Bunga darah

Bubur penambah tenaga tanpa kenal bosan Demusa konsumsi setiap hari. Makanan yang di masak oleh Bening hambar tidak ada rasa sekalipun tetap lahap dia makan. Pucat wajahnya, jalan dan pandangannya hari ini semakin tidak stabil.

“Demusa, sebaiknya kita urungkan hari ini pergi ke tempat dimana aku mendapatkan ramuan itu” ucap Bening.

“Tidak, aku harus bisa menyembuhkan mu. Jika seluruh ibu kota mengetahui tentang mu maka akan menjadi mala petaka dan engkau akan di hukum mati” ucap Demusa bergerak memasang kaki palsunya.

Mereka bersiap-siap pergi menaiki kuda bersama penjaga pendamping. Jarak perjalanan yang mereka tempuh sangat lama. Mereka menunggang kuda dari pagi hingga senja tiba. Pandangan gelap malam dan kabut menutupi daerah hutan misterius. Demusa menyalakan obor memandu jalan hingga mereka sampai di sebuah gua besar yang menyeramkan. Demusa turun dari kudanya, dia membantu Bening turun dari kuda itu pula lalu mereka bertiga berjalan memasuki gua.

“Sam, kau aku tugaskan untuk berjaga di luar gua” perintah Demusa.

“Tidak, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan kalian?” ucap Sam.

“Kau harus mengamati keadaan di luar dan berjaga jika ada yang ingin masuk ke dalam gua. Aku coba kan kembali lagi hidup-hidup. Namun, sekalipun aku tiada, kau harus menjaga gua ini sebagai tanda kesetiaan mu kepada ku” ucap Demusa.

“Ya tuan, aku akan melaksanakan perintah mu” jawab Sam menunduk.

Demusa dan Bening masuk ke dalam gua, Dia menggenggam erat tangan wanita berhati dingin itu. Beberapa meter saja mereka sudah di sambut oleh kawanan para kelelawar yang menyerbu.

“Argghhh!” teriak Bening ketakutan.

“Jangan terlalu banyak bergerak. Percaya padaku, aku akan melindungi mu” ucap Demusa melawan para kawanan kelelawar hutan besar.

“Tuan apakah kalian baik-baik saja?” teriak Sam dari luar.

“Ya, kami baik-baik saja.”

Setelah berhasil mengusir hewan-hewan liar itu, obor Demusa menerangi dinding bebatuan gua. Dia melihat ukuran simbol aneh yang tampak tidak asing baginya.

“Sepertinya aku pernah melihat simbol ini. Gambar yang berada di salah satu pajangan dinding di ruangan Bening” gumam Bening.

“Bening, sebelum aku hadir di kediaman tuan Bening. Siapa yang mendekorasi seluruh isi ruangan rumahnya?” tanya Demusa.

“Siapa lagi jika bukan ibu tiri ku. Setelah ibu kandung ku tiada, dia merubah segalanya termaksud hati ayah ku yang dahulu sangat menyayangi ku kini aku bagai hidup sebatang kara.”

Bening terduduk memeluk kedua lututnya.

“Maafkan aku, aku hanya ingin mencari tau kesamaan pada simbol yang berada di kamar mu.”

Obor Demusa masih menerangi simbol aneh itu. Ketika dia menelusuri setiap goresan gambar pada dinding, Demusa melihat gerombolan orang seperti sedang melakukan ritual pemujaan. Tiba-tiba, dia memadamkan api saat telinganya mendengar suara orang bercengkrama dari dalam goa.

“Demusa, aku tidak suka gelap. Kenapa kau padam kan apinya?” tanya Bening mendekati tubuhnya.

“Stthh! Jangan berisik. Cepat ikut aku!” bisik Demusa berlari menarik tangan Bening bersembunyi di balik ruang dinding goa lainnya.

“Apakah kau sudah menyiapkan semuanya?” Suara seorang wanita yang di dampingi oleh beberapa pria fostur tubuh besar membawa pedang.

“Ya sedikit lagi, anak itu akan di makan oleh jiwanya sendiri” jawab lelaki berbaju hitam.

“Hahahah, bagus sekali. Aku sudah tidak sabar menguasai seluruh harta kekayaan Zafran! Hahah.”

Dialah si pelaku tersadis, si ibu tiri Meran. Air mata Bening mengalir deras melihat kejahatan ibu tiri yang sudah merubah dirinya menjadi monster pemakan darah. Saat Bening akan bergerak menujunya, tubuhnya di hentikan Demusa. Suara gesekan terdengar oleh mereka membuat para algojo menyerang.

“Kau dengar perkataan ku, apapun yang terjadi jangan keluar dari tempat persembunyian!” ucap Demusa berlari mengalihkan padangan mereka.

Ibu tiri Meran bersama tiga orang lainnya keluar dari goa. Sementara Demusa di serbu oleh setengah para algojo terluka parah menghadapi penyerangan itu. Mereka melihat Sam di luar goa membuat para algojo penjaga wanita licik itu menyerang. Tanpa memikirkan nasib anak tirinya, dia meninggalkan goa pergi menaiki kuda keluar dari hutan. Kaki Sam terkena sayatan pedang, tapi dia tetap tegak berbalik menyerang dan menebas leher algojo dengan pedangnya. Setelah Sam berhasil menghabisi semuanya, Sam berlari menahan bekas sayatan dan tusukan pada lengannya mencari Demusa. Sedikit lagi nyawanya melayang jika dia tidak segera tiba untuk menusuk algojo dari belakang.

Perjuangan mereka tidak sampai disitu, kini yang tersisa tinggal dua algojo bertubuh besar menyerang beruntun. Tenaga Demusa dan Sam sudah terkuras, hingga yang tertinggal satu orang algojo saja. Dia mengarahkan pedang ke tubuh Demusa di tepis oleh Sam hingga mengenai tubuhnya sendiri.

“Sam!” jerit Demusa menarik pedang dari tubuhnya.

Demusa secara brutal mencabik dan memotong bagian tubuh algojo tersebut. “Demusa cukup! hentikan! Dia sudah mati!” ucap Bening berusaha menenangkannya.

Bening memeluk tubuhnya, hal itu membuat Demusa menghentikan serangan melepaskan pedang di tangan.

“Bening, apakah engkau sudah mencintai ku?” ucap Demusa.

“Sungguh jiwa dan hati ku sudah membeku. Bagaimana lagi aku dapat merasakan cinta?” jawab Bening.

Seorang lelaki berbaju hitam sudah tampak sekarat masih bisa tertawa terbahak-bahak menatap mereka berdua.

“Hahah, hahahah! Ya kau tidak akan pernah bisa merasakan cinta dan sayang. Jiwa mu telah di makan oleh bunga kematian. Lihatlah bunga itu sebentar lagi akan mekar setelah kau mati saat matahari terbit” ucapnya menatap tajam Bening.

“Pria gila, kenapa kau lakukan semua ini? Apakah hanya demi harta kau rela membunuh jiwa yang tidak bersalah?” Demusa berdiri di depan Bening menutupi tubuh wanita itu. Tangannya mengarahkan pedang ke arah lelaki tersebut. Namun, lelaki yang sudah sekarat itu harus mati di tangannya.

“Apakah kau sedang berbicara hanya untuk satu jiwa? Tepat pada waktu dulu, suku ku telah di musnahkan oleh tuan Zafran akibat mereka datang ke kota ini dengan jalur perdagangan gelap. Hal itu membuat aku menjadi dendam dan mencari cara untuk mendekati wanita berhati busuk yang sudah menawarkan ramuan kepadanya.”

“Apa? Aku tidak menyangka kejahatan ibu tiri ku menginginkan aku tiada” kata Bening menangis.

“Bening, tolong kau stabilkan diri mu. Kau tidak boleh berubah kembali menjadi monster.”

Dengan sekali tusukan, Demusa berhasil membunuh pria berbaju hitam. Dia lah perlaku utama yang sudah menyebabkan semua kekacauan ini. Ritual yang tergambar di dinding goa itu bersumber darinya. Cahaya merah terlihat dari sekuntum bunga merah merekah. Akarnya merambat mirip urat dan usus manusia. Pucuk bunga mekar di atas sebuah danau berwarna hitam.

“Argghh!” jerit Bening.

Dia berubah kembali menjadi sosok monster ganas menyerang Demusa bertubi-tubi.

Terpopuler

Comments

swim

swim

upppp

2023-02-13

0

༻𝐆⍟𝐓⁷༺

༻𝐆⍟𝐓⁷༺

deskripsi dong thor 🌺🌻🌹🌷

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!