Seluruh tetangga merasa simpati atas meninggalnya Bu Rianti, terlebih lagi kepada Alexa yang kini hanya tinggal sebatang kara. Beruntung masih ada Mbok Mirah yang bersama Alexa saat ini.
"Makamnya sudah siap, lebih baik kita segera urus jenazahnya, agar pemakaman bisa dilaksanakan secepatnya," ujar Pak Agus, yang merupakan ketua RT di desa Ciganjur, kecamatan jagakarsa.
Di Desa itulah Alexa hidup dan kehilangan orang satu-satunya yang ia miliki di dunia ini.
"Benar Pak RT, pemakaman dilaksanakan lebih cepat, lebih baik!" seru salah seorang penduduk yang datang bersama Pak Agus.
Akhirnya atas persetujuan Alexa dan beberapa warga, mereka melaksanakan Tajhizul mayyit, yaitu memandikan yang dilakukan oleh warga perempuan, mengkafani juga dilakukan oleh warga perempuan, sedangkan menshalati, ini dilakukan oleh warga lelaki serta proses pemakaman pun juga sama dilakukan oleh para lelaki.
Tak berapa lama proses Tajhizul Mayyit pun selesai, hanya tinggal pemakamannya saja.
Keranda jenazah Bu Rianti dibawa oleh beberapa warga desa menuju pemakaman, tempat peristirahatan terakhir.
Sedangkan Alexa mengiringi keranda jenazah ibunya dari belakang, tak henti-hentinya ia menangis. Rasa kehilangan atas meninggalnya Bu Rianti sangat melukai hatinya. Mbok Mirah dan Septi menggandeng Alexa di sisi kanan-kirinya.
"Kita disini saja," ucap Septi ketika mereka telah tiba di tempat pemakaman. Ia menghentikan langkah Alexa.
"Tidak Mbak, aku harus tetap bersama ibu hingga tempat peristirahatan terakhirnya," tolak Alexa.
Septi tidak berniat mencegah Alexa
untuk mengikuti proses pemakaman, melainkan ia hanya tidak ingin Alexa semakin terluka saat menyaksikan jenazah ibunya dimasukkan ke dalam liang lahat.
"Baiklah jika itu maumu," ucap Septi.
Akhirnya mereka kembali melanjutkan langkah menuju pemakaman. Menyusul Mbok Mirah yang telah jauh di depan.
Beberapa menit kemudian, proses pemakaman pun selesai. Selesai mendoakan jenazah Bu Rianti, satu persatu para warga pulang ke rumah mereka masing-masing.
Kini hanya tinggallah Alexa yang ditemani oleh Mbok Mirah dan Septi. Alexa masih tetap menangis di atas pusara ibunya.
Orang yang selama ini selalu menyayanginya, orang yang tidak pernah bosan memberi nya semangat, kini hanya tinggallah seonggok tanah bertabur bunga.
Tidak ada lagi tangan lembut yang membelai rambutnya, tidak ada lagi suara merdu yang memanggil namanya dengan syahdu.
Semua hanya tinggallah kenangan.
"Sekarang Lexa harus bagaimana Bu? Lexa sendirian," lirih Alexa seraya memeluk pusara Bu Rianti.
Mbok Mirah dan Septi yang melihat Alexa meratapi kepergian ibunya, pun ikut menangis.
"Tabahkan hatimu nak, kamu tidak sendiri, ada Mbok yang akan selalu bersamamu," bujuk Mbok Mirah, walaupun di dalam hatinya sendiri ia merasa sangat terpukul dengan meninggalnya Bu Rianti yang telah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
Mbok Mirah menyeka air mata yang terus mengalir di pipi Alexa.
Septi yang duduk disamping Alexa pun ikut menenangkan.
"Ya, Lexa, benar apa yang dikatakan oleh Mbok Mirah, aku akan selalu ada disaat kamu membutuhkan bantuan."
Alexa melepas pelukan dari pusara ibunya, lalu memeluk Septi dan Mbok Mirah secara bergantian.
"Terimaksih Mbok, terimakasih Mbak Septi, tanpa kalian berdua aku tidak tahu harus bagaimana." Alexa merasa terharu dengan kebaikan Mbok Mirah dan septi.
"Tidak perlu berterimakasih, kamu telah aku anggap sebagai putriku sendiri," sahut Mbok Mirah kembali memeluk Alexa.
"Dan kamu juga tidak perlu sungkan kepadaku, karena aku telah menganggap mu sebagai adikku sendiri." Septi pun ikut bicara.
Alexa mengangguk, ia bersyukur masih memiliki dua orang yang sangat mengasihi dirinya.
"Sekarang mari kita pulang!" Mbok Mirah mengajak Alexa.
"Tapi, Mbok, aku masih ingin disini." Alexa menolak ajakan Mbok Mirah.
"Nak, ibumu telah tenang di alam sana, jadi, jangan susahkan ibumu dengan bersikap seperti ini, ibumu akan sedih jika melihat mu seperti ini." Mbok Mirah menasehati Alexa.
"Lexa, sekarang tugasmu adalah berdoa untuk ibumu di setiap waktu, jangan lagi meratapi kepergian Bude." Septi berusaha membesarkan hati Alexa.
Alexa memandangi pusara ibunya, titik air mata kembali menetes dari kelopaknya. Dengan berat hati, Alexa melangkahkan kaki meninggalkan pusara ibunya.
Seluruh tubuh Alexa terasa lemas, namun, ia paksakan untuk berjalan menuju ke rumahnya, lebih tepat rumah Mbok Mirah.
Alexa memasuki sebuah kamar yang ditempati oleh ibunya, teringat semua kenangan indah. Suka dan duka yang telah mereka lewati bersama.
Alexa memeluk foto ibunya, foto itu diambil disaat ibunya masih muda. Begitu cantik dan anggun, senyumnya memancarkan kebahagiaan yang ia rasakan saat itu.
Ya, foto itu diambil saat Bu Ranti baru saja menikah dengan Hendra Setiawan.
"Hiks…hiks… hiks… maafkan aku Bu, aku tidak bisa memberikan apa yang seharusnya ibu dapatkan, jika saja aku bisa membawa mu kerumah sakit untuk berobat, ibu pasti masih bersamaku sekarang." Alexa menyalahkan dirinya sendiri.
"Memang berat Lexa, melepaskan seseorang yang dekat dengan kita, apalagi ibu sendiri." Septi yang ikut masuk ke kamar itu berusaha menenangkan Alexa.
Alexa tidak menjawab, lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan sepatah katapun. Hanya air mata dan isak tangis yang terdengar.
Tiba-tiba terdengar suara Mbok Mirah berbicara dengan seseorang di luar. Mendengar suara ribut-ribut, Alexa dan Septi segera bergegas keluar.
"Ada apa ini Mbok?" tanya Alexa ketika ia melihat pria tak dikenal berdiri didepan rumah menghadap Mbok Mirah.
Saat itu, Mbok Mirah terlihat sangat marah.
"Oh, Nona, perkenalkan Saya Raffi, Saya adalah seorang Supervisor dari sebuah perusahaan, Saya kemari ingin membeli tanah ini dan akan membangun pabrik ditempat ini," ucap pria itu memperkenalkan diri dan mengemukakan maksud kedatangannya.
Alexa mengamati pria itu dari ujung kepala hingga ujung kakinya.
"Hm, Apa kau bekerja untuk orang lain?" tanya Alexa dengan tegas.
Alexa menduga pasti ada seseorang yang berkuasa di belakang pria yang bernama Raffi.
"Ya, Nona, Saya memang bekerja kepada seseorang," jawab Raffi dengan jelas.
"Siapa nama Bos mu, dan dimana dia sekarang?" dengan berani Alexa bertanya atasan dari pria itu.
Sejenak ia melupakan kesedihannya karena terkejut sekaligus merasa tersinggung dengan kedatangan pria yang bernama Raffi itu.
"Nama Bos Saya adalah Saga Hawiranata Kusuma, dia seorang CEO di perusahaan Saya bekerja," papar Raffi sejelas-jelasnya.
"Dimana dia sekarang?" Alexa kembali bertanya tentang keberadaan pria yang disebut CEO itu.
"Aku disini!" seru salah seorang dari arah belakang Raffi. Suaranya terdengar begitu tegas dan keras.
Seketika Alexa dan Raffi menoleh ke arah datangnya suara.
"Tuan." Raffi menundukkan kepala dengan penuh rasa hormat kepada pria itu.
"Hm," sahut Pria itu.
"Bukankah dia itu, pria yang hampir menabrak ku kemarin?" batin Alexa seraya terus menatap pria itu dengan intens.
"Anda Bos dari pria ini?" tanya Alexa dengan berani. Kedua matanya menyipit ingin mengetahui seperti apa reaksi dari pria itu, setelah melihat dirinya dengan jelas.
Walaupun Alexa seorang perempuan, ia tidak pernah takut terhadap siapapun. Asalkan dirinya berada didalam kebenaran.
Mendengar pertanyaan dari Alexa, gadis yang tak asing lagi bagi pria itu, karena mereka pernah bertemu sebelumnya, bahkan saling beradu mulut.
"Ya, akulah Saga Hawiranata Kusuma, CEO dari PT.Hawiranata Kusuma Corp!" jawab Saga dengan tegas.
Saga pun sama seperti Alexa, masih merasa sangat jengkel dengan insiden kemarin yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Nuna Nrw
terus berdiri dalam kebenaran alexa, meskipun kadang tidak menguntungkan dan bahkan menjadi luka, tetap jangan goyah,
2023-08-25
0
Nuna Nrw
benar. apalagi kenangan yang selalu menyiksa batin
2023-08-25
0
Nuna Nrw
masih ada ayahnya alexa. tapi... ibunya ga setuju alexa ketemu ayahnya
2023-08-25
0