar!" Dokter Indah mengajak Pak Hendra dan Bu lusi ke ruangannya.
Saat itu, Pak Hendra dan Bu Lusi hendak mengikuti Tiara yang telah dibawa oleh perawat menuju keruang perawatan.
"Ada apa Dok?" Bu Lusi pun bertanya karena merasa Khawatir.
"Apakah ada yang serius dengan kondisi putri kami Dok?" Pak Hendra mulai menduga-duga.
"Sebaiknya, kita bicarakan di ruangan Saya saja." jawab Dokter Indah, lalu bergegas pergi menuju ke arah ruangannya yang diikuti oleh Pak Hendra dan Bu Lusi.
Setelah melewati koridor rumah sakit yang lumayan panjang, akhirnya mereka tiba di ruangan Dokter Indah.
Pak Hendra dan Bu Lusi duduk di kursi setelah di persilahkan sebelumnya oleh Dokter Indah. Mereka duduk saling berhadapan.
"Ada suatu hal yang sangat serius yang ingin Saya tanyakan kepada tuan dan nyonya." ucap Dokter Indah membuka pembicaraan.
Mendengar ucapan dari Dokter Indah, Pak Hendra maupun Bu Lusi saling berpandangan. Kemudian di antara rasa gelisah Bu Lusi berkata,
"Ya, silahkan Dok!"
Dokter Indah menarik napas dalam-dalam, kemudian memandang Pak Hendra dan juga Bu Lusi secara bergantian, semakin membuat Pak Hendra dan Bu Lusi semakin penasaran.
"Apakah putri tuan dan nyonya, sudah menikah?" tanya Dokter Indah dengan sedikit ragu.
"Saya menemukan ini di saku celana putri Anda." Dokter Indah menyodorkan kartu pelajar kepada Pak Hendra.
"Putri Saya masih sekolah Dok, dia belum menikah!" jawab Bu Lusi mewakili suaminya.
"Tapi, Saya menemukan fakta lain mengenai putri Anda!" tukas Dokter Indah dengan tegas.
Pak Hendra dan Bu Lusi saling berpandangan.
"Putri Anda HAMIL!" lanjut Dokter Indah memperjelas ucapannya.
Bagai tersengat listrik beribu-ribu volt, Pak Hendra dan Bu Lusi terkejut mendengar penjelasan dari Dokter Indah. Seluruh tubuh keduanya gemetar, kalau bukan saja seorang Dokter yang memberitahukan kepada mereka, maka pastilah Pak Hendra dan Bu Lusi tidak akan percaya.
"Hamil, Dok?" seakan tak bertenaga, Bu Lusi bertanya mewakili suaminya.
Sedangkan Pak Hendra hanya diam membisu, antara marah dan malu berbaur menjadi satu. Hilang sudah wibawanya, Pak Hendra merasa gagal sebagai seorang Ayah.
"Ya, awalnya Saya sempat ragu, tapi setelah beberapa kali diperiksa, dan ternyata benar, Tiara sedang hamil dua minggu." jawaban Dokter Indah sangat meyakinkan.
Kedua orang tua Tiara benar-benar merasa malu, mereka malu kepada Tuhan, malu kepada Dokter Indah dan malu kepada Diri mereka sendiri.
"Sekarang apa yang harus kami lakukan Dok?" dalam kekecewaan Bu Lusi bertanya tentang solusi dari masalah itu.
"Dia harus menggugurkan kandungannya!" seru Pak Hendra dengan lantang.
Dokter Indah terkejut mendengar perkataan Pak Hendra. Sedangkan Bu Lusi hanya pasrah.
"Tidak tuan! menggugurkan kandungan itu sama saja dengan membunuh bayi yang tidak berdosa, dan itu sangat dilarang oleh agama, janganlah menambah dosa tuan!" Dokter Indah berusaha melarang Pak Hendra yang mulai gelap mata.
"Lalu? Apakah ada solusi yang lain Dok, selain menggugurkan kandungan itu? Kami sangat malu Dok!" Sergah Pak Hendra dengan emosi tinggi.
"Jangan terlalu dibawa emosi tuan, akan lebih baik jika kalian sebagai orang tua bertanya secara baik-baik dan jangan sampai menekan batinnya." sahut Dokter Indah memberi saran.
