Tidak lama Noni keluar dari kamar menuju meja makan.
"Eh udah pada kumpul, Oya kak aku pengen kuliah di jurusan hukum ya, di univ yang bagus pokok nya, jangan yang biasa, kan malu lah, kakak nya pengusaha masa adek nya kuliah sembarang tempat." Celetuk Noni panjang lebar dengan santai nya, sembari menghempas kan diri ke kursi di samping Nafisa.
Tyo melihat tingkah laku adik nya itu pun menggeleng kan kepala.
"Noni, kalau ngomong bisa gak di filter, mas malu sama mba mu, seharusnya kamu ngomong juga sama mba nafisa." Tyo menasehati adik perempuan nya itu.
"Emang ada yang salah ya." Sahut Noni sembari mengoles selai nanas ke roti nya.
Tyo geram dengan tingkah adik nya mulut nya baru saja ingin menyahuti.
"Eeh udah udah, kok ribut gak jelas, ya udah non, kamu cari kampus nya bareng mba aja," ucap Nafisa, menengahi suami dan adik ipar nya.
"Haa?, Ngapain bareng mba, aku sendiri aja lah gak apa, aku pengen jalan jalan, mba Nafisa kan ngga kuliah jadi mana tau mana yang bagus mana yang enggak!." Timpal Noni ketus dengan nada mengejek.
"Noni!!," Tyo berang dengan ucapan adik nya ia berdiri menatap tajam ke arah Noni.
"Udah udah mas, gak usah di pusingin, kalau udah sarapan langsung jalan aja ya," Nafisa mengusap punggung suami nya.
"Ya udah aku jalan dulu, assalamualaikum." Tyo segera meninggalkan meja makan itu dengan perasaan dongkol setengah mati kepada adik nya sendiri.
"Wa'alaikumasallam, hati hati ya mas," Nafisa mencium punggung tangan suami nya, Nafisa sangat mengerti perasaan suami nya, jujur saja ia sendiri terkejut mendengar suara Tyo yang meninggi dan tangan menghentak meja, ia tidak tau kalau Tyo sampai marah sedemikian rupa, Nafisa tidak pernah melihat kemarahan dalam diri Tyo seperti pagi ini.
Setelah itu Nafisa kembali lagi ke meja makan, bermaksud melanjut kan sarapan nya yang tertunda.
Baru saja ia akan duduk di kursi nya.
"Hmm hebat ya mba, seumur hidup, baru pagi ini aku melihat mas Tyo membentak ku seperti itu, mba Nafisa mempengaruhi nya sangat hebat," cetus Noni dengan tatapan sinis ke arah Nafisa.
Nafisa yang mendengar ucapan itu tersentak kaget, bagai mana mungkin orang yang sudah jelas jelas salah, malah balik menyalah kan nya.
"Maksud mu apa non," Nafisa bertanya pada adik ipar nya dengan santai alis nya bertaut, pertanda ia malah bingung dengan ucapan adik ipar nya.
"Mbaa!!, Mba gak usah terus terusan berlagak polos dan sok baik deh, emang mba fikir aku gak tau, mba mempengaruhi mas Tyo untuk membenci ku kan, karna apa, karna aku numpang di rumah kalian, karna mas Tyo berkerja di perusahaan papa mu, jadi kamu bisa seenak nya berprilaku sama aku dan seenak nya mempengaruhi mas Tyo, sehingga sikap nya begitu sama aku, adik nya sendiri, aku tau itu mba, jangan fikir aku bodoh," timpal Noni dengan nada bicara yang naik satu oktaf dari yang seharusnya.
Nafisa yang mendengar itu pun tersentak, ia meremas roti tawar dalam genggaman nya.
Wajah nya berubah jadi berang mata nya menatap tajam, nafas nya tersengal, ia berdiri dari kursi nya.
"Dasar tidak tahu diri kamu, mas mu marah seperti itu karna mulut mu sendiri yang kurang ajar, dan tidak tau aturan, seenak nya malah nyalahin aku, kurang baik apa aku sama kamu hah." Nafisa terpancing emosi nya lalu berdiri meninggalkan meja makan dengan perasaan emosi dan amarah nya yang menggebu menaiki tangga satu persatu menuju kamar nya.
"Dasar kakak ipar gak bener, mentang mentang kaya, seenak enak nya menghasut mas ku untuk kasar sama aku, awas kamu, aku aduin sama ibu bapak," teriak Noni lantang.
Dan suara itu masih terdengar oleh Nafisa, namun Nafisa memilih untuk mengabaikan saja ucapan itu meski hati nya sakit sekali, selama ini ia menyayangi keluarga suami nya dengan baik.
Pertengkaran itu di dengar oleh BI Sumi yang baru beberapa jam di di rumah itu, wanita paruh baya hanya menggeleng kan kepala pelan, prihatin pada nafisa.
