Alexa hanya terdiam mendengar penjelasan Ayahnya, Alexa merasa bingung haruskah ia percaya atau tidak, sedangkan ia sendiri tidak tahu pasti apa sebenarnya yang telah terjadi.
Oleh karena itu, Alexa memutuskan untuk diam saja.
Pak Hendra berdoa dengan khushuk untuk ketenangan Bu Rianti dialam sana.
"Sekarang kau tinggal dimana nak?" tanya Pak Hendra ketika melihat putrinya hanya diam saja. Saat itu, ia telah selesai berdoa.
"Di rumah salah seorang penduduk Yah, sejak kecil aku dan ibu tinggal di sana." jawab Alexa sejujurnya, karena memang itu yang ia ketahui.
"Apa selama ini kalian menumpang di rumah seseorang?" Pak Hendra tahu persis kerabat almarhumah istrinya tidak ada yang tinggal di desa itu.
"Aku tidak tahu Yah, yang jelas kami tinggal bersama seorang wanita tua yang bernama Mbok Mirah."
Sekali lagi, Pak Hendra memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang.
"Ikutlah Ayah ke kota, kita tinggal bersama dengan ibu dan adikmu." pinta Pak Hendra.
Alexa kembali terdiam, didalam hati ia merasa bimbang. Jika ia ikut dengan Ayahnya, maka sama saja dengan meninggalkan Mbok Mirah sendirian.
"Nanti kita bicarakan dengan Mbok Mirah ya yah?" tanya Alexa kemudian.
"Baiklah nak!" Pak Hendra menyetujui.
Walau bagaimanapun, selama ini Mbok Mirah lebih dekat dengan Alexa di bandingkan dirinya.
TRING.
TRING.
TRING.
Suara ponsel Pak Hendra berdering, tanpa berpikir panjang Pak Hendra segera mengangkat panggilan di ponselnya.
"Hal…!"
"Papa dimana? Mengapa belum pulang? Ada tamu dirumah nyariin Papa!" Suara dari dalam ponsel bagai suara burung, suaranya menyerocos begitu saja, bahkan, sebelum Pak Hendra selesai mgucapkan kata 'Halo'.
"Ya ma, sebentar lagi aku pulang, masih ada urusan!" Jawab Pak Hendra datar saja.
"Jika tidak keberatan, tamunya di suruh menunggu saja." Lanjut Pak Hendra.
"Baiklah, jangan lama-lama!" Ucap suara dari dalam ponsel, agak lebih kalem dari sebelumnya.
"Ya!" Jawab Pak Hendra lalu memutuskan panggilan di ponselnya.
Setelah selesai menerima panggilan di ponselnya, Pak Hendra segera menaruh ponselnya kedalam saku celananya.
"Dari siapa yah?" tanya Alexa memandang wajah Ayahnya.
"Mamamu!" Jawab Pak Hendra singkat.
Mendengar jawaban Ayahnya, Alexa mengerti bahwa panggilan itu dari istrinya.
Akhirnya selesai berdoa bersama-sama, Pak Hendra dan juga Alexa segera kembali mengendaraimobill menuju kerumah Mbok Mirah, sebuah rumah tempat Alexa dibesarkan selama ini.
Saat itu, Mbok Mirah sedang menyapu halaman rumahnya, Mbok Murah terkejut ketika melihat sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahnya
"Mobil siapa? Ada perlu apa datang kemari?" gumam Mbok Mirah merasa heran.
Namun, sebuah senyum sumringah menghiasi wajahnya, ketika melihat Alexa turun dari dalam mobil.
"Alexa, kamu naik mobil siapa?" tanya Mbok Mirah.
"Panjang ceritanya Mbok, ayo ikut aku kedalam, ada hal penting yang ingin aku tanyakan." Ucap Alexa yang langsung diikuti oleh Mbok Mirah.
Setelah semua duduk di ruang depan rumah itu, Alexa menjelaskan kepada Mbok Mirah.
"Kalau aku terserah kamu saja Lexa," ucap Mbok Mirah di akhir cerita Alexa.
Pak Hendra merasa lega mendengar ucapan Mbok Mirah.
"Terimakasih Mbok, telah merawat putriku selama ini." ucap Pak Hendra dengan kedua mata uang berkaca-kaca.
Saat itu, Alexa sedang mengemasi barang-barang nya.
"Maaf Tuan, walaupun hidup kami serba kekurangan, tapi Alexa tidak pernah sekalipun kekurangan kasih sayang!" ucap Mbok Mirah.
