Hari sudah mulai senja..
Terlihat di sebuah rumah yang cukup sederhana namun unik itu, seorang wanita tua yang masih terlihat segar bugar tengah menyiram tanamannya di halaman.
Jika di bandingkan, luas halaman rumah itu terlihat lebih luas dari pada rumahnya. Berbagai macam tanaman dan bunga tertata rapi disana.
Sebuah taxi berhenti tepat di depan pagar rumah itu. Lola mengarahkan pandangannya ke arah pagar dan melihat cucunya Alice yang keluar dari dalam taxi.
Dengan segera Lola pun menyimpan air di tangannya dan menghampiri cucunya itu dengan senyuman yang merekah di wajahnya,
"Alice.. Kau baru pulang???" tanyanya.
Alice menatap kearah Lola dan tersenyum padanya,
"Iya nek... Maaf aku pulang terlambat. Aku mampir ke toko buku sebentar untuk membeli beberapa buku sekolah yang masih kurang" ujar Alice menjelaskan.
Lola tersenyum pada Alice dan menyentuh bahunya dengan lembut,
"Tidak apa-apa sayang, Nenek mengerti" balasnya.
"Kalau begitu ayo kita masuk.. Sebentar lagi hari akan gelap. Mari kita bersiap untuk makan malam, Nenek telah memasak makanan kesukaanmu" ujarnya.
Alice pun tersenyum dan mengangguk pelan. Mereka pun masuk ke dalam rumah bersama-sama.
Setelah membersihkan dirinya, Alice pun kembali turun ke lantai bawah untuk membantu neneknya menyiapkan makan malam.
Saat Alice dan Lola tengah menyimpan beberapa makanan di atas meja, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar,
Tok..
Tok..
Alice dan Lola mengarahkan pandangannya kearah pintu,
"Siapa yang datang di jam seperti ini??" tanya Lola sedikit bingung.
Lola hendak berjalan kearah pintu namun dengan cepat Alice pun mencegahnya,
"Biar aku saja yang buka pintunya" ujarnya.
Lola menatap kearah Alice dan mengangguk pelan. Alice berjalan cepat kearah pintu dan sedikit mengintip di balik jendela.
Hari sudah mulai gelap, Alice harus sedikit waspada jika ada seseorang yang mencurigakan bertamu di jam seperti ini. Apalagi di rumah ini hanya ada dirinya dan neneknya Lola.
Dari balik jendela Alice menatap punggung seorang pria yang tengah membelakangi pintu. Alice memicingkan matanya dan sedikit ragu untuk membuka pintu.
Tiba-tiba saja Lola datang mengejutkan Alice sambil menepuk punggungnya,
"Siapa??" tanya Lola pada Alice.
Alice menatap Lola dan menggeleng pelan. Lalu Lola pun mengintip kearah jendela dan melihat punggung seorang pria.
Lola memicingkan matanya dan mencoba memperhatikan pria itu dengan teliti. Lalu tidak lama berselang, pria itu pun membalikkan badanya.
Seketika Lola pun tersenyum dan membuka pintu,
CKLEK!!
"Justin.. Kukira siapa tadi yang bertamu.." ujar Lola ramah.
Justin pun tersenyum pada Lola dan sedikit membungkukkan badanya pada Lola,
"Iya nek, maaf menganggu... aku membawa titipan dari ibu untuk nenek" ujarnya.
Lola mengambil bingkisan yang di bawa Justin dan tersenyum padanya,
"Wahh terimakasih..." ujarnya.
"Sampaikan terimakasih ku juga untuk ibumu ya" lanjutnya.
Justin pun mengangguk pelan,
"Iya nek, akan ku sampaikan" ujarnya.
Lola pun seketika teringat pada Alice yang masih berdiri di belakang pintu. Gadis itu terlihat tidak tertarik dengan obrolan neneknya dan orang asing itu.
"Alice kemarilah!" ujar Lola memanggil Alice.
Lola membalikkan badanya dan melambai pada Alice agar gadis itu mendekat kearahnya.
Alice terlihat menghela nafasnya dan menghampiri Lola dengan wajah datarnya. Seketika Justin pun terkejut melihat Alice, jantung pria itu seketika berdegup tak terkendali,
"Justin, kenalkan ini cucu nenek namanya Alice" ujar Lola tersenyum.
Justin terlihat salah tingkah sambil menggaruk tengkuknya. Sedangkan Alice menatap pria itu dengan tatapan datarnya.
'Apakah dia tidak mengingatku??' tanya Justin dalam hatinya.
"Ha.. Hai, aku Justin.." ujar Justin memperkenalkan dirinya pada Alice.
Alice terlihat tidak menanggapi ucapan Justin dan hanya menatap datar pada pria itu.
Lola yang melihat reaksi gugup Justin hanya dapat menahan senyumnya,
"Dia cantik bukan??" tanyanya menggoda.
Wajah Justin seketika memerah dan tersenyum canggung pada Lola.
Lola terkekeh dan tertawa kecil melihat tingkah Justin,
"Alice sekarang tinggal bersama nenek, dia juga bersekolah disini.." jelasnya.
"Oh iya.. Bukankah kau juga bersekolah di Xavier's Highschool???" tanya Lola.
Justin pun seketika mengangguk dan menatap Lola dengan senyum canggungnya,
"Iya nek.. Aku sempat melihat Alice di sekolah tadi" ujarnya.
Lola pun sedikit terkejut,
"Benarkah?? Apa kalian sekelas??" tanyanya lagi.
Dengan cepat Justin pun menggeleng,
"Tidak.. Alice, cukup terkenal di sekolah.." ujarnya dengan senyuman penuh arti.
Alice menatap Justin sekilas dan terlihat tidak tertarik dengan pembicaraan pria itu,
"Benarkah???" tanya Lola terkejut.
Justin pun mengangguk dan menatap kearah Alice,
"Iya.. Dia murid baru yang langsung menjadi pusat perhatian di sekolah" lanjutnya tersenyum lembut.
Lola pun menatap Justin dengan senyuman penuh arti,
"Aku tidak heran... Alice memang gadis yang cantik bukan haha" ujar Lola bangga.
Justin pun tersenyum mendengar ucapan Lola dan mengangguk pelan,
"Ekhem.. Kalau begitu sekarang nenek tidak perlu khawatir lagi membiarkan Alice sendirian di sekolah.. Nenek bisa meminta tolong padamu untuk menjaga Alice" ujar Lola penuh arti.
Alice pun seketika menatap kearah Lola dengan tatapan tidak setujunya,
"Aku bukan anak kecil nenek!" protesnya dingin.
Lola pun menggeleng pada Alice,
"Tetap saja kau ini seorang wanita Alice, kau perlu laki-laki yang bisa melindungi mu. Nenek tidak mau kau di ganggu oleh anak laki-laki lain di sekolahmu nanti!" ujar Lola tegas.
Alice ingin kembali membalas ucapan Lola namun, dengan cepat wanita itu mengangkat tangannya yang berarti dia menyuruh Alice untuk berhenti berbicara dan membantah ucapannya,
"Cukup Alice.. Lagipula Justin juga tidak keberatan bukan?? Apalagi rumah kita dan Justin ini berdekatan, jadi jika kau pulang telat, nenek tidak perlu khawatir lagi.. Bukan begitu Justin???" tanya Lola.
Justin terlihat tersenyum pada Lola dan mengangguk pelan
"Iya nek... aku tidak keberatan sama sekali" jawabnya.
Lola pun tersenyum puas mendengar jawaban Justin,
"Terimakasih Justin, kau memang anak yang baik" ujarnya senang.
Alice menatap tidak percaya pada neneknya dan hanya bisa menarik nafasnya dengan pasrah. Bagaimana bisa neneknya ini berkata seperti itu pada pria ini?? pikir Alice tidak mengerti.
"Kalau begitu aku permisi dulu.. Maaf telah menganggu malam-malam seperti ini" ujarnya Justin sopan.
Lola pun mengangguk dan menepuk pundak Justin,
"Tidak apa, sekali lagi terimakasih atas bingkisannya" ujar Lola.
Justin pun mengangguk dan kembali membungkuk pada Lola. Tatapan pria itu lalu mengarah pada Alice dan tersenyum lembut padanya,
"Selamat malam" ujarnya pelan, lalu berlalu pergi.
Lola tersenyum melihat kepergian Justin. Lalu wanita itu pun menyenggol sikut Alice dengan pelan,
"Dia tampan bukan??" tanya Lola menggoda.
Alice terlihat tidak tertarik dan langsung menghela nafasnya dengan malas,
"Nenek pernah dengar gosip bahwa, Justin adalah pria yang banyak di sukai para wanita di sekolah.. Tapi sayangnya, nenek tidak pernah mendengar kisah asmaranya.." ujar Lola.
Lola terlihat terdiam sejenak lalu tersenyum kecil,
"Tapi... Apakah kau sadar? tatapan Justin padamu itu terlihat berbeda bukan??" ujar Lola menggoda.
Lola pun menyeringai pada Alice,
"Sepertinya... Justin suka padamu" ujar Lola tiba-tiba yang membuat Alice langsung menatap neneknya itu dengan tidak percaya.
"Nenek ini bicara apa??? Sudahlah nek.. Jangan bicara yang bukan-bukan. Ayo kita masuk dan makan malam" ujar Alice sambil membawa neneknya kembali masuk ke dalam rumah.
"Tapi Alice... Justin itu pria yang tampan!! Tidak ada salahnya kan...." ujar Lola menggoda.
BRAK!!
Pintu rumah pun tertutup..
Terlihat angin malam di luar bertiup cukup kencang. Daun-daun pun berjatuhan di atas tanah..
Seorang pria tengah bersandar di bawah pohon sambil menatap sebuah rumah yang sejak tadi dia awasi.
Kejadian dan percakapan tadi pun tidak luput dari pantauannya.
Seketika pria itu mengepalkan tangannya dan menatap rumah itu dengan tatapan penuh arti.
DEG!!
Tiba-tiba pria itu menyentuh dadanya yang terasa sangat sakit dan panas,
"Aarrgghh!!!" rintihnya menahan sakit.
BRUK!!
Pria itu pun terduduk di atas tanah sambil menyentuh dadanya yang sakit.
Pria itu mengangkat tangannya dan melihat sebuah tanda di pergelangan tangannya yang sedikit demi sedikit mulai menghilang.
SWISHH~~
Tanda itu berbentuk sebuah kelopak bunga berwarna hitam. Dan tiba-tiba saja salah satu kelopaknya mulai menghilang.
Pria itu menatap tanda itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Lalu pria itu mengangkat wajahnya dan menatap rumah di depannya dengan tatapan sendu,
"Aku.. Aku akan terus berusaha..." bisiknya dalam.
"Dan... aku akan terus bertahan..."
"Untukmu... untuk kita.... Alice..." bisiknya dalam.
Bersambung...
Hai, support selalu cerita ini ya,
Jangan lupa kasih like, vote, komen dan hadiahnya ☺️
Oh iya, kalau baca novel jangan sampai lupa waktu ya, apalagi ninggalin sholat 😁👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 248 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waahh kayaknya nemek Lola pengen jodohin mereka nih..🤭🤭
2023-10-04
0
Qaisaa Nazarudin
Jack penuh perjuangan, Bukan kah di sinopsis sebenarnya sudah punya kekasih? Dan ibunya juga tdk menyukai Alice?? Apakah Jack tdk ingat dgn kekasihnya?
2023-10-04
0