Ryan akhirnya berhasil membujuk gadis keras kepala itu untuk bisa menerima semua keadaan ini. Sepanjang perjalanan mereka pulang, berulang kali dia mengatakan bahwa akan ada berkah di tiap musibah.
Kalimat yang sama seperti yang bi Santi ucapkan semalam kepadanya.
Untuk berjuang agar bisa sembuh, untuk menjalani pemeriksaan yang intentif agar bisa dilakukan penanganan yang tepat.
Tidak terus menyalahkan tuhan dan coba bersyukur, Alika masih diberi hidup, masih diberi nikmat yang lain.
Sebenarnya Alika sempat menangis saat di gendong Erlan, namun dia buru-buru menghapus air mata itu, menyimpan semua sesak di daddanya sendiri.
Namun Alika tidak sadar, saat dia semakin memeluk Erlan dan menyandarkan kepalanya di pundak pria tersebut.
Rasa nyaman yang seperti penguat untuk dia bisa bertahan.
Hari pun berlalu.
Senyum di wajah Alika jadi semakin sering terlihat.
Dia bahkan menemani Erlan saat pria itu memasak di dapur.
Erlan tugas memasak dan Alika tugas mencicip.
"Enak," jujur Alika.
"Aku tau, kamu gadis kesekian yang sudah memuji aku."
"Cih!" kesal Alika dan malah membuat Ryan tertawa, kini membuat gadis itu kesal adalah hobi nya yang baru.
Karena baginya Alika telihat sangat cantik ketika menunjukkan wajahnya yang ketus.
"Kamu tidak percaya? selain pintar memasak aku juga adalah pria yang tampan," ucap Ryan lagi, bicara dengan penuh percaya diri.
"Bi Santi!! Aku ingin muntah!!" teriak Alika, tak kuasa mendengar ucapan penuh percaya diri Ryan.
"Ayo ke kamar mandi!" ajak bi Santi dengan tergesa, dia benar-benar cemas, langsung berlari saat mendengar teriakan Alika, padahal dia sedang menyapu di depan.
Dan sikap bi Santi itu semakin membuat Ryan tertawa terbahak-bahak.
Alika jadi semakin kesal saja.
Sementara bi Santi bingung.
"Aku tidak ingin muntah sungguhan Bi, tapi Erlan sangat menjijjikkan, dia bilang dia adalah pria yang sangat tampan!" jelas Alika.
Huh! bi Santi bernafas lega, artinya Alika baik-baik saja.
"Memang seperti itu Alika, Erlan sangat tampan."
"BIBI!! kenapa tidak ada yang membela aku di rumah ini," geram Alika.
Bi Santi tersenyum dan geleng-geleng kepala, lalu dia putuskan untuk pergi dari sana dan kembali menyelesaikan pekerjaannya di depan.
"Kamu tidak percaya? kalau begitu buktikan saja," ucap Ryan setelah tawanya mereda, dia mematikan kompor dan langsung duduk di hadapan Alika.
Alika yang sejak tadi berada di kursi meja makan.
"Apa maksud mu?" tanya Alika.
"Sentuh wajah ku dan buktikan sendiri betapa tampannya aku ini."
"Cih! benar-benar menyebalkan, aku pastikan wajah mu tidak akan setampan itu!" tanpa ragu Alika mengangkat kedua tangannya dan Ryan pun mendekatkan wajah, sampai akhirnya Alika benar-benar bisa menyentuhnya.
Deg! ada debaran yang entah milik siapa, namun sentuhan itu mengalirkan rasa asing bagi keduanya.
Alika mulai meraba, menyentuh wajah Erlan yang sangat lembut, alis yang begitu tebal, hidung yang sangat mancung, bibir yang cukup tebal dan rahang yang ditumbuhi bulu-bulu kasar, terpahat dengan sempurna.
Menurut sentuhannya Erlan memang tampan, tapi tetap saja sebelum Alika melihat secara langsung dia tidak akan percaya.
"Jelek!" ucap Alika ketus.
"Bohong," balas Ryan.
"Memang jelek!"
"Tampan."
"Apa kamu punya kekasih?"
"Tidak."
"Berarti memang jelek."
"Astaga, pertanyaan mu itu jebakan."
"Terserah, jadi jangan mengaku tampan, jangan membuatku kecewa ketika sudah bisa melihat nanti."
Hih! Ryan yang gemas mengusap puncak kepala Alika dengan kasar.
"Erlan!!" pekik Alika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Dewa Dewi
😂😂😂😂
2024-12-21
0
andi hastutty
Hahahahha
2024-08-24
1
Yatinah
ALHAMDULILLAH riyan sudah sembuh dari patah hati
2024-04-24
1