Ramuan penghancur kehidupan Bening sudah menjalar di pembuluh darahnya. Dia menjadi setengah siluman pengisap darah. Ramuan berasal dari seorang penyihir yang berasal dari gua misterius.
Setelah berjabat tangan dengan Demusa sambil tersenyum. Seorang pria berseragam prajurit menyempatkan pulang ke kampung halaman untuk menghadiri pernikahannya. Di dalam ruang pengantin, muncul keanehan pada Bening. Dia berubah menjadi monster yang mengerikan. Gigi taring dan kuku yang lancip, bola mata mengecil serta terlihat urat-urat otot membesar berwarna hijau. Dia menyerang Demusa sangat ganas tanpa perasaan. Kulit tangan Demusa terkena sayatan kukunya hingga meneteskan darah. Bening menarik lengan Demusa kemudian menghisap darahnya dengan lahap.
“Argh, argh” jerit Demusa tanpa melakukan perlawanan.
Dia membiarkan Bening menghisap darahnya sampai puas, sangat lama dia menahan sakit sampai pada akhirnya Bening tidak sadarkan diri.
Demusa mengangkat Bening di atas kasur, membaringkan dan menggantikan pakaiannya. Wajah cantik itu di tutupin oleh bintik-bintik hitam. Demusa membersihkan kulit Bening lalu membersihkan sisa darah di tepi bibirnya.
Tok tok. “Tuan, apakah semua baik-baik saja?” tanya salah satu pelayan mengantarkan makanan.
“Semua baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan, biar aku saja yang mengantarkannya.”
Para pelayan tidak di perbolehkan berjaga di depan pintu kamar, Demusa juga meminta mereka agar tidak masuk ke dalam paviliun kecuali pagi hari untuk membersihkan rumah dan mengantarkan makanan. Tiba-tiba Demusa merasakan luka yang sangat perih pada lengannya. Bekas gigitan Bening dia bersihkan dengan air dan di balut dengan obat tumbuhan herbal.
“Bening, apa yang sudah terjadi pada mu?” gumam Demusa.
......................
Semua kejadian masih berkaitan dengan kaitan sejarah Bening yang membentuk ikatan dengan dewi rembulan. Di sela tubuh Bening yang sudah tertidur, Demusa keluar dari kamar pengantin masih memakai baju pengantin menuju ruangan lain. Seorang pelayan tanpa sengaja melihatnya berjalan melewati paviliun jembatan istana. Dia bersembunyi di antara pilar memperhatikan pria itu masuk ke dalam ruangan lain di ujung kolam teratai.
“Kenapa tuan malam ini tidak tidur bersama nyonya muda?” gumamnya.
Pelayan itu mengendap-endap masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Bening tertidur pulas. Titik tumpuan manik mata melihat bekas darah pada sapu tangan yang berada di atas meja. Ketika dia akan mengambilnya, Demusa dari arah belakang menepuk pundaknya pelan.
“Pelayan, apa yang kau lakukan disini? Hari sudah larut dan nyonya kan tidak meminta mu menemani di dalam kamar.”
Pelayan itu dia menyatukan kedua tangan di depan dada sembari meminta maaf. Dia semula ketakutan berpikir pria itu akan menghukumnya.
“Mohon tuan memaafkan hamba” ucapnya berkali-kali.
"Ya, cepat pergi!"
Demusa menugaskan seorang prajurit yang paling dia menjaga untuk berjaga di depan pintu kamar Bening. Dia juga berpesan agar jangan sampai masuk selangkah pun walau mendengar dan mengetahui apapun yang terjadi.
“Prajurit, segera panggil aku jika terjadi sesuatu” perintahnya.
Terlahir dengan kaki yang cacat tidak menyurutkan semangat dan cita-cita panglima perang itu yang tercapai dengan segala kerja kerasnya sampai saat ini. Dia dengan lihai memainkan pedang dan senjata perang meskipun setiap hari memikul beban kaki palsu seberat 40 kilogram.
Tiap malam, dia melepas kaki palsu kirinya itu dan di sender kan dekat kasurnya. Di dalam keheningan malam, dia mengingat tingkah Bening, perubahan wujud menjadi sosok monster ganas bertenaga kuat.
“Aku harus mencari tau penyebab semua ini. Lalu, apakah tuan besar mengetahui masalah yang menimpa anaknya?” gumamnya memejamkan mata.
......................
Hasrat meneguk darah segar. Bening tidak bisa mengontrol diri. Dia berusaha sekuat tenaga menahan untuk melarikan diri dari rumah mencari sang ayah. Di di kabarkan sedang melakukan sebuah bisnis di kota bagian barat yang jaraknya dekat dengan rumah. Dia ingin menceritakan semua kepadanya, sosok ayah yang dahulu sangat menyayanginya itu seiring berjalannya berubah tidak memperdulikan nasib sang anak. Ramuan dari botol kecil yang di campurkan ke dalam teh sudah menyebar masuk ke dalamnya.
Seminggu yang lalu, tepat di hari sebelum kejahatan ibu tiri Meran semakin merajalela. Diam-diam dia mencampurkan cairan yang membuat dirinya telah berubah menjadi monster. Bahkan sampai di hari pernikahannya tanpa sadar dia masih mengkonsumsi air mematikan itu.
“Jika saja pelayan tertua tidak mencicipi semua makanan dan minuman ku di malam itu, maka dia tidak menjadi manusia monster. Kini dia di bunuh secara sadis."
Kini Bening harus berjuang sendiri tanpa di dampingi sosok pelayan yang paling dia percaya. Untuk menghilangkan jejak dan kecurigaan, Meran membakar tubuhnya tanpa tidak tersisa. Di sisi lain, Bening sudah menemukan dimana tuan Zafran melakukan bisnisnya, akan tetapi tiba-tiba dia merasakan hawa yang sangat mengerikan dan rasa haus menikmati darah tidak bisa di kendalikan lagi. Kulit-kulit putih itu berubah menonjolkan urat hijau, bola mata dan kornea mata penuh menghitam dengan kuku-kuku tajam.
“Arghhh!” suara jeritan histeris dari dalam kediaman dekat tuan Zafran melakukan bisnis. Seluruh orang berkerumun melihat sosok mayat terbujur kaku bersimbah darah.
“Hei kau jangan lari!” teriak salah satu penjaga rumah melihat kehadiran Bening.
Dia berlari ketakutan mencari jalan keluar, tangan-tangannya berlumur darah dan tepi sudut bibir berbekas darah pula.
“Berhenti!”
"Itu dia pelakunya! cepat kejar!"
"Argghh!"
Demusa menarik tubuh Bening, dia membawanya bersembunyi di balik semak pepohonan yang rimbun. Para penjaga masih mencari wanita itu di setiap sudut tempat di tangan memegang pegang yang siap menghunus di pelaku. Demusa menutup mulutnya rapat-rapat, mendekap tubuhnya lalu menutupi dengan jubah besarnya berjalan diantara kerumunan orang-orang.
“Hei berhenti!” teriak seorang penjaga.
Demusa menghentikan langkah sementara Bening tetap mengikuti gerakannya dari balik jubah. Wajah penuh kecurigaan melihat sepasang pria dan wanita itu tampak sangat dekat. Dia mendekatkan obor mengamati siapa wanita yang ada di baliknya.
“Cukup! Kau sudah keterlaluan karena mengganggu acara bulan madu kami. Dia sedang memelukku menggunakan pakaian tipis. Apakah engkau tetap ingin melihat istriku?” ucap Demusa berkeras.
“Hahaha, apa buktinya kalau kalian sudah menikah? Cepat serahkan wanita itu!”
“Lancang sekali dia!” gumam Bening memeluk tubunya lebih erat.
Pengawal Demusa tiba, dia berdiri tepat di depannya menunjukkan tanda identitas panglima kerajaan dan tanda keluarga besar Zafran. Melihat Hal itu, dia menunduk lalu menekuk lutut di depan keduanya.
“Maafkan atas hamba!! Tolong jangan hukum saya” ucapnya berlutut lalu membenturkan dahi ke tanah.
Tanpa menjawab apapun mereka pergi di kawal oleh penjaga dan pengawalnya meninggalkan mereka. Jarak mereka sudah sangat jauh, Bening mendorong tubuh Demusa berjalan sendiri menuju ke kediaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Hanum Anindya
bening asli jadi monster kalau aku jadi bening bakal bunuh ibu tirinya, eh si meran malah membakar diri Ding 🤦🤦
2023-02-05
0