Alika adalah wanita yang mandiri, Alika tidak suka dikasihani, Alika selalu beranggapan bahwa dia tidak butuh orang lain, dia bisa berdiri di kakinya sendiri. Selama ini wanita itu tidak memiliki teman dekat.
Ryan terus mempelajari tentang gadis itu.
Malam telah datang dan setelah Alika meminum obatnya gadis itu mengeluh mengantuk dan kini sudah tertidur. Ditemani bi Santi di dalam kamar gadis tersebut.
Sementara Ryan duduk di sofa ruang tengah, sofa yang malam ini akan jadi tempat tidurnya.
Sebenarnya ada kamar yang Ryan pakai di rumah ini, tapi kamar itu hanya dia gunakan untuk menyimpan semua baju dan beberapa barang.
Sementara tempat tidurnya sudah dia putuskan di sini, jadi nanti jika ada apa-apa dengan Alika maka dia bisa menanganinya dengan cepat.
Malam itu waktu sudah menunjukkan angka jam 9 malam, tapi Ryan masih betah membaca Tab miliknya.
"Alika Rahman," gumam Ryan, dia kemudian meletakkan Tab itu di atas meja, lalu menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
Memejamkan mata dan kembali coba untuk jadi Alika. Gelap seperti ini, seseorang tidak akan tahu tentang waktu, ketika tidur malam dan kemudian terbangun dia tak akan tahu hari sudah pagi atau masih malam.
"Ya Allah," gumam Ryan lagi, rasa bersalah di dalam hatinya makin menguat.
Kata Aresha kebutaan yang dialami oleh Alika sebagian besar dipengaruhi karena traumanya sendiri, asumsi yang ada di dalam dirinya lah yang membuat keadaan itu makin parah.
Saat pertama kali Alika membuka mata pasca kecelakaan itu pandangannya mengabur, belum sepenuhnya hilang. Namun Alika yang terpukul justru menolak pengobatan dan bersasumsi bahwa dia buta. Dan jadilah seperti ini.
Bahkan berulang kali mengatakan bahwa mati lebih baik.
Jika Alika bisa berdamai dengan situasi ini, jika mentalnya telah pulih, maka kesembuhan Alika peluangnya lebih besar.
Lama berpikir, Ryan sampai tidak sadar jika dia pun terlelap di atas sofa tersebut.
Jam 3 dini hari Alika membuka matanya dan semuanya tetap gelap. Dipikirnya ini sudah pagi, jadi Alika bangun dan berjalan perlahan membuka jendela kamarnya.
"Alika, apa yang kamu lakukan?" tanya bi Santi, dia terbangun dan terkejut saat Alika membuka jendela kamar sementara hari masih gelap.
"Ini sudah pagi Bi, aku mau buka jendela," jawab Alika.
Bi Santi membuang nafasnya perlahan, bingung mau bagaimana, namun jujur adalah pilihannya.
"Ini masih jam 3 Alika, memang sudah pagi, tapi diluar masih gelap," terang bi Santi.
Alika terdiam, dia berdiri menghadap jendela itu dan hanya merasakan angin yang berhembus sepoy-sepoy, dingin yang memeluk tubuhnya. Tak ada cahaya matahari yang hangat.
Kedua mata Alika seketika berkaca-kaca, dua tangannya bergerak ragu untuk kembali menutup jendela itu.
Bi Santi begitu iba, apalagi Ryan yang sejak tadi ada di ambang pintu dan mendengarkan pembicaraan keduanya.
"Kamu sudah ingin bangun? tidak mengantuk lagi? kalau begitu ayo kita keluar," ajak Ryan, dia sudah bicara santai sesuai dengan permintaan Alika.
Alika menggeleng pelan.
"Tidak, aku akan tidur lagi," jawabnya dengan tenggorokan yang terasa tercekat.
"Baiklah, nanti saat pagi, aku akan mengajak mu untuk keliling kompleks ini. Tidur lah lagi, tidak perlu mecemaskan apapun," terang Ryan, bicara dengan suaranya yang terdengar antusias.
Tapi Alika tidak menjawab lagi, dia segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Ryan coba tersenyum, dia tidak boleh ikut sedih seperti Alika dan bi Santi. Dia harus buat suasana diantara mereka jadi lebih ceria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Yatinah
kamu harus semangat Riyan demi alika
2024-04-24
0
Maya Kitajima
om ryan emang selalu baik
2023-06-21
0
kɑyʆɑ ɳɑtɦɑɳiɑ ɦuwɑiɗɑ
iya om kau harus jadi penyemangat mereka terutama buat alika
2023-06-07
2