Berderet

Rembulan tertutup di balik awan, malam panjang berselimut hujan badai. Sang dewi terbangun dari tidur mendengar teriakan. Dia pergi keluar melompat dari jendela, tanpa memperdulikan tubuhnya yang sudah basah kuyup. Dia terbang sangat jauh menuju perbatasan wilayah selatan kemudian ke atas pohon mencari sumber suara tangisan anak kecil.

“Ibu, aku takut!”

Seorang anak perempuan memegangi batang pohon pisang, dia terseret banjir akibat hujan yang tidak reda. Sang dewi terbang menggapai tubuhnya membawa ke atas perbukitan. Sungai Malaka telah meluap menghanyutkan apapun di sekitarnya.

“Adik kecil dimana rumah mu?”

Anak kecil itu berubah menjadi sosok monster yang mengerikan. Mata merah menyala, tubuh berbulu mengeluarkan cakar. Dia adalah hewan siluman incaran petugas yang membuat kekacauan. Cakar besar menindih tubuh sang dewi, dia tidak bisa mengayunkan pergelangan tangan karena tertimpa badan besar monster ganas. Tiba-tiba sayatan dari arah belakang membuat monster berbalik menyerang pria yang tidak asing terlihat olehnya.

"Pria yang semalam membantu ku. Kenapa dia ada disini?" gumam sang dewi.

Perjalanan hidup adalah ujian. Jalan mana engkau pilih dan lalui tergantung pada perjuangan dan visi misi menjadikan manusia berguna tanpa menjatuhkan atau menindas yang lemah. Padi yang menua berisi manfaat bagi siapa saja yang ingin menggunakannya. Tidak alasan untuk berhenti mencari sinar memulai harapan baru. Tiada yang mengetahui rahasia langit sekalipun selembar dapat terbaca semua hanya satu suku kata kenyataan sebenarnya.

Perjuangan sang dewi memperbaiki empat elemen bumi yang hampir di hancurkan oleh para siluman. Tapi apakah semua siluman itu jahat dan pembunuh? Garis takdir menjalin ikatan dengan seekor siluman kelinci putih dan kupu-kupu biru. Waktu di bumi dan langit, usia yang ribuan tahun dan mempunyai kekuatan dahsyat tidak bisa mengetahui isi hati atau niat baik buruk para penghuni makhluk di bumi.

......................

Dia menendang kaki monster namun tubuhnya berbalik menghantam hingga terhempas masuk ke dalam sungai.

“Menyusahkan aku saja” gumam sang dewi.

Setelah membakar monster raksasa, sang dewi melompat ke sungai mencari pria tadi. Dia berenang sampai ke dasar, menarik tangan pria itu naik ke permukaan. Dia tampak tidak sadarkan diri, wajah pucat menggigil kedinginan. Sang dewi menyentuh dahinya sampai sang pria tersadar.

“Uhuk, uhuk. Terimakasih engkau telah menyelamatkan ku.” Dia memegang tangannya, menatap serius tanpa berkedip.

“Aku harus pergi.”

“Tunggu, aku belum mengetahui siapa nama mu. Ijinkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama ku adalah Demusa” ucapnya mengulurkan tangan.

Tanpa memperdulikan, dewi terbang melompat pergi menghilang terbawa gelap malam. Demusa membuntuti sampai ke kediaman tuan Zafran. Bangunan bergaya klasik, ukiran pilar arsitektur romawi, pemandangan indah melirik tanam bunga mawar berwarna biru. Demusa mengintip dari celah pagar, tiba-tiba lemparan buah mangga mengenai hidungnya.

“Ughh..siapa yang sudah melempar ku?”

“Hei, sedang apa kau mengintai rumah ku?” ucap sang dewi dari atas pohon.

Demusa mendongak kepala, matahari menyilaukan mata membuat pupil mata mengecil terpaksa melebar melihat pohon setinggi tiga puluh meter di naiki seorang wanita dengan posisi tegak berdiri menatapnya. Mengacuhkan pertanyaan darinya, Demusa berlari di kejar sampai tersungkur terbentur pepohonan. Benjolan merah di kepala menambah bahan tawa sang dewi.

“Ahahah, rasakan untuk si penguntit!”

“Aku hanya ingin memastikan engkau manusia atau hantu” kata Demusa Gelagapan.

Lirikan melengos dari sang kakak tiri pertama saat melihat sang adik tiri sedang bersama seorang pria asing. Dia berhasil lepas dari hukuman kurungan di gudang setelah mendengar dari sang pelayan pendamping sang ibu yang membantunya. Tuang Zafran mendapatkan panggilan tugas mendesak pergi meninggalkan mereka kedua kalinya.

“Anak licik itu sudah mulai menggoda seorang pria, aku akan melaporkan pada ibu” gumamnya.

“Aku saran kan kau pergi jika tidak mangga di atas pohon itu akan terbang mengenai mu.

“Tunggu, siapa nama mu?”

“Aku adalah Bening.”

Wanita cantik membuat gejolak di dalam hati Demusa. Perasaan pada pandangan pertama tidak bisa menghentikan langkah membuntuti putri sampai memasuki halaman rumah.

“Ibu, lihat apa yang aku katakan tadi” bisik Opila.

“Bening, berani sekali kau membawa pria masuk kesini!” bentak Meran.

Ibu tiri dan saudara tiri tetaplah dan menjadi bumerang. Ibu sambung yang tidak pernah menyayangi, selalu menganiaya dirinya dan berharap dia segera pergi atau tiada.

“Ibu, begitu kah sikap mu terhadap tamu? Dia telah bersusah payah kesini untuk menawarkan kerjasama dengan mu?” ucap sang dewi tersenyum.

“Apa? Aku? Apa maksud mu?” bisik Demusa menunjuk hidungnya sendiri.

Ibu tiri Meran memperhatikan penampilan Demusa dari atas rambut hingga ujung kaki. “Apakah kalian mau mempermainkan ku? Penampilannya itu bisa disebut sebagai seorang pengemis jalanan.”

“Ibu, kau hanya melihat dari penampilan luarnya saja. Dia adalah saudagar kaya dari balik gunung rinjani. Dia memiliki bebatuan murni yang sangat berkilau.”

“Benarkah?” tanya Meran sedikit percaya.

Sang dewi mencubit lengan Demusa, memberi kode untuk mematuhi segala perkataannya.

“Ya benar sekali. Hahahh” jawab Demusa tertawa terpaksa menyamakan langkah berjalan bersama Meran.

Sementara Meran melambaikan tangan, dia tidak ikut bersama mereka. Kekuatan rembulan menyala ketika senja pergi. Mentari berada tepat di atas kepala, hawa panas, rasa haus terkadang nafas tidak stabil melemahkan tubuh.

“kapan hukuman di bumi berakhir?” gumamnya berjalan menuju perbatasan Malaka, sang dewi menghentikan perjalanan berteduh di bawah pohon.

Bumi sedikit aneh, tadi malam dia bertemu manusia jadi-jadian. Kejanggalan berlanjut ketika sang dewi merasakan semilir angin bercampur jeritan. Dia berlari menuju hutan, wilayah zona merah yang telah di pasang garis polisi. Pepohonan seakan membuka jalan, tubuh manusia yang berisi sukma dewi rembulan bercahaya saat di kegelapan.

“Argh..” jeritan wanita di seret serigala besar.

Sang dewi bergerak terbang memukul hewan ganas itu. Pertarungan sengit, kuku tajam merobek lengan bajunya. Wanita yang hampir di makan oleh serigala terbanting ke lumpur berubah menjadi kelinci berwarna putih. Perkiraan putri yang mengira wanita itu adalah seorang manusia merubah keyakinan setelah mengetahui dia adalah siluman.

“Pertolongan ku sampai disini, baju telah rusak karena mu. Semoga engkau selamat” ucap sang dewi.

“Tidak, wahai manusia bercahaya tolong lah aku. Ku mohon, aku berjanji akan menjadi pengikut mu yang setia.” Kelinci putih memelas.

Suara aungan serigala bersahutan memanggil serigala lain untuk datang. Suara serigala dari berbagai arah berlari mengepung. Sang dewi mengangkat kelinci putih terbang bersamanya meninggalkan hutan. belantara kegelapan. Mereka tidak dapat mengejar karena gerakan terbang sang dewi sangat secepat kilat. Beberapa meter dari kediaman tuan Zafran, tampak Demusa berdiri memasang air muka masam.

Terpopuler

Comments

Hanum Anindya

Hanum Anindya

apa.ini.lanutan dari putri bulan kak, masalahnya saya baru baca 1 bab putri rembulan😊🤭

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!