“Tangan Opila harus di amputasi jika kau malam ini tidak memberikan penawar. Dia akan mengatakan kepada dunia bahwa kelinci putih peliharaan Bening seekor hewan mematikan. Ibu tiri Meran pasti akan tinggal diam dan selalu mengejar mu.”
“Tidak, aku akan selalu berada di samping mu. Aku tidak ingin masalah ini membuat aku harus pergi.”
Tengah malam siluman kelinci putih memasuki kamar Opila. Dia menghembus luka hingga warna biru bercampur nanah perlahan memudar. “Manusia ini begitu licik, pasti sia-sia dewi memaafkannya.”
Sementara ibu tiri Meran masih bersenang-senang menikmati batu permata pemberian Demusa. Pria itu di izinkan tinggal di kediaman rumah tuan Zafran sebagai tamu penting. Menghitung nilai kadar tinggi batu permata merah sangat mahal. Dia menyiapkan kamar khusus yang di dalamnya berisi perlengkapan kebutuhan sehari-hari.
“Non, apakah non mengenal pria yang tinggal di belakang paviliun?” tanya dayang Kun.
“Aku tidak ada waktu untuk mengetahui hal tersebut. Tugas mu menjaga kelinci itu, aku akan segera kembali.”
“Di larut malam seperti ini nyonya mau pergi kemana?”
Berada di atas gunung Himalaya, rintik hujan, kabut putih dan berbagai macam suara hewan malam mewarnai suasana mengerikan. Sang dewi melakukan pertapaan mencari tahu cara tercepat kembali lagi ke negeri bulan. Kilatan petir Zeus menggelegar di angkasa, sang dewi hafal bagaimana cambuk benda raksasa itu melempar sukmanya sampai ke bumi di tambah hukuman langit.
“Kaisar langit begitu kejam menghukum ku, cahaya rembulan meredup jarang terlihat di langit" gumam dewi Yumna menyilang kaki, menutup mata melakukan perjalanan menembus langit khayangan. Tubuh manusia yang terpilih untuk tinggal seolah memiliki rahasia tersembunyi.
Karena tidak di ijinkan masuk ke wilayah khayangan, sang dewi tetap menyimpan kekuatan rembulan. Kekuatan itu semakin kuat saat rembulan walau meredup dan menampakkan cahayanya. Mengeluarkan sukma terbang ke khayangan, sang dewi berjalan menemui dewa langit untuk mempertanyakan agar bisa kembali lagi kesana.
Biasanya mudah baginya untuk bertemu penguasa langit atau tetua khayangan. Tapi kali ini pemilik sukma sang dewi hanya sampai di garis depan pintu gerbang khayangan. Pintu tertutup, para pengawal yang berjaga menghalangi menggunakan api anak panah dan pedang raksasa.
“Apa yang sudah terjadi? Mengapa aku tidak bisa masuk ke dalam?” ucap sang dewi berteriak di depan pintu.
Lantai langit terbelah menjatuhkan sang dewi kembali ke bumi. Dia masuk ke tubuh Bening lalu membuka mata. Tidak ada jawaban dari penguasa langit, sang dewi mencoba melakukan persemedian namun gagal juga. Pintu kamar paviliun di kunci dari dalam sosok siluman kelinci yang berwujud Bening untuk berjaga jika ibu tiri atau kakak tirinya mencarinya.
Sang dewi melanjutkan persemedian tanpa makan dan minum. Tubuh Bening yang asli berada di bawah pohon tertinggi di pegunungan Himalaya.
Cuaca mendung perlahan menurunkan rintik hujan, sang dewi mencoba mengingat kembali kekuatan terbesarnya yang menghilang. Dia berfokus pada tujuan langit ke tujuh, walau bagaimana pun tubuh manusia itu mempunyai keterbatasan. Sang dewi merasakan hawa dingin dan mengalami demam menggetarkan seluruh anggota tubuh.
Demusa berhasil menemukannya lalu membungkus tubuhnya dengan jubah miliknya. Sang dewi yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit akibat kehabisan tenaga dalam akhirnya tidak sadarkan diri.
“Bening! Bangun, sadarlah!” ucap Demusa menopang tubuhnya.
Dia membawa dewi pulang ke kediaman tuan Zafran. Melihat Demusa menggendong Bening membuat mata Opila melotot berlari menghampiri.
“Bukan kah Bening ada di kamarnya, kenapa sekarang bersama mu?” tanya Opila curiga.
