Tajam

Dengan sabar Demusa membasuh dan membersihkan wajahnya. Bening masih belum sadar hingga Demusa juga menggantikan pakaian. Dia membawa baju Bening yang terkena darah menuju ke kamarnya sendiri. Dia meletakkan baju itu ke dalam sebuah keranjang beserta peralatan mencuci lalu di bawa ke tepi sungai. Demusa menggunakan penerangan obor, setelah selesai mencuci tiba-tiba kaki palsunya terasa sangat ngilu dan sakit.

“Arghh! Ini pasti Karena aku menggunakan kaki palsu begitu lama. Biasanya jam segini aku sudah meluruskan kaki ku di atas kasur, atau mungkin karena aku kehilangan banyak darah” gumamnya.

Dia mempercepat mencuci pakaian lalu kembali ke kediaman. Duduk di pinggiran kolam teratai sampai terlelap menyandarkan tubuh di salah satu pilar hingga pagi dekat paviliun Bening. Disisi lain, Bening terbangun dengan wajah terkejut melihat bajunya sudah terganti, rambut yang semula di sanggul kini terurai begitu saja.

“Siapa yang sudah berani menggantikan bajuku?” gumamnya.

Dia mengingat kembali kejadian tadi malam serta keganasan dirinya sendiri yang tidak bisa terkendali untuk mengisap darah. Dia menuju dapur, membuat sebuah bubur yang berisi rempah-rempahan. Dari kejauhan kedua saudara tirinya mengintai.

“Apakah air mematikan itu tidak membunuhnya? Kenapa ibu melepaskannya begitu saja?” kata Opila.

“Tidak, aku yakin sekali ada yang tidak beres darinya. Lihatlah, untuk apa dia membuat bahan rempah, bukankah Demusa si panglima kerajaan jarang sekali menderita sakit?" ucap Faga.

Bening berjalan menuju kamar Demusa membawa bubur yang masih mengepul dengan hati-hati. Namun dia tidak menemukannya, penjaganya mengatakan Demusa berada di dekat kolam teratai. Bening segera mencarinya, pria itu terbangun mendengar suara langkah kaki bergerak menarik pedang siap menyerang.

“Ini aku!” ucap Bening mengeraskan nada suara.

“Apa yang membawa mu kesini?”

Dia menahan rasa malu, kaki palsu yang terlepas bertengger di dekatnya menambah perasaannya berkecamuk.

“Aku hanya ingin membawakan bubur ini. Kau terlihat sangat pucat, aku berhutang budi pada mu.”

Bening menyuapinya perlahan. Walau bubur itu masih sangat panas sampai membakar lidah, dia tetap membuka mulut dan menelan sampai habis.

“Terimakasih” ucapnya tersenyum.

Bening menganggukkan kepala, dia membantu Demusa meneguk air yang sudah dia sediakan.

“Besok akan pergi ke suatu tempat."

“Aku akan mengantar mu dan memastikan kau sampai dengan selamat.”

“Demusa, mengapa kau begitu baik kepada ku? Lihatlah perlahan kau akan mati kehabisan darah karena ku.”

Bening beranjak pergi dari tempat duduk tapi tangannya di tahannya.

“Tunggu, sebelum kau pergi. Aku ingin tau letak daerah sekitar sini sampai menuju bukit dan hutan belantara."

“Baiklah akan aku tunjukan lokasi detailnya” ucap Bening membalas tatapannya.

Mereka berdua menuju belakang paviliun, Bening menggambarkan kerangka wilayah dengan sebuah ranting pohon. Mereka berdiskusi sangat lama, dia melompat lalu mengarahkan petunjuk arah melalui sinar bayangan matahari. Ketika Bening berbalik arah melangkah pergi, dia mendengar suara besi yang terjatuh kuat mengenai batu di sekitarnya.

Dia berlari membantu Demusa agar tidak terjatuh. Tubuhnya lemas di topang Bening, akibat kaki besi itu terlalu berat bersama tubuh besar Demusa yang melemah. Bening ikut terjatuh menimpa tubuhnya. Keduanya saling bertatapan sangat lama. Dia segera bangkit dari atas tubuh Demusa tapi lagi-lagi pria itu mulai menahannya.

“Lepaskan aku!” seru Bening memukul dadanya.

Demusa melepaskan tangan yang melingkar di pinggang wanita mungil itu. Manik matanya mencari-cari dimana letak sedikit rasa pada diri Bening. Perasaan pahit tanpa cinta, ramuan pembunuh jiwa sudah merubah hatinya menjadi mengeras.

......................

Kebahagiaan tidak di dapat di dunia yang dingin.

