Rasi dan Sekte

Sudah bertahun-tahun mereka menginginkan anak, setelah doa itu terjawab semuanya lenyap begitu saja. Seperti baru semalam mereka memeluk bayi kecil itu, kini kedua nya harus melepaskan untuk selamanya. Reinkarnasi rahasia alam, sosok Bening dan dewi Yumna menyatu dalam roda waktu yang berbeda.

Putaran waktu

Kilauan sinar indah nan terik itu sampai menyipitkan setiap pandangan mata makhluk di atas muka bumi yang melihatnya. Dewi rembulan turun ke bumi menggemparkan penghuni langit, negeri khayangan dan seisinya.

Ketidak terimaan Dewi Bintang, dia mengabarkan takdir rasi bintang sang dewi Rembulan yang berubah. Meskipun di dalam kesendirian, bintang kecil yang paling bersinar itu menyilaukan dari kejauhan.

Dewi bintang Sansai adalah sosok dewi yang tersembunyi di balik lapisan langit. Dia melihat garis takdir yang di terima Yumna.

Mengiringi kedatangan dewi khayangan ke bumi, dia melukis langit malam berhias penumbra aurora indah. Menurut ramalan cuaca seharusnya malam ini turun hujan di sertai badai. Tidak dengan keajaiban malam yang mencengangkan setiap mata memandang. Sang dewi berharap bintang jatuh yang sengaja dia berikan untuk mengubah takdir dewi rembulan dapat mengembalikannya kembali ke Khayangan.

......................

Aku tidak pernah mengira bisa sampai di negeri indah nan hijau ini

Menjalani dunia yang berbeda tidak membuat atau merubah keyakinan takdir dapat kembali

Duka dan air mata hanya butiran rintik saja

Perputaran kehendak angan menyisakan lara

Catatan tinta pembasmi siluman kan terikat

Kepada kaisar langit

Aku menahan kerinduan tempat asal menabur jutaan alam sana

Setengah sisa kekuatan dewi Yumna masih tertumpu di dalam dirinya. Dia pewaris keabadian sinar kehidupan rembulan di malam hari. Kini ini tidak akan lagi sama, saat membuka mata melihat sekeliling ruangan yang begitu asing. Tubuh terasa lebih ringan dari biasanya, dewi dari negeri Khayangan itu mengingat kembali dirinya sedang berada di sisi ujung bulan sabit saat mendengar suara harapan dari seorang manusia di bumi.

“Dimana aku? terasa desiran detak jantung dan darah hangat di dalam tubuh ku” gumam putri Yumna mengusap wajahnya sendiri.

Seekor kupu-kupu terbang mengitari lalu hinggap di salah satu bunga mawar berwarna biru segar yang di letakkan di sebuah pot berukuran sedang di tepi jendela. Perlahan dia berjalan ke arah jendela, memandang keluar menikmati udara segar bekas embun pagi. Akan tetapi, ketika dia melihat dari kejauhan ada asap hitam yang menggumpal menggulung di atas langit biru.

“Tolong! Kebakaran!” teriakan bercampur suara tangis membuatnya melakukan gerakan melompat keluar jendela.

Sapuan angin menghembus sapuan api yang menyala semakin berkobar. “Ah baru kali ini aku bisa merasakan sakit. Ada apa dengan kekuatan ku?” gumam dewi Yumna mencoba sekali lagi.

Dia mencoba berkali-kali namun gerakan terhenti mendengar tangis seorang anak bayi dari dalam rumah. Dewi Yumna dengan berani masuk ke dalam tanpa menghiraukan serpihan kayu dan bara api berjatuhan. Puing-puing dan pondasi rumah hampir menimpanya. Dia mencari-cari sumber suara tangisan dari arah rumah bagian belakang yang sudah di penuhi api. Dia mencoba menggunakan kekuatannya hingga dapat menyelamatkan sang bayi. Dia menahan luka bakar pada bagian lengan.

“Terimakasih engkau telah menyelamatkan anak ku” ucap seorang ibu mengambil sang bayi dari tangannya.

Sang dewi hanya menganggukkan kepala lalu menoleh ke arah bayi mungil yang seolah melihatnya.

“Siapa dia? Sungguh wanita yang hebat” ucap orang-orang menyaksikan kejadian itu.

Mereka yang semula berkerumun kini berlari meninggalkan tempat itu, mereka tampak ketakutan melihat orang-orang menunggangi kuda memakai jubah berwarna hitam bertopi hitam ada gambar tengkorak di atasnya menuju ke arahnya.

