...Dunia yang ku miliki tidak seindah dewi rembulan. Sekalipun udaranya sangat segar dan bersih, semua itu hanya fatamorgana untuk menyembunyikan rasa sakit dan penderitaan. ...
...❄Bening❄...
Di dalam hutan yang mengerikan terdapat sarang siluman pemakan jiwa murni. Mereka membentuk suatu perkumpulan di dalam gua bekas tragedi Demusa dan Bening. Gua itu di sukai oleh para iblis untuk bersemayam karena lelaki berbaju hitam dahulu selalu mengadakan ritual pemujaan pemanggilan iblis. Sebelum kematiannya, dia memanggil raja iblis dengan menumbalkan dirinya sendiri. Dendamnya tidak terbalaskan dan kematiannya hanya untuk membangkitkan kegelapan.
Setelah memasuki hutan, langit yang semula cerah menjadi gelap gulita. Bening menyalakan api dari ujung jari telunjuk sebagai penerang jalan. Dia mendengar suara tetesan lendir yang berasal dari air liur hewan buas, aungan suara serigala dan burung gagak ramai bersahutan. Raja iblis kegelapan membuka mata mencium aroma sangat segar mengganggu pesta daging manusia yang telah menjadi bangkai.
“Siapa manusia yang berani masuk ke wilayah ku?” gumam raja iblis mengeluarkan tanduk menghentakkan kakinya di atas tanah.
Seketika bumi berguncang, tanah retak mengeluarkan api dari dalam bumi. Sinar api dari kejauhan terlihat oleh putri. Dia berlari menghampiri di susul oleh Demusa dan siluman kelinci putih.
“Bumi ini memang sempit setelah kau berhasil membakar tubuh ku dan kini kita bertemu lagi. Kau berada di wujud yang berbeda. Aku akan menghabisi mu hingga kau lenyap dari muka bumi ini!” teriak raja iblis menyerang sang dewi.
Pukulan menyerang mengeluarkan bola api. Putri menepis berkali-kali, dahan dan ranting pohon di bagian utara terbakar. Tuan putri membalas serangan raja iblis, dia mengeluarkan kekuatan cahaya rembulan. Para bala tentara iblis mengepung, menyerang putri. Pedang cahaya berhasil menyingkirkan mereka.
“Dewi rembulan tunggu pembalasan ku!” pekiknya membawa para tentaranya menghilang di udara.
Meskipun para iblis telah pergi, itu hanya seperti membuat mereka berpindah tempat ke tempat lain. Para jasad berbaring di sekitar hutan. Mereka semua adalah korban dari para iblis. Hawa murni mereka telah di makan oleh mereka. Emosi dewi di dunia semakin hari semakin memuncak, dia pernah menjadi dewi rembulan yang lembut hatinya. Sampai kini dia turun ke bumi menjadi wujud yang berbeda.
“Aku harus mengejar iblis itu!” pekiknya mengejar menyusuri hujan.
“Dewi, sukma mu baru saja menduduki tubuh manusia itu kembali. Kekuatan mu belum pulih. Dewi ku mohon tolong redakan amarah mu” ucap siluman kelinci.
Demusa menarik tubuh Bening, dia menarik hingga keluar perbatasan hutan. Lemparan pandangan penuh amarah menolak Demusa yang masih terus menggenggamnya.
“Lepas!” ucapnya.
“Bening, aku di perintahkan oleh Zeus untuk menjaga mu” kata Demusa.
“Tidak, engkau hanya mendapatkan kekuatannya. Kekuatan itu akan perlahan habis jika di gunakan terus menerus. Engkau tidak perlu repot-repot menjaga tubuh ini” ucap sang dewi.
Sang dewi menolak tubuh, berlari menuju bukit hijau. Disana dia merasakan hawa iblis begitu dekat akan tetapi dia tidak mengetahui letaknya. Jeritan terdengar dari seberang jalan, sang dewi melompat meraih seorang wanita dari cengkraman iblis merah.
“Berani sekali kau merampas milik ku!” jerit iblis kepala merah menyemburkan api.
Sang dewi memenggal kepala sosok tersebut dengan sekuat tenaga. Suara yang mirip seperti Guntur menggelegar itu telah menghanguskan tubuh iblis merah seperti abu.
-l
......................
Setelah menyeimbangkan kekuatannya, sang dewi melakukan persemedian untuk mencapai garis kerajaan langit. Dia ingin membaca waktu, akan keberadaan tubuh aslinya yan terlepas dari sukmanya sendiri. Rembulan masih bersinar walau sukma pemilik cahayanya terbang ke bumi.
Tubuhnya yang membeku lah masih berada di dalam pusara tanahnya. Akibat tubuh tanpa terdapat sukma, udara di bumi terasa lebih dingin dan ketika malam hari terlihat kabut putih mengelilingi sekitarnya.
“Dewi, aku menerima kabar bahwa ibu tiri menyusun rencana untuk melenyapkan wanita yang engkau masuki itu” ucap siluman kelinci putih.
“Wahai siluman, semula aku berpikir seperti yang engkau katakan barusan bahwa aku sedang meminjam atau merasuki tubuh wanita yang tidak berdosa ini. Tapi, ternyata praduga kita telah salah karena sesungguhnya setelah aku membaca kejadian terdahulu adalah tubuh ini hadiah kepada ku yang telah menghidupkan kembali Demusa dengan kekuatanku ketika masih berada di bulan.”
“Dewi, jadi yang engkau maksud ialah sosok tubuh ini kosong dan sukmanya melayang akibat karma buruk yang dia terima?” tanya siluman kelinci putih.
“Ya, kau benar. Dia sudah tiada tapi tubuhnya tetap utuh. Arwahnya masih gentayangan karena telah menelan ramuan dari bunga kegelapan. Dia baru tidak mengingat kejadian yang sudah membunuh tubuhnya” jawab sang dewi.
“Lalu bagaimana dengan Demusa?”
“Dia seutuhnya sudah terlahir kembali dengan wujud yang sama. Takdir yang mengikatnya dengan pemilik tubuh ini membawa dia bertemu dan dekat dengannya.”
Hujan deras, jiwa yang sepi mengikat rantai gelembung detik masih menjadi misteri di kehidupan dewi rembulan. Kilatan dan senjata Zeus terdengar keras. Sang dewi sedang di perhatikan dari kejauhan oleh Demusa.
“Apa yang sudah membawa ku hingga begitu dekat dengannya?” gumam Demusa tanpa henti memandanginya.
Susunan rencana lain ibu tiri Meran menggadaikan jiwanya agar bisa membunuh Bening. Dia bersekutu kembali dengan ilmu kegelapan. Iblis mendengar jeritan hatinya, dia berubah wujud menjadi wanita tua yang berjalan menggunakan tongkat berdiri di depan pintu kamarnya.
“Arghh! Hantu!” jerit seorang pelayan terkejut lalu jatuh tidak sadarkan diri.
“Suara berisik apa di luar sana?”
“Aku wanita tua yang sudah kau panggil untuk membunuh anak mu!” dia membuka pintu kamar dengan senyuman menyeringai.
“Apakah kau orangnya, apakah kau ada hubungannya dengan lelaki berbaju hitam yang pernah menawarkan ramuan untuk melukai Bening?”
“Ya, aku akan mengabulkan permintaan mu jika kau menukar dengan jiwa mu.”
“Aku akan menyerahkan jiwaku.”
“Hihi..” tawa wanita tua jelmaan iblis masuk ke tubuh Meran.
......................
“Kelinci, apa yang kau tau tentang rencana wanita jahat itu. Aku tidak akan membiarkan tubuh ini tersakiti kedua kalinya!”
Sang dewi menggenggam tangannya penuh rasa cemas.
“Ini berhubungan dengan iblis yang mengincar jiwa murni dan kekuatan mu. Dewi aku berharap engkau lebih berhati-hati” kata siluman kelinci putih.
Petir masih menyambar, pohon-pohon tinggi terkena sambarannya sehingga tumbang. Malam itu, penyerangan pasukan iblis di kediaman Zafran berlangsung menegakkan. Jeritan para pelayan sudah tidak terdengar lagi. Hawa murni manusia mereka telah di sedot oleh mereka untuk menambah kekuatan. Sebagian wajah mereka pucat dan hangus terbakar. Sang dewi melawan para iblis menggunakan tangan kosong, kekuatannya belum seutuhnya pulih namun harus berjuang sekuat tenaga melawan bala tentara raja iblis. Demusa ikut membantu melenyapkan menggunakan sisa kekuatan dari Zeus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kelas Ix f revina
aromanya menyengat
2023-02-06
0