"Ingat, kondisi putri kalian saat ini sedang labil, jika terlalu di tekan batinnya, bukan tidak mungkin Tiara akan mencoba bunuh diri lagi." lanjut Dokter Indah.
Pak Hendra dan Bu Lusi kembali terdiam, jujur mereka pun tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada putri mereka. Sebenarnya Pak Hendra marah kepada istrinya, yang selalu memanjakan Tiara.
"Ini semua karena dirimu, yang selalu memanjakan Tiara dan membiarkannya bergaul secara bebas!" kini Bu Lusi yang menjadi sasaran kemarahan Pak Hendra.
Memang benar, selama ini Pak Hendra selalu mengingatkan istrinya agar tidak terlalu memanjakan Tiara. Namun, dengan alasan kasihan Bu Lusi tetap memanjakan Tiara hingga pada akhirnya Tiara terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Bahkan disaat party bersama dengan teman-temannya, Tiara selalu mengakhiri permainannya di kamar hotel, ini tidak hanya terjadi sekali dua kali, tetapi berkali-kali.
Dan kedua orang tua nya tidak pernah menyadari akan hal itu, dikarenakan mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
"Kenapa malah mama yang disalahkan? Papa juga orangtuanya kan?" sergah Bu Lusi tidak kalah sengit.
Melihat insiden didepannya, Dokter Indah segera angkat bicara.
"Maaf, jika tuan dan nyonya ingin berdiskusi, silahkan lakukan diluar!"
Seketika kedua orang itu menghentikan aksinya, lalu sama-sama berpamitan meninggalkan Dokter Indah.
Sedangkan Dokter Indah hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan perilaku suami istri itu.
Didalam ruang rawat.
Tiara yang mulai tersadar dari pengaruh obat bius, mulai membuka kedua matanya. Ia menatap sekeliling dengan heran.
"Apakah aku sudah mati? Apakah aku sudah berada di alam lain?" lirih Tiara dengan suara yang masih terdengar lemah.
Kemudian Tiara melirik ke arah infus yang menggantung di atasnya.
"Apakah dialam lain juga ada infus? Macam rumah sakit saja." bisik Tiara seorang diri.
Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan dua sosok yang tidak asing lagi baginya. Kedua mata Tiara membulat, seakan tidak percaya kalau ia melihat kedua orang tuanya.
"Papa, mama!" seru Tiara lirih. Ia menepuk-nepuk kedua pipinya, berharap itu bukanlah kenyataan.
Bu Lusi menghampiri putrinya dengan penuh rasa iba, di usianya yang masih muda Tiara harus menerima semua kenyataan pahit ini.
"Tiara…," ucap Bu Lusi seraya mengelus rambut putrinya dengan lembut.
"Kenapa mama menangis?" Tiara bertanya ketika melihat kedua mata Bu Lusi yang sedikit berembun.
Sedangkan Pak Hendra berdiri lebih jauh dari istri dan putrinya, itu sengaja ia lakukan karena tidak ingin lepas kendali akibat kemarahannya.
Bu Lusi menatap mata Tiara lebih lama dari biasanya.
"Tolong jawab pertanyaan mama dengan jujur."
"Pertanyaan apa ma?" Tiara merasa heran, biasanya Bu Lusi langsung bertanya begitu saja, tanpa memberitahu terlebih dahulu.
"Dengan siapa kau pernah berhubungan?" tanya Bu Lusi seraya menatap kedua mata Tiara. Ia pasti akan tahu dari tatapan itu, ketika putrinya berbohong.
"Berhubungan? Apa maksud mama?" Tiara pura-pura tidak mengerti.
"Ayolah, Tiara kau harus jujur dengan mama!" pinta Bu Lusi.
"Mama tahu, kau telah berkali-kali melakukan suatu hal ini dengan seorang lelaki," lanjut Bu Lusi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
apa karna gara-gara ini tiara bunuh diri..
2023-04-14
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
hayo coba di ingat ingat kembali
2023-03-29
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
kebanyakan dimanja jadi di blabaskan itulah akibatnya dan penyesalan pun akan datang pada akhirnya
2023-03-29
0