Bi Santi sudah sibuk di kamar Alika ketika pagi datang, dia membantu Alika untuk mandi dan memakai baju.
Mungkin benar kata orang-orang, bahwa obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan luka adalah waktu. Berangsur Alika mulai bisa menerima keadaan ini.
Dia selalu sibuk sendiri dengan pikirannya, sampai akhirnya buntu dan tidak menemukan jawaban.
Adanya bi Santi dan Erlan membuat Alika seperti bisa bertahan, karena sebelum Erlan datang dia merasa akan hidup sendirian.
Sementara itu, Ryan berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan mereka.
Pagi ini Romi juga datang untuk melaporkan beberapa hal, tapi tentu saja kedatangannya itu tidak diketahui oleh Alika.
Romi datang untuk menyampaikan hasil penyelidikan dan uji kelayakan ulang pada kelayakan perusahaan Aditama Air.
"Simpan saja di kamar ku, nanti malam aku baca," jawab Ryan dengan berbisik, suaranya kalah dengan bunyi yang dia ciptakan saat memasak.
"Baik Pak, nyonya Putri meminta Anda untuk sesekali menghubungi," jawab Romi pula, sama seperti Ryan, dia pun bicara dengan pelan-pelan.
Putri Aditama adalah ibunya Ryan. Seluruh keluarga Ryan telah mengetahui tentang keputusannya untuk jadi Erlan. Dan mereka tak melarang, karena semua itu demi ketenangan Ryan sendiri akibat rasa bersalah yang dia alami.
Ryan hanya mengangguk, lalu memberi isyarat Romi untuk segera pergi dari rumah ini.
Jam 7 pagi, Alika sudah rapi dan sangat cantik. Rambut panjangnya yang selama ini selalu tergurai asal-asalan kini telah diikat dengan rapi.
Gadis itu berjalan dengan dua tangannya yang meraba-raba di depan, menuju meja makan.
Ryan tersenyum, seperti melihat hari ini akan jadi hari yang cerah.
"Selamat pagi, pagi ini biarkan aku menarik kursi untuk mu," ucap Ryan, dia menarik kursi dan mempersilahkan Alika untuk duduk.
"Aku bisa sendiri Er," balas Alika, tetap saja sikap keras kepalanya tidak hilang.
"Aku tau, hanya saja hari ini kamu sangaaat cantik, jadi aku ingin melayani kamu dengan baik," puji pria itu.
Hingga berhasil membuat Alika mengulum senyum.
"Sudah sudah, sekarang waktunya kita makan dan setelah itu Alika harus minum obat," ucap bi Santi, meski awalnya ragu bersikap sesantai ini dihadapkan pak Ryan, namun kini bi Santi coba membiasakan diri juga.
Di rumah ini mereka akan jadi keluarga, dan dia adalah ibunya.
Pagi itu Alika makan masih berantakan, tapi tidak separah kemarin.
Selesai sarapan dan Alika minum obat, Ryan benar-benar menepati janjinya untuk mengajak Alika keluar.
"Ayo, kita sentuh hangatnya matahari bersama-sama," ajak Ryan.
Tapi Alika sungguh ragu untuk keluar dari rumah, bertanya-tanya apa dia perlu pakai kaca mata, apa nanti tidak jadi pusat perhatian semua orang, apa nanti dia malah akan menyusahkan Erlan.
"Tidak usah, aku tidak mau keluar, " jawab Alika dengan ketus. Meski sebenarnya sangat ingin.
"Benarkah? padahal di luar cuacanya cerah sekali, aku yakin kamu bisa merasakan sinar matahari itu."
Alika mulai ragu.
"Apa aku perlu memakai kaca mata?" tanya Alika lirih.
Ryan tersenyum lebar ketika mendengar pertanyaan itu.
"Tidak, kamu bahkan tidak perlu memakai tongkat, aku akan jadi penunjuk jalan mu, asal tanganku jangan ditepis," balas Ryan.
Alika mendengus kesal.
"Aku akan menggenggam tangan mu, jadi jangan terkejut," ucap Ryan lagi.
"Pegang yang kanan, tangan kiriku sakit."
"Aku tau," balas Ryan. Tangan kiri alika terantuk kursi kemarin saat mencoba jalan sendiri.
Dan Alika makin mendengus ketika mendengar jawaban Erlan itu, namun perlahan dia mulai merasakan tangannya yang digenggam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Patrish
biasa dipanggil oma putri ya.... karena kemauan Sean.. 😃
2024-11-21
0
andi hastutty
Nah gi2 kan enak klo nurut
2024-08-24
0
Yatinah
ALHAMDULILLAH sudah agak reda keras kepalanya alika
2024-04-24
0