Ryan juga tidak tahu, kenapa dia jadi suka sekali mengelus kepala Alika.
Hanya saja tangannya selalu tergerak untuk melakukan hal itu.
Sementara Alika, selama ini yang menyentuh kepalanya dan memberikan sentuhan lembut seperti ini hanyalah Erlan.
Tidak ada yang lain.
Hidupnya selalu sendiri dan sangat mandiri. Dia seperti tidak butuh orang lain disampingnya.
Kuat di kakinya sendiri.
Jadi ketika Erlan melakukan itu, dia sontak seperti anak kucing yang langsung tunduk. Nyaman yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.
"Pak Ryan banyak sekali bertanya, jadi kami butuh waktu lama untuk bicara," ucap Ryan, mencari-cari alasan, meski bohong, tapi baginya ini adalah bohong demi kebaikan.
"Ya sudah," balas Alika, meski terdengar acuh tapi suaranya mulai terdengar lembut.
Ryan mengulum senyum.
Sangat yakin jika tadi Alika marah, jika tadi Alika menunggunya.
"Makanan sudah siap, bibi ke warung sebentar ya, tiba-tiba bibi pengen makan kerupuk," ucap bi Santi, memang benar seperti itu adanya. Bi Santi tiba-tiba ingin makan makanan ringan itu.
Dan Deg! bi Santi yang mau pergi, namun Alika yang mendadak berdegup. Karena itu artinya, dia hanya akan berdua saja dengan Erlan disini.
Belum apa-apa kedua pipinya sudah merah merona.
Terdengar bi Santi melangkah menjauh dan Alika jadi salah tingkah sendiri, berulang kali dia membenahi rambutnya yang sudah rapi.
"Al," panggil Ryan.
"Apa?" balas Alika dengan sangat cepat, juga menoleh ke arah sumber suara. Erlan yang duduk disampingnya.
Dan entah kebetulan atau bagaimana, kini kedua mata Alika itu menatap lurus ke arahnya, membuat jantung Ryan jadi tidak tenang.
Ryan bahkan sampai menelan ludahnya sendiri dengan kasar.
Jadi bingung apa yang ingin dia katakan tadi.
"A-Aku." Ryan jadi gagap.
Sumpah, selama ini dia tidak pernah segagap ini ketika berhadapan dengan seorang gadis. Ryan selalu dominan dan bisa jadi penuntun arah mau kemana.
Tapi dihadapkan Alika dia seperti kehilangan kendali, hanya debar jantung satu-satunya yang membuatnya sadar.
"Kenapa bicara mu seperti itu? apa ada hal penting yang mau kamu sampaikan? tentang pak Ryan? dia tidak jadi membantu pengobatan ku?" tanya Alika bertubi.
Tak biasanya Erlan bicara dengan terbata, dan itu membuatnya cemas. Apalagi Erlan baru bertemu dengan pak Ryan, jadi itulah satu-satunya ketakutan yang dia rasakan sekarang.
Bahwa pak Ryan tidak jadi membantunya hingga sembuh, mungkin hanya akan memberi uang sebagai tunjangan.
Alika sedih sekali, meski Erlan belum menjawab apa-apa tapi kedua matanya sudah mulai berkaca-kaca.
"Bukan seperti itu Al, ini tidak ada hubungannya dengan pak Ryan, dia akan tetap membantu kamu," jelas Ryan.
Alika terdiam, coba memahami situasi ini.
"Ini tentang aku," ucap Ryan lagi.
"Kamu kenapa? ingin mengundurkan diri jadi pelayan ku?" tanya Alika lirih.
"Tidak, hanya saja aku jadi punya syarat."
"Syarat apa sih?! bicara yang jelas!!" Alika sudah tidak sabar. Dia bahkan menghentakkan kaki kirinya ketika bicara itu.
Ryan lantas menyentuh tangan Alika, karena Erlan tidak izin lebih dulu Alika jadi terkejut dan reflek menarik tangannya.
"Kamu mau apa?" tanya Alika.
"Sini dulu, ada yang ingin aku tunjukkan padamu," jawab Ryan.
Dia pun kembali menarik tangan kanan Alika tersebut, dan kali ini Alika tidak menolaknya.
Ryan meletakkan tangan Alika di daddanya, hingga gadis itu bisa merasakan detak jantung yang berdegup kuat, berdetak lebih cepat.
Deg deg! deg deg!
Debar yang sama seperti apa yang dia rasakan saat ini.
Deg!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
aas
eaaa sama2 deg2an nih 🤭
2025-02-09
0
andi hastutty
Cie
2024-08-24
0
Yatinah
keduanya sama"mempunyai rasa yaitu debaran yg sama berarti sama"ada rasa cinta
2024-04-24
0