“Petugas keamanan datang!” seru seseorang menunjuk ke ujung jalan.

Rombongan petugas dengan alat pemukul di tangannya bergerombol memasang wajah marah. Dari balik pepohonanm seorang dari pria berbaju merah melompat menarik tangan Yumna meninggalkan tempat itu. Mereka berlari sampai ke tepi sungai di dekat perbukitan. Keringat Yumna bercucuran, nafas tersengal-sengal dan wajahnya memerah. Dia menghempaskan genggaman dari seorang pria yang masih sibuk mencari jalan di antara sela pepohonan rindang.

“Lepaskan aku!” bentak Yumna mengerutkan wajah.

Yumna berbalik arah kemudian berhenti membungkukkan tubuh bercermin di dalam air. Wajahnya menghitam terkena asap, dia membersihkan wajah dengan air hingga bersih. Alangkah terkejutnya dia melihat wajahnya yang sedikit berubah.

“Kau siapa?” ucapnya terkejut.

“Wanita yang aneh, aku sepertinya salah menyelamatkan orang” gumam pria tersebut menarik sudut bibirnya.

Sementara sang dewi masih sibuk menepuk-nepuk wajahnya. Dia memperhatikan badannya yang sedikit lebih gemuk dan rambutnya yang berwarna hitam. "Apakah aku terjebak di dalam tubuh wanita ini?" gumamnya menghembus nafas panjang.

"Hei, apakah engkau buta? di ujung sana para petugas kejam itu sedang mencari siapa pun yang terlibat dalam insiden kebakaran!" ucap pria itu berdecih memperhatikan gelagatnya.

"Apa maksudmu? aku sudah menolong korban kebakaran tadi. Kenapa para petugas malah mengejar ku?"

“Kau memangnya berasal dari mana sampai tidak tau keganasan mereka” ucap pria itu.

Pemerintahan yang di pimpin oleh raja Jangja ke tiga sangat kejam, menindas rakyat dan mengensampingkan kesejahteraan negerinya. Tidak ada yang mengetahui rahasia besar bahwa sang raja di perdaya sebagai boneka penggerak oleh siluman yang berselubung sekte hitam.

Gua raksasa ratusan tahun

Pria terhormat itu terlihat seperti pengemis meminta bantuan pada sekumpulan pria bertopeng yang memiliki ilmu sihir hitam. Salah satu ketua sekutu pemegang kendali berdiri mendengarkan keluhan pria itu. Mereka para pemuja siluman raja iblis. Siapun yang suda berniat masuk ke dalamnya tidak bisa mundur lagi. Lembah gua sarang pengikut iblis mencari mangsa manusia.

Pemilihan raja berikutnya di isi dengan berbaagai ajang kompetisi. Pangeran Kangra dan Jangja beradu saling bertempur. Kemenangan jatuh pada pangeran Kangra.

Begitupun pada pertandingan wawasan ilmu pengetahuan dan lainnya. Sampai pada hari penyematan peresmian putra mahkota sebagai raja berikutnya, Kangra amat senang mendapatkan tahta di samping segala rencananya untuk mensejahterahkan rakyat.

Amarah pangeran Jangja tidak terima akan kekalahannya. Dia meminta pada kepala suku sekte hitam untuk menjatuhkan posisi Kangra.

“Semua keinginan mu akan terpenuhi asal kau menyerahkan jiwa mu pada raja siluman iblis dan mematuhi perintah kami. Ahahahah!” ucap kepala suku sekte hitam.

“Ya, aku bersedia! Cepat bantu aku menjadi raja di negeri ini!” kata pangeran Jangja berlutut.

Keesokan harinya ketika pangeran tiba di istana, halaman itu di penuhi dengaan kain putih dan kibaran bendera kuning. Seharusnya hari ini adalah hari penyematan kenaikan tahta raja Kangra, tapi berubah menjadi hari kematiannya.

Kaki pangeran Janjgja lemas melihat jasad saudaranya yang terbujur kaku. Dia tidak menyangka keinginannya untuk menggeser posisi Kangra malah merenggut nyawanya.

“Maafkan aku Kangra” gumam Jangja.

Terpopuler

Comments

Hanum Anindya

Hanum Anindya

rebutan kekuasan memnag sangat menyakitkan semuanya apa lagi kalau perselisihan berujung dengan putus tali persaudaraan.

2023-02-04

0

Abang rafi

Abang rafi

perebutan kekuasaan berujung kematian. saudara sendiri pun bisa jadi seorang pembunuh. sampai disini jangja pria berhati busuk. eh itu si kangka arwahnya mati penasaran nggak thor?

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!