Genting

Tabib Lin mengeluarkan peralatan, beberapa obat-obatan dan jarum suntik.

“Tuan tabib, saya sudah merasa mulai sehat. Anda boleh mengemas kembali semua peralatan itu” ucap sang putri.

“Baiklah kalau begitu aku hanya memberikan nyonya vitamin dan resep penghilang rasa sakit” ucap tabib dengan sabar.

Waktu terus berganti, Kedua kakak tiri putri selalu memikirkan cara untuk mencelakai saudara tirinya. Mereka berencana membuat jebakan perangkap hewan di perbatasan hutan. Lubang yang dalam mereka tutupi dengan dedaunan. Sambil tertawa mereka mengirim surat melalui seekor merpati ke paviliun.

“Jika engkau ingin Opila dan Faga selamat maka temui aku di perbatasan hutan sore ini.”

Sebuah kalimat ancaman tidak menggetarkan atau membuat rasa takut sang putri. Dia terbang dan melompat di ikuti siluman kelinci putih.

“Arghhh, arghhh..” jeritan suara terdengar oleh sang dewi.

Dia tidak mengetahui ada lubang dalam sehingga dia masuk ke dalamnya jatuh di kandang penangkap hewan.

“Akhirnya dia akan segera mati!” ucap Opila tertawa terbahak-bahak.

Alangkah terkejutnya mereka melihat sang dewi keluar dan terbang tepat di depan mereka.

“Auuu…” aungan suara serigala dari kejauhan. Kedua kakak tiri terhentak sangat ketakutan.

Mata merah mengintai dari balik semak-semak, suara mengerang melompat bersiap mencabik dan ******* daging manusia yang di incar.

“Argghh tolong!” jerit kedua kakak tiri itu berlari.

Ujung rok Opila di gigit tertarik mendekati semak lebat, serigala sudah siap memangsa. Sang dewi menarik ekor serigala, dia mengangkat sambil mengayunkan hingga terlempar jauh.

“Bening, aku tidak mengira engkau bisa sekuat ini” ucap Opila.

Seakan mereka tidak bersalah, kedua saudara tirinya itu berlari meninggalkannya.

“Bening, tunggu pembalasan ku.”

Serigala yang sudah terluka tetap menyerang. Cakaran kuku tajam hampir merobek wajahnya. Sang dewi menghajar serigala, mengikat tubuhnya dengan tali.

“Aku tau engkau adalah siluman” ucap sang dewi mengikat simpul tali kuat.

Di sela pertempuran melawan siluman serigala jadi-jadian. Langit terbuka lebar melayangkan suara bunyi gong raksasa yang begitu kuat. Terdengar pula suara petir hingga menyambar pepohonan dan tiang listrik.

“Titah dari langit!” suara yang tidak asing terdengar.

“Zeus atau Tetua khayangan?” gumam sang dewi.

Dia berhasil mengikat simpul dan menyiksa siluman itu hingga babak belur. Namun terhenti melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di negeri khayangan meskipun hanya kilatan cahayanya saja.

“Wahai dewi rembulan, tugas mu di bumi bukan untuk menyiksa dan membunuh. Perlu kau ketahui ada banyak pengampunan dan riwayat catatan putih agar segera pulang ke asal mu.

Setelah suara tersebut berhenti, langit kembali normal seperti sedia kala.

"Su_suara apa itu? sekujur bulu ku seolah akan rontok mendengarnya!" ucap siluman kelinci.

"Suara itu bersumber dari negeri khayangan."

“Tidak ku sangka aku bisa mendengar suara penghuni langit. Wahai dewi, mohon ampuni dia” siluman kelinci mengigit ujung gaunnya.

“Siluman kecil, kau tidak boleh ikut campur urusan ku!”

“Dewi, aku akan menjamin dia tidak akan menyerang mu. Sebelumnya dia tidak mengetahui engkau adalah sosok dewi bukan?” siluman kelinci putih memelas menatap dengan air muka berkaca-kaca.

Sang dewi mengeluarkan pedang menebas simpul ikatan. Siluman serigala langsung berlutut meminta ampunan. “Aku perintahkan kau untuk menjaga wilayah ini dan jangan pernah makan daging manusia!"

“Terimakasih wahai dewi yang agung. Aku akan mengingat semua perintah mu seumur hidupku” ucap serigala jadi-jadian.

......................

Mencoba berdamai dengan alam di dunia manusia. Sang dewi Yumna kembali ke kediaman menuju paviliun memperhatikan Demusa duduk di dekat pohon sakura putih. Lelaki misterius yang selalu mengikutinya. Dia mengabaikan kehadirannya meneruskan langkah berjalan tanpa menoleh sedikitpun.

“Bening tunggu!” panggil Demusa.

“Mmhh. Sejujurnya aku lebih suka di panggil nama asli. Dewi Yumna!” gumamnya membalikkan badan.

“Ada apa?”

“Dari mana saja kau?”

Demusa memperhatikan pakaiannya yang begitu kotor.

“Bukan urusan mu!” jawab sang dewi dengan tatapan dingin.

Ibu tiri Meran yang tiba melayangkan tangan menjambak rambutnya. Sang dewi berusaha melepaskan tarikan itu lalu menepis tangan ibu tirinya lalu mendorong hingga terjatuh.

“Bening berani sekali kau! Akan ku laporkan tindakan mu ini ke ayah mu!”

Kelinci putih sudah bersiap mengigit kaki Meran tapi di hentikan oleh Yumna.

“Jangan! Mereka akan mendapat hukuman dari langit atas semua perbuatan mereka kepada pemilik asli tubuh ini" gumamnya.

“Malam ini kau tidur di luar! Kunci paviliun utama berada di tangan ku!” bentak Meran.

Dia sangat kesal dengan ibu tirinya itu karena mendengar keluhan buruk tentang Bening dari kedua anak tirinya.

...----------------...

Tron menangkap kelinci putih, dia mengusap kedua telinganya sambil tertawa kecil.

“Sungguh kelinci peliharaan yang menggemaskan!” ucapnya.

“Ya terlihat begitu, tapi kau tidak tau isi di dalamnya” gumam sang dewi.

“Bening, bagaimana kalau kita minum teh sejenak? Aku ingin membicarakan mengenai jurus pedang. Aku ingin lihai menggunakan pedang. Terutama pedang kepunyaan ku ini , warisan dari leluhur ku” ucap Demusa.

Putri memperhatikan simbol naga yang terpahat di bagian tengah. Sebuah simbol raja naga yang sesekali terbang di langit ketika rembulan bersinar terang. Naga putih abadi yang sangat familiar, separuh ingatan sang dewi yang terhapus sulit mengingat sejarah pada pedang itu. Dia duduk di dekat Demusa mengamati goresan wajah pria itu semakin lama seolah pernah dia temui. Raja naga putih jelmaan pria di masa lalu, akan tetapi sang putri sulit mengingatnya kembali.

“Tunggu sebentar, aku akan segera kembali” ucap Demusa.

Putri mengangguk memperhatikan cara jalan Demusa dengan seksama. Setelah beberapa menit berlalu, dia kembali membawa sebuah wadah berukuran persegi panjang. Ada dua cangkir dan sebuah teko di atasnya. Perlahan dia menuang air ke dalam gelas, kemudian dia sodorkan untuknya. Teh hangat bunga teratai putih untuk menyehatkan dan menenangkan pikiran. Jika di istana langit, sekalipun raja naga tidak akan pernah menyajikan atau melayani seseorang dewi sekalipun.

“Wajah dan gerak-gerik mirip dengan raja naga, tapi apakah mungkin?” gumam sang dewi.

Raja naga putih

Dia terbang meliukan tubuh di langit Khayangan, keberadaannya kini menghilang setelah pergantian peradaban dan putaran waktu garis langit. Bekas peninggalan kolam dan ruangan kebesaran di negeri khayangan masih tetap berada pada tempatnya.

Para tetua khayangan saling mempertanyakan dimana raja naga putih, tapi hingga saat ini hanya kaisar langit yang mengetahui keberadaanya. Di masa sebelum kehilangannya, dia adalah sosok yang sangat dekat dengan dewi rembulan. Sang naga putih terbang seolah mengitari rembulan di dalam sosok ruh dewi yang berada di dalamnya. Teman sekaligus sahabat sejati yang memiliki kekuatan tiada tara. Rahasia naga putih masih menjadi misteri di dalam lapisan negeri langit khayangan.

Terpopuler

Comments

Hanum Anindya

Hanum Anindya

opila pasti bingung banget ya kok bening bisa mengalahkannya, penasaran kali dia. nggak tahunya itu rohnya yumna 🤦

2023-02-05

0

Officer👮 🥥kelapa muda

Officer👮 🥥kelapa muda

up🥥

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!