Bukan tanpa alasan Mbok Mirah berkata seperti itu, dikarenakan ia tidak ingin Alexa mengalami seperti yang di alami oleh almarhumah Bu Rianti.
"Ya, Saya mengerti," jawab Pak Hendra singkat.
"Selama ini, Saya telah menganggap Alexa sebagai putri Saya sendiri." tegas Mbok Mirah sekali lagi.
"Ya, sekali lagi, Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya."
Tak lama kemudian, Alexa ke luar dari dalam kamarnya dengan menjinjing sebuah tas berukuran tidak terlalu besar.
"Sudah siap?" tanya Pak Hendra, kedua matanya berbinar ketika melihat Alexa secantik Almarhumah ibunya, walau hanya dengan riasan make up seadanya.
"Sudah Yah!" Jawab Alexa segera.
"Semua baju-bajumu?" Pak Hendra heran, karena hanya sebuah tas yang di bawa Alexa.
"Ya, ini semuanya Yah."
Terenyuh hati Pak Hendra ketika melihat semua itu, ia pun membayangkan kehidupan seperti apa yang telah di jalani oleh putrinya selama ini.
"Mbok, Lexa pamit," ucap Alexa seraya memeluk Mbok Mirah. Begitupun dengan Mbok Mirah, ia kembali membalas pelukan Alexa, terjadilah peluk-memeluk untuk sesaat.
"Jaga dirimu baik-baik!" pesan Mbok Mirah.
"Sering-seringlah menjenguk Mbok disini!"
pinta Mbok Mirah lagi, Alexa hanya mengangguk pelan.
Ingin rasanya ia menangis, namun, tetap Alexa tahan, karena ia tidak ingin perpisahannya di tangisi oleh Mbok Mirah yang telah menganggap dirinya sebagai putrinya sendiri.
Mbok Mirah mengiringi kepergian Alexa hingga tidak nampak lagi dari penglihatannya.
Sebelum benar-benar pergi dari desa itu, Alexa menemui Septi terlebih dahulu. Selain ingin berpamitan, Alexa juga ingin mengembalikan sepeda yang ia pinjam dari Septi, sekaligus ingin menyerahkan uang setoran dari hasil penjualan koran hari ini.
"Alexa mau kemana? Siapa orang itu?" tanya Septi ketika melihat Alexa menurunkan sepedanya dari dalam mobil.
"Itu Ayahku Mbak, terimakasih ya Mbak telah meminjami aku sepeda. Oh, ya Mbak, ini setoran hari ini, mungkin ini yang terakhir kalinya." ucap Alexa seraya menyerahkan beberapa lembar uang dua puluh ribuan kepada Septi.
"Tidak Alexa, bawalah uang ini untukmu," Septi menolak menerima uang itu.
"Tapi Mbak…,"
"Ambillah, anggap saja ini bonus dariku, siapa tau kamu membutuhkannya," jelas Septi.
Akhirnya Alexa pun menerima uang itu karena tidak dapat lagi untuk menolak.
"Jika kamu telah tinggal disana, jangan lupakan aku, ini nomor ponselku, hubungi aku jika kamu ada waktu." ucap Septi, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Jaga diri baik-baik ya," pesan Septi.
Tak terbayangkan betapa sedihnya perassan mereka saat itu, selain menjadi teman, Septi dan Alexa telah seperti saudara. Dan, tidak pernah terbayangkan mereka akan berpisah.
"Ya Mbak," jawab Alexa seraya kembali memasuki mobil.
Akhirnya mobil pun melaju menuju kota.
Sepanjang perjalanan, banyak yang mereka perbincangkan. Saling menceritakan pengalaman masing-masing. Dan mereka berhenti berbincang-bincang, ketika telah sampai di depan sebuah mansion mewah.
"Ini rumah Ayah?" tanya Alexa, seakan tidak ingin melepaskan pandanganya dari mansion mewah itu.
"Ya nak, ini mansion Ayah, dan kau juga akan tinggal disini." Jawab Pak Hendra.
Sementara didalam mansion tampan seorang pria sedang duduk di sebuah sofa, seraya memainkan ponselnya, entah apa yang pria itu lakukan.
"Lama sekali Anda?" tanya pria itu ketika melihat Pak Hendra memasuki mansion nya.
"Maaf, membuat Anda menunggu." sahut Pak Hendra.
"Tidak masalah," jawab pria itu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Sky darkness
pilihan yang syulut
2023-04-14
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
sungguh baik hati mbok mirah itu, mau menampung orang yang bukan keluarganya..
2023-03-20
0
Novex
Mencurigakan....
2023-03-20
1