"Bi, Alika, apa yang kalian lakukan?" tanya Ryan, dia masuk ke dalam kamar itu, berniat untuk memeriksa keadaan Alika. Hujan di luar sana cukup lebat hingga membuatnya sedikit khawatir.
Namun malah melihat dua orang tersebut berdiri di depan jendela kamar.
Melihat Alika yang kedua tangannya basah, Ryan buru-buru mengambil handuk, lalu menghampiri dan mengeringkan tangan Alika tersebut.
"Ini sudah sore, jangan bermain air seperti ini, bisa-bisa kamu masuk angin. Bi, tutup saja jendelanya," titah Ryan, dia bicara secara bergilir, pertama untuk Alika dan kedua untuk bi Santi.
Si satu sisi, bagi Alika Erlan sangat jahil, tapi di sisi lainnya lagi seperti ini, Alika merasa Erlan begitu dewasa, seperti seorang kakak yang sedang menasehati adiknya.
Apalagi kemarin saat mereka saling bertukar cerita membuat Alika tahu bahwa usia Erlan jauh lebih dewasa dibanding dia.
"Badan mu dingin, pakai hoodie mu," ucap Ryan lagi.
Alika diam diam saja saat Erlan memeluk lengannya dan membawanya berjalan, sampai Alika di dudukkan di tepi ranjang.
"Bi, hoodie Alika di mana?" tanya Ryan.
"Lemari sebelah kanan Er, menggantung disana," jelas bi Santi, setelah menutup jendela dia pun menghampiri Alika.
Lalu menerima ukuran hoodie dari tangan sang Tuan dan memakaikannya di tubuh Alika.
Sedangkan saat itu Ryan segera pergi ke dapur untuk membuat teh hangat.
Tubuh Alika tadi dingin sekali, dan hal itu membuatnya tidak tenang.
"Pakai kaos kaki juga ya?" tanya bi Santi setelah hoodie itu selesai terpasang.
"Tidak perlu Bi, aku baik-baik saja."
"Kalau begitu pakailah selimut, ayo angkat kakinya."
"Bi," panggil Alika, hingga membuat pergerakan bi Santi berhenti, padahal dia hendak berjongkok dan hendak mengangkat kaki Alika agar naik ke atas ranjang.
"Iya Al, kenapa?" tanya bi Santi, suaranya begitu menenangkan bagi Alika yang kesepian.
Namun pertanyaan bi Santi itu malah seketika sulit untuk dia jawab.
Karena di dalam sudut hati Alika yang paling dalam, gadis itu ingin sekali memanggil bi Santi sebagai ibunya.
Sebuah permintaan konyol yang mungkin hanya akan ditertawakan.
Bi Santi jelas punya keluarganya sendiri, sementara disini beliau hanya bekerja. Disaat Alika sembuh bisa dipastikan bi Santi akan pergi meninggalkan dia.
Erlan juga.
Ya Allah, apa aku hanya akan mendapatkan kehangatan keluarga disaat mataku buta saja? Batin Alika, entahlah, selalu bergejolak rasa di dalam hatinya.
"Al, kenapa Nak?" tanya bi Santi lagi karena Alika terdiam dalam waktu yang cukup lama.
Alika lantas menggelengkan kepalanya pelan, saat dia berkedip ada air mata yang jatuh.
Bi Santi yang tak tau apa-apa pun langsung memeluk gadis itu erat.
"Al, jangan menangis Nak, kata dokter kamu tidak boleh sering menangis seperti ini. Sudah," ucap Bi Santi.
Sementara Alika, perlahan menggerakkan kedua tangannya dan membalas pelukan bi Santi itu.
Terasa sangat hangat dan sungguh membuatnya nyaman, pelukan dari seorang ibu.
"Al, sudah, kamu tidak boleh menangis," ucap bi Santi lagi.
Tapi Alika masih menangis dan memeluk bi Santi semakin erat.
Terserahlah nanti mau bagaimana, tapi sekarang Alika sungguh ingin menikmati ini semua. Tak peduli jika bi Santi dan Erlan ada di sini hanya karena dibayar, namun dia akan menganggap kedua orang itu sebagai keluarganya.
Karena jujur, Alika selalu merasakan ketulusan dari Erlan dan bi Santi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
andi hastutty
Katakan saja entah di terima atau tidak alika
2024-08-24
0
Yatinah
jgn bersedig alika kitanya jd ikut mewek niiih kak authoir
2024-04-24
1
Rafael Dika
lanjut
2023-11-04
0