Tersadar semua kekuatan di dalam tubuh bertambah. Dia juga bisa menyeimbangkan dua tubuh yang berada di dalam sosok wujud manusia. Sang dewi kini bisa menapak kaki lebih ringan ketika berdiri tanpa memerlukan bantuan untuk di sanggah atau menopang. Melirik Demusa seolah Lengannya yang berotot itu akan membantu membuat dia menghindar. Demusa benar-benar sudah terpikat dengan sosok manusia yang berada di hadapannya itu.
"Pergi, urusan kita sudah selesai" ucap sang dewi.
"Bening, aku akan selalu mengikuti kemanapun kau pergi."
Dia tidak memperdulikan sekalipun jika harus beradu pertarungan sengit dengannya.
"Terserah kau saja! ayo kelinci putih."
Sang dewi meletakkan siluman itu di pundaknya. Kini mereka tampak akrab seperti saling melengkapi. Catatan putih dari negeri langit yang harus dia selesai untuk membasmi para siluman dan iblis. Kini nyatanya dia malah berbalik arah menjadikan salah satu siluman sahabat terdekat.
"Aku tidak bisa hidup menempati tubuh manusia ini jika dia mati. Begitu juga sosok arwah atau sukma ku akan luntang-lantung di bumi tanpa bisa menyelesaikan misi. Semua semakin rumit" gumamnya.
Dia dan si kelinci siluman putih menuju kediaman. Rasa khawatir terhadap tuan Zafran kini terjawab. Dari kejauhan terlihat kekacauan, yang terlihat hanya sisa reruntuhan bangunan. Mayat yang sudah menjadi bangkai di kelilingi burung gagak memakan beberapa mayat yang isi perutnya terburai.
"Pasti semua ini ulah Raja kegelapan!" ucap sang dewi.
"Dewi, kita harus mengumpulkan tenaga dan energi untuk membasmi si kepala iblis dan siluman" bisik sang kelinci.
"Bukankah engkau adalah siluman? apakah kau tidak takut aku bunuh sewaktu-waktu?"
"Aku sudah siap menanggung segala konsekuensi karena sudah memilih mu menjadi majikanku. Hormat ku pada sang dewi Rembulan" kata sang siluman kelinci sangat sopan.
......................
Melihat jasad tuan Zafran hangus terbakar, tidak tau mengapa tiba-tiba air mata sang dewi menetes. Butiran-butiran itu sampai mengeluarkan salju. Dia tanpa sadar memeluk pria tua itu. Sosok yang dia huni seolah merasakan penderitaan yang mendalam akan kepergian sang ayah. Sang dewi memeluk jasad yang sangat dingin dan kaku itu. Beberapa menit berlalu dia mengangkatnya ke arah pohon di atas perbukitan.
"Sini biar aku bantu" kata Demusa.
Dia wanita yang memiliki kekuatan tenaga dalam, memindahkan dan membawa dalam sekejap. Siluman kelinci membantu menggali tanah, melihatnya Demusa menghela nafas lalu membantu menggali. Setelah selesai sang dewi mengeluarkan cahaya putih membentuk bunga. Dia meletakkan di atas gundukan tanah kuburan tuan Zafran.
Tempat peristirahatan terakhir, di dalam benak penuh harap pria itu tenang di dalam peristirahatan. Tapi suasana duka itu harus berubah menjadi kegaduhan. Kedatangan ibu tiri dan kakak tiri Bening yang tidak terlihat bersedih sepeninggal sang ayah malah mencari ribut dengannya.
"Bening! anak durhaka kau! semua masalah ini bersumber dari mu! dasar anak pembawa sial! " bentak Meran.
Dia berlari berbondong-bondong bersama kedua anaknya. Mereka melemparkan batu ke arah sang dewi Kebencian dan amarah bercampur tanpa henti menganiaya anak tirinya. Meran yang lebih duluan sampai, dia mencekiknya sangat kuat.
"Apa yang kau lakukan wanita gila? aku bukanlah Bening yang bisa kau tindas seperti dulu!" ucap sang dewi.
Dia menampar Meran, bahkan kini tangan mungilnya itu berbalik arah mencekik hingga tubuhnya terangkat. Opila dan Faga memukul Yumna sampai menarik rambutnya. Siluman kelinci putih dan Demusa tidak tinggal diam. Kedua wanita itu di ikat di salah satu pohon. Siluman kelinci mengeluarkan taring bersiap menggigit Opila.
"Kelinci, jangan kau bunuh dia" ucap dewi.
Melemparkan Meran ke tepi sungai, sang dewi kini meminta Demusa dan kelinci putih untuk meninggalkan mereka. Dia berusaha menahan amarah, membunuh manusia hanya akan merubah catatan pengasingannya abadi di dunia. Meran yang sudah bersekutu dengan wanita kegelapan memakai tongkat setan menyerang sang dewi hingga pertarungan mereka menggelegar di udara.
Meran berhasil melukai sang dewi, secepatnya siluman kelinci mengeluarkan bola hijau kedua milik sang kelinci menyelamatkan sang dewi sehingga Meran menjauhkan diri menghilang membawa Opila dan Faga.
......................
...Aku sedang berusaha membaca garis bumi, di kehidupan ini membuat kebimbangan di setiap langkah ku. Walau asal mula ku adalah putri dewi rembulan pemilik sinar mutlak menembus berbagai jaman....
...--Dewi Yumna—...
Bangkit sekali lagi dari kematian, sifat Bening di mata kedua saudara dan ibu tirinya membuat mereka semakin percaya bahwa ada sosok lain yang membantunya. Mereka mendatangi seorang penyihir yang berada di dalam hutan. Kekeliruan mengenai perjalanan tidak dipenuhi tantangan, mereka melakukan perjalanan dengan tangan kosong sampai bermil-mil jauhnya.
Serangan hewan liar hampir merobek kulit Meran, dari arah belakang Opila melempar batu tapi hewan itu berbalik dan menyerang dirinya. Suara teriakan, jeritan dan ketakutan membuat Meran panik mencari kayu besar lalu memukul serigala itu meski kaki dan tangannya sudah terkena gigitan.
Clap, clap, dugh. (Bunyi pukulan)
Tubuh Meran sudah bermandikan darahnya dan darah si hewan. Setelah melihat serigala itu mati, dia mengajak kedua anaknya untuk segera pergi meskipun luka perih dan darah bercucuran. Opila dan Faga menangis sambil membantu ibunya berjalan. Mereka masih menggigil ketakutan akan serangan serigala tadi. Langit telah gelap, matahari kini berganti malam tanpa sinar rembulan.
Posisi pandangan mata Meran masih menatap sekitar. Di tangan kanannya masih menggenggam kuat kayu besar untuk berjaga alih-alih jika ada hewan liar yang menyerang mereka kembali. Suara hewan di hutan membuat sekujur bulu kuduk merinding.
“Ibu, aku takut sekali” ucap Faga.
“Bu, kita sebaiknya kembali saja ke kota. Kaki ku sakit sekali, aku sudah tidak sanggup berjalan lagi” kata Opila merengek.
“Kita sudah berjalan sejauh ini, tidak mungkin kita kembali karena para serigala lain pasti menunggu kita disana.”
Brughh.
Opila tersanduk dahan pohon yang menghalangi jalan, kakinya terkilir sehingga dia menjerit kesakitan. Meran menutup kuat mulutnya rapat-rapat. Terdengar suara aungan serigala dari kejauhan di sambung suara hewan hutan lainnya yang mencekam.
“Sssthhh, tahan dan pelan kan suara mu atau kita akan menjadi santapan hewan-hewan itu!”
“Bu lihat, di ujung sana ada sebuah rumah” tunjuk Faga.
Mereka mempercepat langkah lalu mengetuknya berkali-kali. Pintu terbuka dengan sendirinya, terlihat di dalam banyak cahaya lilin dan dedaunan serta benda-benda aneh tergantung di atas langit-langit ruangan.
“Masuk!” ucap seorang wanita yang sedang duduk di depan perapian.
Dia mengenakan jubah berwarna hitam, tidak jelas wajahnya karena tertupi oleh penutup kepala yang besar. Di sudut ruangan terdapat seekor ular berwarna putih yang melingkar di antara potongan batang pohon. Suara wanita yang terdengar bergetar itu menyuruh mereka duduk di depan meja.
Meran dan kedua anaknya mengangguk sambil melihatnya masih sibuk dengan benda yang dia bakar di perapian. Aroma yang di hasilkan tercium bau yang sangat busuk. Secara reflek Opila menutup hidung lalu berjalan pincang keluar rumah.
“Berhenti! Jangan keluar atau luka mu itu tidak akan sembuh!” bentaknya.
“Kenapa ibu berkata seperti itu?” tanya Meran.
“Panggil aku Togu” ucapnya berdiri lalu meletakkan beberapa potong benda yang dia bakar di atas sebuah wadah berukuran besar.
“Apakah engkau seorang penyihir?” tanya Meran.
“Ahahah, jauh di dalam jiwa mu sudah bersemayam sebagai ratu iblis penyihir tua. Tidak kah kau sadar pernah menggadaikan diri mu untuk makhluk itu? Lantas untuk apa kau mencari ku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
husada
top
2023-02-12
0
bu anum
sini kakak kasih woltel mau nggak kelinci ? bawel bnget nih siluman
2023-02-05
0