Tak nyaman dengan jantungnya yang berdegup, Alika dengan segera mendorong dadda Erlan agar menjauh.
Nafasnya pun kini jadi lebih terengah, dia seperti habis berlari mengelilingi lapangan. Padahal sejak tadi Alika tetap duduk diam di tepi ranjang.
"Aku baik-baik saja Er, tidak perlu berlebihan," ucap Alika.
Sekuat tenaga dia panggil semua pikiran warasnya. Bagaimana bisa merasakan debar disaat seperti ini, disaat dia tengah tak bisa melihat apa-apa, disaat dia begitu jauh dari kata sempurna.
Memiliki perasaan pada orang bagi Alika kini hanya seperti sebuah dongeng, tak akan mungkin bisa terwujud.
Dan sikap Alika yang seperti itu seketika menciptakan jarak tak kasat mata bagi keduanya.
Ryan pun tercengang, kini daddanya sakit sendiri mendapatkan penolakan tersebut.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan hatiku? aku aku mulai menaruh rasa pada Alika? Batin Ryan.
Dia menyentuh daddanya sendiri yang terasa sesak, dorongan Alika membuatnya merasa ditolak.
"Ada apa?" tanya Bi Santi yang saat itu masih ke dalam kamar, lalu heran melihat keduanya yang saling diam dan saling pandang.
Nampak jelas jika ada kecanggungan.
"Ti-tidak ada apa-apa Bi," jawab Alika dengan cepat. Dan malah membuat bi Santi jadi menaruh curiga.
Dahi bi Santi bahkan sampai berkerut melihat keduanya, saat dia menatap sang majikan, Pak Ryan malah memalingkan wajah.
Loh heh, apa apa ini? batin bi Santi.
Malam itu baik Alika atau Ryan sama-sama mendalami perasaan mereka sendiri.
Seperti ada yang salah di dalam hati keduanya.
Alika jelas langsung mengubur dalam dalam semua rasa yang tak wajar.
Sementara Ryan masih bertanya-tanya dengan hatinya sendiri?
Benarkah hatinya yang beku kini telah kembali goyah karena gadis buta tersebut?
Benarkah dia telah benar-benar melupakan cinta yang dia sesalkan di masa lalu?
Cinta yang tak pernah terucap hingga membuatnya tersiksa sendiri.
Saat pagi datang akhirnya Ryan ingin memastikan perasaan tersebut, dia memutuskan untuk pamit pergi dulu.
Tujuannya adalah pulang ke rumah kedua orang tuanya.
"Al," panggil Ryan, Alika sedang mencuci tangannya di westafel setelah beberapa saat lalu dia sarapan.
Bi Santi sedang membereskan meja. Jadi dia juga mendengar pembicaraan kedua insan tersebut.
2 orang yang gelagatnya nampak lebih aneh.
Alika yang jelas sekali menghindari Ryan dan Ryan yang terus menatap Alika dengan lekat.
"Apa?" tanya Alika, dia mendengar suara Erlan dari sisi kiri, jadi reflek dia pun menoleh ke arah kiri.
Penglihatannya memang telah hilang, namun hal itu membuat pendengarannya jadi semakin baik.
Kini Alika bahkan sudah sangat menghafal suara Erlan dan bi Santi.
"Aku pergi dulu sebentar, mungkin jam 10 sudah pulang," pamit Ryan.
"Kemana?" tanya Alika dengan nada posesif, dia sendiri tidak sadar jika sudah bersikap seposesif itu. Bukan langsung menjawab IYA saja tanpa peduli kemana Erlan pergi.
"Tuan Ryan meminta ku untuk datang, dia ingin tahu kabar terbaru mu," kilah Ryan, hanya itu satu-satunya alasan yang terpikir di dalam benaknya.
Bi Santi mengerutkan dahi, coba menerka-nerka juga kemana sang majikan akan pergi.
"Oh, ya sudah, pergilah," balas Alika. Dia telah selesai mencuci tangannya dan mulai meraba untuk mematikan kran tersebut.
Lalu meraba lagi untuk mencari kain lap yang sekarang sudah bi Santi pindahkan lebih dekat, jadi di bisa menjangkaunya.
Tapi Ryan reflek menjauhkan kain itu dan malah menyembunyikan.
"Loh, dimana lapnya?" tanya Alika masih meraba-raba.
Bi Santi kini menggaruk kepalanya, kenapa pula pak Ryan menyembunyikan lap itu.
"Ini," ucap Ryan, dia lalu mengambil tangan Alika dan dikeringkannya.
Melihat itu Bi Santi tersenyum, dia merasa pak Ryan sedang mencari-cari alasan untuk bisa dekat dengan Alika.
Ya Allah, apa iya mereka ada sesuatu? batin bi Santi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Oki Muvida
feelling biSANTI emang kuat🤭😊
2024-09-09
0
andi hastutty
Hahahhaha
2024-08-24
0
dich
ajeeng
2024-05-30
1