" Memang, ipar selalu saja jadi duri dalam rumah tangga, jauh aja kadang merusak, apalagi ini, Deket," gumam Bu Sumi, dengan logat Jawa nya yang kental. Sambil membersihkan meja makan bekas majikan nya sarapan.
~~
Sementara itu Nafisa yang masih merasa dongkol duduk di depan meja rias nya.
Emosi masih saja mendera nya.
"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah." Tak henti henti nya bibir Nafisa melantun kan kalimat istighfar.
Berharap emosi nya akan mereda, karna tak kunjung mereda Nafisa pun ke kamar mandi mengambil wudhu dan sholat Sunnah.
Setelah selesai sholat sunnah, ia duduk di tepi ranjang dengan perasaan yang sudah tenang.
"Aku kemana ya hari ini biar gak sumpek fikiran ku," gumam Nafisa sembari menepuk nepuk dagu dengan telunjuk nya.
"Hmmm ya, apa aku telfon Wina aja ya, dia kan pasti tau univ yang bagus," sambung nafisa lagi.
Ia beranjak menuju lemari pakaian nya, mencari pakaian yang mau ia kenakan.
"Aku harus izin mas Tyo dulu nih kalau gitu," nafisa dengan segera menyambar ponsel nya di atas nakas.
Tuuuut
Tuuuut
Tuuuut
Beberapa kali panggilan, Nafisa tidak mendapat jawaban, akhir nya ia memutus kan mengganti pakaian nya dulu.
Tak berselang lama ia selesai mengganti pakaian nya, mengambil salah satu tas nya yang di beli kan mama Alisa, meletakkan semua benda penting nya ke dalam tas.
"Hmmm kayak nya mas Tyo sibuk ya," gumam Nafisa.
"Aku telfon Wina dulu deh,"
Tuuuut
Tuuuut
Tuuuut
'hallo,Pricilia apa kabar,' terdengar suara di sebrang telfon sangat riang menyapa nafisa.
Pricilia adalah nama tengah, Nafisa.
kawan kecil Nafisa, semasa di Jogja memanggilnya dengan nama, Cilla atau Pricilia.
"Hallo, kabar ku baik win, lagi sibuk gak win?," Timpal Nafisa tak kalah riang.
"Ooo, syukur lah, hmmm kebetulan lagi santai aja sih, gimana, mau ketemu, nongkrong nongkrong lah" terdengar suara Wina di seberang.
"Hmmm, iya nih Aku mau cari univ yang bagus di sini gimana ya," ucap Nafisa.
"Gak salah kamu telfon aku cil, ya udah lah aku tunggu di cafe baru Deket sini, nanti aku sharelok deh," timpal Wina dari seberang telfon.
"Oke deh sharelok aja win, entar aku kesana, aku kangen kamu udah lama kita gak ketemu ya," Nafisa menutup panggilan.
"Hmmm mas Tyo kok masih gak ada kabar ya," gumam nya.
"Ya udah lah nanti sore sekalian mampir aja, siapa tau mas Tyo masih sibuk," monolog Nafisa pada diri nya sendiri.
Ia pun segera menuruni anak tangga, dan mencari BI Sumi hendak berpamitan.
"Bi bi Sumi di mana bi?," Nafisa memanggil art nya itu.
Terlihat bi Sumi keluar dari arah dapur dengan tergopoh gopoh.
"Iya Bu, ada apa Bu, saya sedang beres beres di dapur," tutur wanita paruh baya itu.
"Enggak apa Bi maaf ganggu, cuma mau pamit pergi, entar kalau mas Tyo pulang duluan , tolong bilang aku pergi sama Wina ya bi,"
"Ooh, iya non," timpal Bu Sumi.
Nafisa melenggang jalan keluar rumah, sambil menunggu taksi online yang sudah ia pesan.
Tampa sadar sepasang mata mengintip nya di balik pintu yang ia lewati.
"Mau kemana tuh racun," gumam Noni sembari mengamati gerak gerik Nafisa.
"Jangan jangan dia mau main lagi, dasar istri gak becus, banyak tingkah, tukang hasut," geram Noni sambil mengepal tangan nya.
Tak lama taksi online itu sampai ke halaman rumah, seorang pria muda berkulit putih bersih berusia sekitar 20 tahun melongo dari ruang kemudi.
"Dengan Bu Nafisaya," ujar pemuda itu sambil melempar senyuman.
"Iya mas, mas Angga kan, sesuai titik ya," timpal nafisa sambil membalas senyuman dan masuk ke mobil kursi belakang.
Mobil pun melaju, Tampa di sadari nafisa bahwa ada seorang yang sedang ingin menciptakan huru hara.
"Awas kamu, akan aku kasih liat ke mas Tyo foto ini, di jemput lelaki sembarangan, cengengesan depan rumah, diiih," geram noni, seringai licik tercipta di sudut bibir nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments