Bab 18
Nafisa sudah selesai dengan pertemuan nya dengan Wina.
Nafisa melirik jam tangan nya, tak terasa sudah jam tiga sore.
"Lama juga ya kita ngobrol ngobrol," celetuk Nafisa pada teman nya.
"Emang kalian enggak pada kuliah ya," sambung nya lagi.
"Engga Cil, khusus hari ini kita semua ngelibur untuk kamu," timpal Wina, di sambut derai tawa oleh teman teman nya yang lain.
"Waduh jadi gak enak ganggu waktu belajar kalian," ujar Nafisa dengan raut wajah sendu.
"Eeh enggak kok Cil, santai aja," timpal fandi.
"Iya Cil santai aja, apalagi si Fandi, libur seminggu pun oke aja kalau sama kamu," ujar Wina dengan senyuman nakal.
"Idiiih win, jangan gitu lah, aku gak enak, takut nya entar kamu keceplosan di depan mas Tyo atau yang lain," ujar Nafisa, lagi lagi mencubit pinggul Wina.
"Ehem, iya iya Cil," timpal Wina.
"Oya, terimakasih ya untuk hari ini, aku seneng kalian selalu ada setiap aku ke Jogja, dan sekarang mungkin kita bisa lebih sering kumpul karna aku udah tinggal di sini," ucap Nafisa penuh semangat.
"Sama sama Cil, Oya kamu mau langsung pulang atau gimana," tanya Fandi pada Nafisa.
"Enggak fan, aku mau ke kantor dulu, nyusul mas Tyo," ucap Nafisa sambil berdiri meraih tas nya.
"Oke deh aku pamit dulu ya guys, makasih ya," Nafisa memberi salam perpisahan pada teman nya, di balas lambaian tangan juga oleh teman teman nya.
Nafisa melangkah ke luar caffe, ke pinggir jalan raya, merogoh ponsel dalam tas nya, Nafisa melihat ponsel nya, banyak notif dari grup grup teman sekolah nya, tetapi tidak ada notif dari sang suami.
'mas Tyo kayak nya sibuk banget deh, hmm kayak nya aku beliin makanan aja deh, siapa tau mas Tyo belum makan.' batin Nafisa.
Ia memasuki salah satu rumah makan untuk memesan makanan.
Lalu memesan taxi online menuju kantor suami nya.
Hanya lima belas menit Nafisa sudah sampai di depan gedung lantai empat tersebut.
'hmm kayak nya sih mas Tyo belum makan ya.' monolog Nafisa pada diri nya sendiri.
Ia melangkah memasuki kantor.
Satpam menyapa Nafisa sambil membungkuk kan badan nya, dan di balas senyuman ramah oleh Nafisa.
Nafisa menuju lift dan naik ke lantai atas menuju ruangan suami nya, tidak sampai lima menit Nafisa sudah sampai lantai tiga.
"Ini pada di mana, kok sepi," gumam Nafisa.
Ia memasuki ruangan Tyo, tapi Tyo tidak ada di sana, terlihat ponsel Tyo tergeletak di atas meja kerja nya.
"Ini kenapa ponsel mas Tyo, di meja, orang nya kemana lagi," gumam Nafisa lagi.
"Aah, kenapa juga aku tadi gak tanya dulu sama resepsionis di depan," Nafisa menepuk jidat nya.
Nafisa menekan dial, menyambungkan telfon ke penerima tamu di lantai bawah.
"Hallo," sambut resepsionis di bawah.
"Hallo mbak, ini pak Tyo di mana ya, kok sekertaris nya yang di kirim papa gak ada, pak Tyo nya pun gak ada, apalagi ada urusan di luar ya," cecar Nafisa pada karyawan kantor papa nya tersebut.
"Eeh, ini bu, pak Tyo ada di lantas atas, lagi ada pemotretan," ucap sang karyawan.
"Oke makasih," Nafisa segera menutup panggilan.
"Pemotretan?," Nafisa menepuk nepuk dagu nya dengan telunjuk.
"Oooh iya, kan Riska bilang ada pemotreatn desain ku yang kemarin, kalau gak salah sih, model nya kan Dea, aku jadi penasaran, Dea itu Dea yang mana ya," gumam nya pada diri nya sendiri.
'kaya nya mesti ke atas sih biar tau, kalau diem di sini mana aku tau.' monolog Nafisa.
Nafisa pun membawa makanan nya, menaiki lift menuju lantai atas, dan tiga menit kemudian Nafisa sudah ada di lantai empat, Nafisa sudah hafal semua ruangan di kantor sang papa.
Ia berjalan menuju ke arah tempat pemotreat an, Nafisa melihat kru yang ramai di sana.
"Halo semua nya maaf mengganggu," Nafisa menegur semua orang, dan menatap ke arah sang suami.
Di mana Tyo sedang duduk berdekatan, sangat dekat dengan Dea.
'Yaa, ternyata memang dia, pantas saja mas Tyo sampai sengaja meninggalkan ponsel, supaya tidak di ganggu.' batin Nafisa, dada nya naik turun, Nafisa termangu untuk beberapa saat, sebelum pada akhir nya dia bisa menguasai diri.
Para kru dan semua yang sedang istirahat menoleh pada Nafisa, termasuk Tyo dan Dea.
Tyo nampak terperanjat, dan berdiri menjauhi Dea, sementara Dea memasang wajah acuh.
'Rasain kamu, pasti panas kamu hari ini, biar aja dia mengamuk, itu akan melihat kan image buruk diri nya, semua orang akan memandang nya tidak suka kalau tau sifat nya arogan.' batin Dea penuh kemenangan dalam hati nya, dea sangat yakin ia menang.
Sementara Nafisa.
"Mas," Nafisa mencium punggung tangan suami nya.
Tyo pun mengecup kening istri nya.
Kemesraan itu di lihat semua orang dalam ruangan termasuk Dea.
"Mas udah makan belum mas?," Tanya Nafisa pada sang suami.
"Belum, Naf, aku gak selera makan, pengen makan masakan mu," ujar Tyo, hati Tyo sedikit tertegun, bagaimana Nafisa nampak biasa saja melihat posisi nya dan Dea tadi.
"Loh kok belum makan entar sakit loh," ucap Nafisa, sambil bergelayut manja pada lengan suami nya.
"Ini aku bawain kamu makan an mas," sambung nya lagi.
"Oooh ya, kalian sudah pada makan belum?," Tanya nafisa pada semua kru nya.
"Sudah bu." jawab mereka serentak.
"Oooh, syukur lah, kalau mba Dea udah makan?," Nafisa bertanya pada Dea sambil tersenyum manis.
Dea yang saat itu sedang memandangi mereka berdua dengan sinis pun, tersentak kaget.
"Eee-e udah Naf," jawab Dea gugup.
"Oya syukur deh, gak nyangka ya mba Dea kita ketemu lagi," ucap Nafisa dengan sangat ramah nya.
Dea hanya membalas dengan senyuman kecut di bibir nya.
"Oya, ayo mas kita makan dulu, di ruangan kamu aja ya," ucap ayu pada Tyo.
"Desky, kamu urus ini pemotretan ya. dan mba Riska, tolong pasti kan launching desain baru kita ini wah." ujar Nafisa pada sekertaris suami nya dan manager pemasaran nya.
"Baik Bu," timpal kedua nya serentak.
Nafisa memang sudah mengenal karyawan papa nya, meski Nafisa jarang bertemu mereka karna Nafisa tinggal di solo.
Nafisa dan Tyo melangkah pergi, meninggalkan lantai empat menaiki lift turun menuju ruangan Tyo.
Seringai licik tergambar di bibir Dea.
'kita liat saja perempuan kecil, masih bisa sok mesra atau tidak kamu, setelah melihat noda lipstik itu.' batin Dea dengan senyum sumringah tercetak di sudut bibir nya.
Tyo dan Nafisa sudah ada di ruangan Tyo membuka makan yang di bawa ayu.
"Naf, ini beli?." Tanya Tyo pada istri nya.
"Iya mas, maaf aku gak sempat masak, tadi aku nelfon kamu berkali kali, tapi kamu gak angkat ternyata masih asik meninjau pemotretan, hm." Ujar Nafisa pada sang suami dengan nada sedikit menyindir.
"Hmm enggak gitu yang, aku lupa bawa ponsel ku, aku enggak asik, tadi nya malah mau pergi dari sana, tapi Desky bilang, pemotretan nya harus di tinjau supaya sesuai dengan apa yang kita ingin kan," jelas Tyo pada sang istri sambil bersiap melahap makanan nya.
Nafisa hanya tersenyum simpul Tanpa menjawab apa pun, cemburu sedang merebak dalam hati nya, terasa membuat dada nya sesak, seperti serbuk bunga Poppy yang mampu membuat nya jadi tak bisa menguasai diri.
Nafisa memindai suami nya, dari atas sampai bawah, dari depan hingga belakang, melihat apakah ada sesuatu yang terjadi, dan benar saja ketika Nafisa berdiri di belakang kursi suami nya, ada setitik noda di kemeja putih suami nya itu yang membuat dada Nafisa naik turun, nafas nya memburu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments