Setelah Alika cukup tenang barulah Ryan membawa gadis itu untuk masuk ke dalam mobil.
Kini Alika hanya bisa melihat dari telapak tangannya dan telinga. Dia meraba jendela mobil itu dan mendengar saat mesin dinyalakan.
Sulit sekali rasanya untuk berdamai dengan keadaan ini, selalu ada rasa penolakan di dalam hatinya. Seluruh teman satu timnya dinyatakan meninggal, dan kini dia hidup seperti ini.
Berulang kali Alika berkata pada Tuhan bahwa hidupnya tidak adil, harusnya dia meninggal juga.
Tapi ucapan Erlan beberapa saat lalu seperti hawa segar yang menghampiri dia.
Tentang kedua matanya yang mungkin bisa pulih.
"Erlan, apa benar ucapan mu tadi? pak Ryan akan membantuku untuk menyembuhkan mata ini?" tanya Alika lirih, namun mampu di dengar jelas oleh Ryan dan Romi yang mengemudikan mobil tersebut.
"Benar Mbak, saya yang akan jadi perantara diantara Anda dan pak Ryan."
Alika terdiam, tangan kirinya yang sejak tadi meraba pintu mobil mulai menemukan tombol untuk menurunkan kaca. Dia tekan banyak-banyak hingga bisa merasakan angin yang cukup kencang menerpa wajahnya.
Lagi-lagi ada air mata yang jatuh dari kedua mata gadis itu, apapun yang dia rasakan tetap saja semuanya terlihat gelap.
"Baiklah, aku akan coba mempercayai ucapan mu," jawab Alika lirih.
Mobil terus melaju dalam keadaan hening di dalam sana, sampai akhirnya mereka tiba di rumah Alika yang tak terlalu besar.
"Selain saya, akan ada bi Santi yang akan menemani Anda Mbak, beliau sudah menunggu kepulangan kita," terang Ryan saat mobil itu sudah berhenti.
Alika hanya diam saja, diantara semua kemalangannya ini akhirnya dia bisa merasa sedikit bersyukur. Karena pak Ryan masih sudi memperhatikan hidupnya, bahkan hingga memberinya 2 pelayan sekaligus.
Tapi rasa syukur itu selalu kalah dengan kesedihan yang dia rasakan, dengan kemalangan memiliki dua mata yang buta.
Alika membuka pintu sendiri dan turun, Ryan turun juga dan berlari menghampiri. Namun Alika enggan untuk dia pegang.
"Tidak perlu, aku akan melakukan sendiri apa yang aku bisa," ucap Alika.
Dia kembali berjongkok dan meraba jalanan. Jika mobil masuk ke rumah ini berarti dia ada di sisi kiri, Alika hanya perlu memutari mobil dan bisa menyentuh teras rumahnya.
Bibir gadis itu tersenyum kecil saat tebakannya benar, namun senyum itu begitu kontras dengan kedua matanya yang nampak berlinang.
Bi Santi bahkan langsung menyentuh daddanya yang sesak ketika melihat bagaimana caranya Alika jalan.
"Mbak, biar saya bantu, saya adalah bi Santi," ucap bi Santi, dia ikut berjongkok dan hendak menarik tubuh Alika agar bangkit.
Namun Alika dengan cepat menepis tangan itu. Selama ini Alika tidak pernah percaya ataupun bergantung pada orang lain, dia selalu mengandalkan dirinya sendiri.
Karena itulah dia selalu menolak bantuan semua orang.
"Tidak perlu Bi, ini adalah rumahku, aku bisa masuk sendiri," balas Alika. suaranya terdengar cukup sombong. Namun dia bicara seperti itu karena tak ingin do kasihani.
Bi Santi menatap sang Tuan, melihat Pak Ryan yang memberinya isyarat untuk pergi saja.
Bi Santi akhirnya menyingkir dan membiarkan Alika masuk dengan cara seperti itu. Menggunakan kedua tangannya, meraba sebagai penunjuk jalan.
Sampai akhirnya Alika benar-benar berhasil masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Dia berhasil duduk di tepi ranjang, memunggungi arah pintu, dimana Ryan berdiri dan sejak tadi memperhatikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nur Syamsi
😭😭😭😭 sesak bacanya thor, udah yatim piatu dpt ujian hidup yg miris 😭😭😭
2025-02-14
0
andi hastutty
Sudah mau di sembuhkan makanya bersabar
2024-08-24
1
anikbunda lala
sakit kok sombong
2024-04-24
1