Raut

Sembari membuka langit, ada kejadian ribuan tahun lalu yang tidak terbaca oleh dewi rembulan. Mengenai takdir dan goresan tangannya ketika memasuki bumi. Pertikaian di langit mengubah isi buku catatan penentu takdir. Gerai memicu pertikaian penolakan hati enggan menenangkan jiwa. Sebentar saja pintu langit terbuka sampai akhirnya dia tetap terjebak di dalam kumparan usia tanpa kepergian. Rembulan yang di rindukan sekalipun cahaya tidak lagi sama.

Mencoba terbiasa menempati tubuh seseorang, tubuh sang dewi tidak bisa selincah saat menempati negeri khayangan. Sulit bagi dewi Yumna untuk menembus lapisan langit sampai ketujuh, dia sudah tinggal di bumi meskipun kekuatan dewi masih melekat meski belum seutuhnya sempurna.

Siapa sangka gemuruh di hati arwah manusia penasaran ingin merampas kebahagiaan sekalipun tubuh itu sudah berisi roh dewi rembulan. Kali ini sang dewi sedang mencari tau bagaimana ikatan dan cerita mengenai dirinya dan Bening. Tanpa dia sadari raja naga putih pewaris terakhir pada diri Demusa memiliki hubungan erat persahabatan Zeus si dewa petir.

“Terimakasih atas teh teratainya, lain kali aku akan mengajarkan mu jurus pedang.” Sang dewi meletakkan gelas berjalan meninggalkannya.

“Terimakasih kembali, aku menunggu hari kesempatan itu tiba” jawab Demusa tersenyum merekah.

Di paviliunnya, sang dewi di sambut oleh dayang Ibri dan Kun. Dia di iringi untuk menuju kamar, kedua dayang itu dengan sabar membuka alas kaki sang dewi dan mengambilkan baju gantinya.

“Seperti biasa aku bisa membersihkan tubuh sendiri.”

“Baiklah kalau begitu nyonya, kami akan pergi.”

 

Dewi Yumna melepas pakaian lalu masuk ke dalam bak mandi. Air hangat bercampur bunga wangi-wangian menambah kesan rileks aroma terapi. Dia memejamkan mata mengingat segala peristiwa yang ada di langit dan di bumi. Kejanggalan paling memusatkan pikiran ketika di alam dunia terdapat banyak siluman-siluman yang di antara ingin membunuh dan memangsa manusia.

“Apa yang terjadi? Bukan kah bangsa siluman sudah musnah ketika raja kegelapan berhasil di penjara di neraka? Siapa yang sudah menghidupkannya kembali?” gumamnya.

Simbol bulan yang ada telapak telapak tangan kanannya masih menyala ketika malam tiba. Sang dewi memasukkan wajah ke dalam air, mengeluarkan kekuatan untuk mencari tau hubungannya dengan tubuh wanita yang dia tinggali.

Di alam ilusi menembus ruang dan waktu lain.

“Ayo ikut aku, kemari dan lebih dekat lagi” ucap seorang wanita memakai gaun kerajaan.

Langit berwarna jingga, sang dewi melihat Bening menangis sambil memegang pisau. Dia menebas lehernya sendiri di atas sebuah batu raksasa. Di dalam gua yang dingin, gelap dan lembab. Di samping batu terdapat sebuah kolam mendidih. Ada yang lebih menarik perhatian, bunga kelopak merah panjang mengeluarkan asap berwarna hitam.

“Nyonya, apakah non baik-baik saja? Nyonya Bening!" teriak dayang Kun dari luar.

Sedikit lagi nafas sang dewi terhenti akibat terlalu lama di dalam air. Dia mengeluarkan wajahnya dari dalam air lalu menarik nafas panjang meraih handuk keluar dari dalam bak setelah mendengar teriakan sang dayang.

“Saya baik-baik saja, ada apa dayang Kun?” jawabnya.

“Nyonya, saya membawakan sup hangat. Bolehkah saya masuk?”

“Letakkan saja di meja” jawab dewi sambil mengeringkan tubuhnya.

“Wajah engkau begitu pucat. Apakah dewi sudah tidak tahan dengan air yang berubah menjadi dingin?” Tanya siluman kelinci mendekat.

Dia mengusap tubuhnya, lalu berubah wujud memijat kaki dan pundaknya.

“Kenapa kau masuk ke ruangan pribadi ku sesuka mu? Mulai besok kau harus meminta ijin kepada ku terlebih dahulu” ucapnya menyeka keringat dingin di wajahnya dengan handuk.“

“Maaf kan aku wahai yang mulia dewi rembulan” jawab siluman kelinci putih.

Setiap kali membuka mata, sang dewi Yumna harus mengingat-ingat lagi bahwa dirinya sedang berada di tubuh manusia. Ironis memaksakan kehendak yang bertolak belakang pada hasrat tunggal melangkah cari sumber malapetaka yang pernah tercipta.

Setelah membaca setitik petunjuk dari garis langit, gambaran mengenai kaitan dimensi lain. Sang dewi tanpa henti menatap langit, dia berharap waktu segera berganti malam.

Dayang Kun datang membawa hidangan sarapan pagi, aroma yang paling menggugah selera adalah sebuah masakan berwarna hijau dengan potongan daging di sekitarnya. Sang dewi mengambil sendok mencicipi makanan itu, hingga satu piring makanan habis tidak tersisa.

“Mmm, Lezat. Cita rasa ini sangat familiar bagiku, tapi_” sang dewi menghentikan pembicaraan lalu meletakkan sendok di atas meja.

Dewi rembulan seharusnya jarang merasakan lapar dan haus, dia makan dan minum selama ribuan tahun lalu kembali menjalankan tugas sebagai dewi cahaya.

“Nyonya Bening lihatlah perlahan ingatan mu telah pulih” ucap dayang Kun tersenyum bahagia.

“Jadi, aku merasakan apa yang ada pada diri wanita ini?” gumam sang dewi.

Saat pelayan kembali ke dapur, cahaya petir di siang hari membakar pohon di dekat paviliun samping kolam teratai. Sang dewi menoleh dari jendela, terlihat sosok Zeus terbang menghampirinya.

“Zeus kenapa engkau bisa berada disini?” gumam sang dewi.

“Ada yang salah saat engkau terhempas ke bumi. Tidak seharusnya kau berada di tubuh wanita ini. Ruh penasaran manusia ini bergentayangan di sekitar sini, dewi kau harus memisahkan diri dari tubuhnya.”

“Zeus, semua ini salahku. Jika saja aku tidak mendengarkan harapan manusia ini dan engkau tidak menyerang ku maka aku tidak akan turun ke bumi” ucap sang dewi.

“Aku telah menebus rasa bersalah dengan menemani mu turun ke bumi” jawabnya cemberut.

“Tapi aku tidak meminta mu mengikuti ku! Sebaiknya engkau ubah keputusan mu dan kembali ke khayangan sebelum kaisar langit mengetahuinya.”

“Tidak!”

Sang dewi Yumna dan Zeus menghilang berpindah tempat ke goa persemedian leluhur ibu bumi. Sang dewi Yumna duduk menyilakan kaki di atas batu. Dia berkonsentrasi serta menggunakan kekuatannya untuk melihat masa lalu pada diri Bening.

“Semoga engkau berhasil, aku akan segera kembali lagi” ucap Zeus menghilang.

Suara tapak kaki kuda berhenti di depan pintu gerbang masuk. Tuan Zafran tiba di sambut oleh Meran dan kedua anaknya.

“Ayah, kami rindu” ucap Opila dan Faga memeluknya.

“Dimana Bening?” tanyanya sambil berjalan berdampingan dengan mereka.

“Ayah, kenapa kau lebih sayang kepadanya? Sudah beberapa hari ini aku tidak melihat Bening di paviliunnya” ucap Opila bermuka masam.

“Dayang Frit, cepat cari Bening” perintah Zafran.

“Baik tuan.”

Berbagai benda dan oleh-oleh yang di bawa oleh Zafran di keluarkan dari dalam bungkusan dan kotak oleh Meran dan kedua putrinya. Mereka sedang sibuk memilih sedangkan Zafran mondar-mandir menunggu kabar Bening.

“Tuan, saya hanya melihat dayang Kun di paviliun nyonya Bening” ucap dayang Frit berlari tergesa-gesa.

“Cepat panggil Kun kemari!”

Terpopuler

Comments

Hanum Anindya

Hanum Anindya

Aku malah penasaran sama Bening yang asli ia hidup atau mati, terus roh bening lari kemana itu? trus tubuh Yumna?

2023-02-05

0

Kak wirid

Kak wirid

zeus aku padamu

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!