Tubuhnya tidak seperti dahulu setelah meminum ramuan pengubah wujud menjadi sosok peminum darah. Kehadiran Demusa menjadi peran penyelamat di tengah cinta yang tidak terbalaskan. Penderitaan ini akan berlangsung sangat lama, bahkan bisa sampai seumur hidupnya. Dia menghempaskan tubuh Demusa, berlari masuk ke dalam kamar.

Suasana penglihatan sang dewi tentang kejadian di masa lalu terhenti mendengar teriakan dari siluman kelinci putih.

“Dewi Yumna!” jerit sang kelinci.

Sinar kilatan berwarna orange menyilaukan mata. Sang dewi terpaksa membuka mata bergerak mengelak ketika lemparan serangan hampir mengenai dirinya. Dia terpaksa masuk kembali ke tubuh Kahiyang, sosok roh pemilik asli memasang wajah sangar mendekat ke arahnya. Dia menancapkan kuku ke tubuh siluman kelinci putih, tubuh hewan tersebut langsung mengeluarkan darah segar dan jatuh tersungkur di atas tanah.

“Argh!” sang kelinci berubah wujud menekan lukanya.

Aksi serangan kembali di lancarkan oleh roh Bening, sang dewi melepas diri dari tubuh asli Bening sehingga penyerangan beralih ke sebuah pohon di dekat mereka.

“Jika engkau menginginkan tubuh mu maka ambillah!” ucap sang dewi.

Sosok arwah Bening mencoba berkali-kali masuk ke raganya akan tetapi tidak bisa masuk juga. Dia berbalik menyerang sang dewi, serangan beruntun menyakar dan menyerang. Hampir saja gigi taring dari sosok arwah itu menancap ke lehernya. Kelinci siluman menghalangi menggunakan kekuatan tenaga dalam, hal itu mengakibatkan arwah Bening terlempar jauh. Siluman kelinci mendorong sukma sang dewi kembali masuk ke dalam tubuh Bening membawa dia pergi.

Setelah berpindah menuju tanah bumi di bagian rerumputan hijau. Akibat banyaknya tenaga dalam siluman kelinci habis, dia mengeluarkan banyak darah. Darah kental berwarna hitam, tubuhnya terkulai lemas di atas tanah. Sang dewi membantunya berdiri membawanya kembali ke kediaman tuan Zafran. Kelinci siluman begitu sekarat, sang dewi membaringkannya di atas keranjang bulat. Saat dia akan memberikan kekuatannya, Seketika cahaya itu meredup, sang dewi masih terus berusaha membantu siluman kelinci.

“Kenapa kekuatan ku tidak berfungsi?”

Kini sukma dewi Yumna masuk kembali ke dalam tubuh Bening. Sementara arwah Bening menghilang karena tidak berhasil mengejarnya. Perlahan siluman kelinci membuka mata, nada yang parau begitu lemah mengucapkan sesuatu.

“Dewi, engkau harus meneruskan persemedian mu untuk mengungkap kan semuanya.”

Di salah satu bebatuan besar, kini putri melakukan pertapaan melepaskan sukma.

“Bening, Bening hentikan!” jeritan dari Demusa menariknya masuk ke dalam kamar.

Bening berubah menjadi sosok mengerikan, urat nadi timbul ke permukaan kulit merasakan hasrat haus darah segar. Demusa lagi-lagi merelakan diri mengulurkan tangan, Bening tanpa sungkan menyedot darah Demusa sangat lahap sampai wajahnya memucat. Wanita setengah monster itu berubah kembali seperti wujud semula. Pandangan Demusa berubah gelap berdiri tidak stabil mencari sesuatu yang dapat menopang tubuhnya. Bening yang sadar dengan kelakuan di luar kendalinya tadi merasa kasihan melihat pria itu menderita.

Pengorbanan lelaki itu perlahan melunturkan hatinya yang dingin menjadi berbelas kasih. Dia membantu Demusa berbaring di atas ranjang dan membantu menaikkan kedua kakinya. Akan tetapi ketika Bening mengangkat salah satu kaki palsu Demusa itu sangat berat hingga dia setengah sadar membantu melepaskan kakinya sendiri.

“Bening, melihat keadaan ku seperti ini, tidak kah engkau merasa takut?” tanya Demusa memperhatikan raut wajahnya.

“Apalagi yang aku takutkan selain diri ku sendiri?” jawab Bening meneteskan air mata.

Terpopuler

Comments

Hanum Anindya

Hanum Anindya

demusa benar benar laki laki yang setia, dsn banyak berkorban buat bening. kasihan juga sih

2023-02-05

0

🌚akang gelap

🌚akang gelap

setia nya si demusa. kasian dia kaki sebelah kaki palsu

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!