Opila berlari masuk ke kamar Bening, dia melihat Bening tertidur di atas ranjang lalu berlari lagi menghampiri Demusa yang sedang menggendong Bening.
“Ibu! Faga! Kemari lah!” teriak Opila.
Para pekerja yang juga mendengar teriakan bergerak mengintip mengamati kegaduhan.
“Ada apa?” tanya Meran.
“Kenapa engkau menggangu tidur nyenyak ku!” Faga menyipitkan mata.
“Ibu, cepat usir mereka berdua!” Opila mendorong tubuh Demusa sampai ke depan pintu.
“Demusa kenapa kau bersama anak sialan itu? ”tanya Meran.
“Aku menemukannya sedang tidak sadarkan diri di bawah pohon. Ijinkan aku membawanya ke paviliun utama.”
Mendengar ucapan Demusa, nafas Meran semula memburu terpaksa dia stabilkan dengan normal mengingat batu permata merah berkilau. Dia tidak ingin Demusa mengambil kembali darinya.
“Mmmhhh, untuk sekali ini aku maafkan. Tapi lain kali jangan harap aku akan mengampuni anak itu!” ketus Meran pergi berlalu menarik tangan Opila dan Faga.
“Ibu, kenapa engkau melepaskannya begitu saja? Aku tadi melihat Bening ada di paviliun dan satu lagi bersama pria aneh itu” kata Opila.
"Ibu, apa sudah ada rasa kasih sayang untuk anak terkutuk itu?” Faga mengguncang lengan tangan Meran dengan pelan.
“Kalian dengarkan aku, sebelum serpihan batu permata terjual habis maka kita harus menahan Demusa disini” kata Meran lalu melipat tangan.
Opila dan Faga mengacungkan jempol, mereka tertawa kecil saling memandang menuju bilik kamar.
......................
“Astaga, apa yang sudah terjadi pada nyonya Bening?” dayang Kun panik membantu Demusa membawanya ke atas tempat tidur.
“Aku akan segera memanggil tabib” ucap dayang ibri.
“Kalian tunggu sebentar di luar, saya akan mengganti baju nyonya muda” ucap dayang Kun.
Dia mengganti baju sang dewi yang basah, mengeringkan rambut panjangnya dan meletakkan kompres di atas dahinya. Ketika sang dayang akan menyisir rambutnya tiba-tiba mata sang dewi terbuka lebar melotot menghentikan gerakan tangannya.
“Biar aku saja yang menyisir rambutku” ucap sang dewi bangkit lalu duduk di pinggir ranjang.
Sangat di larang bagi seorang dewi langit atau dewi rembulan jika rambutnya tersentuh oleh yang lain. Disana sebagian sumber nyawa dan serpihannya dapat di pergunakan sebagai kekuatan sementara bagi yang mendapatkannya.
“Ya sudah nyonya tolong kembali beristirahat, sebentar lagi tabib akan datang” ucap pelayan Kun.
“Siapa yang membawa ku pulang?”
“Tuan Demusa yang membawa nyonya.”
“Apa? Kenapa dia bisa menemukan ku?” gumam sang dewi.
Beberapa menit berlaku, Demusa bergegas masuk ke dalam paviliun menarik tangan sang tabib. Dia memperhatikan wajah pucat wanita yang kini dia kagumi itu. Akan tetapi pandangannya beralih melihat kelinci putih melompat naik ke pangkuannya.
“Dayang, cepat singkirkan kelinci itu dari Bening. Bulu yang berterbangan akan menambah flu dan sakit” kata Demusa menunjuk.
“Tidak apa-apa, dia adalah kelinci peliharaan ku” kata sang dewi mengusap kepala siluman hewan tersebut.
“Dewi, aku sangat mengkhawatirkan mu. Maaf aku baru menemui mu, bekas perak yang merantai dan melemahkan kekuatan ku. Aku pergi untuk mengumpulkan kekuatan agar bisa tetap berubah wujud menjadi hewan. Ketika mendengar kedua saudara tiri mu mencari mu di kamar maka secepatnya aku merbah wujud seperti mu selama berhari-hari lamanya” ucap siluman kelinci memberikan bahasa isyarat dengan penjelasan secara terperinci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Hanum Anindya
tapi kalau punya anak bagus tuh namanya Bening, unik banget kak namanya🤭🤭🤭
2023-02-05
0
Hanum Anindya
roh Yumna di tubuh bening? trus rohnya bening lari kemana?
2023-02-05
0