"Apa kamu tau sekarang kita dimana?" tanya Ryan, setelah dia berhasil menggenggam erat tangan Alika.
"Di ruang tengah."
"Bagaimana kamu tau?"
"Aku menghitung langkahnya, dari meja makan 10 langkah."
Ryan tersenyum, Alika memang gadis yang cerdas saat kesadarannya pulih begini. Bukan seperti kemarin, seperti orang gila yang marah-marah dan ingin mati terus.
"Benar, jadi sekarang kita akan berjalan keluar, ayo," ajak Ryan.
Bi Santi tersenyum melihat keduanya, sungguh, dia sangat berharap Alika bisa hidup dengan baik apapun keadaannya.
Karena bi Santi selalu percaya, bahwa akan ada mberkah di atas musibah yang menimpa.
Dan saat Alika mulai melangkah dia semakin menggenggam erat tangan Ryan, Alika takut menabrak sesuatu atau bahkan sampai jatuh.
"Aku akan segera membuka pintu," ucap Ryan.
Dan Alika mendengar suara pintu yang terbuka.
"Selamat datang di luar," ucap Ryan lagi. Rumah Alika menghadap ke arah cahaya matahari terbit, jadi ketika mereka pertama kali keluar begini maka matahari adalah yang pertama kali mereka temui.
Ryan mengajak Alika untuk kembali berjalan, sampai mereka benar-benar berdiri tepat di bawah sinar matahari pagi.
Dari kepala hingga kaki mereka diterpa cahaya hangat itu.
"Bagaimana? kamu bisa merasakannya?" tanya Ryan, dia banyak sekali bicaranya, sementara Alika diam-diam tersenyum tiap kali mendengar Erlan bicara.
Nampak sekali jika Erlan tidak ingin dia merasa sendirian.
"Hangat," jawab Alika, satu kata namun menjelaskan semuanya. Tentang bagaimana keadaan pagi ini.
"Aku akan melepas ikat rambut mu, biar rambutmu juga terbang terkena hembusan angin pagi ini," kata Ryan.
Satu tangannya naik dan bergerak untuk melepaskan ikatan rambut itu, membuatnya tergerai begitu indah, Ryan lalu merapikan, menyisir menggunakan kedua tangannya.
Poni yang ada di kening Alika pun menjuntai dengan begitu indah, sebagian menutupi kedua matanya yang bening.
Cantik sekali.
Ryan akui Alika sangat cantik.
Membuatnya tak bosan-bosan menatap wajah itu. Dia seperti melihat peri, dan membuatnya tersenyum di kala menatap.
"Cantik," kata Ryan, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengutarakannya.
Tangan Alika terangkat dan memukul dadda Erlan, terasa keras.
"Awh, kenapa malah tanganku yang sakit," kesal Alika, karena dia memukul menggunakan tangan kirinya.
Ryan terkekeh pelan.
"Selain keras kepala ternyata kamu sangat kasar," ucap Ryan.
"Berarti di mata mu aku tidak ada baiknya," balas Alika.
Dan lagi-lagi membuat Ryan tertawa pelan, hanya gadis ini lah yang membuatnya kehabisan kata-kata tak bisa menjawab.
Membuat Ryan bisa tersenyum lagi setelah beberapa tahun terakhir mengurung diri.
"Satu lagi, kamu pandai bersilat lidah," balas Ryan.
Alika terkekeh, tawa yang baru pertama kali ini Ryan dengar keluar dari gadis tersebut.
Terdengar sangat renyah.
"Ayo jalan," ajak Ryan, tapi Alika begitu ragu untuk melangkahkan kedua kakinya.
Ini sudah berada di luar rumah dan dia tidak bisa menerka-nerka. Tidak bisa membayangkan.
Dimana jalanan lubang, dimana ada batu tajam, dimana sisi kiri.
Senyum yang sempat terukir di bibir Alika seketika hilang saat dia kebingungan.
Hingga akhirnya pikirannya yang kusut itu terurai saat merasakan Erlan kembali menggenggam erat tangan kanannya.
"Mulai sekarang cobalah percayalah padaku Alika, aku akan jadi mata mu," ucap Ryan.
Alika terdiam sesaat, sampai akhirnya dia bicara untuk mengajukan pertanyaan.
"Pak Ryan membayar mu berapa Er? kenapa kamu mau merawat ku?" tanya Alika.
"Sangat mahal, jadi manfaatkan aku dengan baik," balas Ryan.
"Baiklah, kalau begitu aku ingin berlari, kamu akan menjagaku agar tidak jatuh?"
"Tentu, bahkan saat kamu jatuh, aku yang akan jadi penopangnya."
"Cih! kata-katamu terlalu manis."
Mereka berdua tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
aas
akhirnya Ryan bsa move on yaa 😍💪💪
2025-02-09
0
🟡 KiandRa
nah begitu kan lebih baik
2024-11-11
1
andi hastutty
Sabar
2024-08-24
1