Sementara itu Nafisa baru saja tiba di salah satu caffe sekitaran Malioboro.
"Mana nih si Wina, ngajak ketemu kok ngga ada kabar, nunggu di dalem kali ya," gumam Nafisa.
Ia melangkahkan kaki nya ke dalam caffe, mata nya menyapu mengelilingi ruangan, dan akhir nya manik mata nya bertemu dengan sepasang manik mata lain nya, seseorang yang sangat ia kenali.
"Wih cil, sini sini, masa udah lupa sama aku," suara pria itu menyapa Nafisa sambil melambaikan tangan nya.
Ya, seseorang itu bukan wina, melainkan Fandi teman Nafisa, sewaktu masih tinggal di Jogja, mereka sering berkomunikasi melalui aplikasi chating, dan sesekali berjumpa jika Nafisasedang berlibur ke Jogja.
"Hmm, Fan kok di sini." Akhir nya Nafisa menghampiri meski canggung.
Fandi memberikan kursi tepat di samping nya.
"Iya cil, tadi Wina telfon aku, " ujar Fandi.
"Kok bisa Wina telfon kamu?, Maksud nya gimana, terus Wina nya mana?," Tanya Nafisa pada fandi.
"Iya cil, Wina telfon aku, katanya mau ketemu sama kamu, dan karna caffe ini juga lagi grand opening, jadi kita putusin ngumpul di sini, ini Riyan pacar nya Wina, dan Wina nya lagi di toilet tuh," timpal Fandi santai.
"Iya cil, jadi pas deh kita jadi kaya double date kan," celetuk Riyan.
Dari cara bicara nya Riyan tidak tau kalau Nafisa sudah menikah.
Nafisa memaklumi saja hal itu, karna dia baru pertama bertemu dengan Riyan.
"Hmmmm" Nafisa hanya menggumam.
"Kamu kenapa cil, kaya gak suka gitu ada aku di sini,?" Tanya Fandi dengan raut wajah kecewa.
"Ee-eh, bukan gitu fan, aku hanya takut nanti ada yang lihat jadi salah paham," ucap Nafisa jujur dengan perasaan nya.
"Salah paham gimana cil, di sini kan ramai, bukan cuma kita berdua aja, lagian kalau suami mu marah, nanti aku yang jelaskan," timpal Fandi memandang wajah manis milik Nafisa.
"Hmm iya kak, maaf ya aku cuma takut aja kak, gak enak aja kalau ada yang sampein ke mas Tyo," ucap Nafisa lagi.
"Ooh, cil udah nikah ya, maaf ya cil, aku gak tau, habis nya gak kayak emak-emak sih," celetuk Riyan sambil cengengesan.
Kedua nya pun menganggukkan kepala, sebagai jawaban dari ucapan Riyan.
"Eeh, itu Wina," Fandi menunjuk seorang wanita yang sedang tergopoh-gopoh menuju meja mereka dengan senyum sumringah dari bibir nya.
Nafisa pun berdiri menyambut kedatangan Wina, merentangkan kedua tangan nya.
"Apa kabar win, kangen banget," Nafisa memeluk teman lama nya itu dengan erat.
"Alhamdulilah baik, aku juga kangen banget sama kamu cil,"
"Btw udah ketemu Fandi kan?, Udah kangen kangen dong," sambung Wina sambil terkekeh riang, dan melemparkan pandangan nya kearah Fandi.
Nafisa melepas pelukan nya, dan mencubit pinggang teman lama nya tersebut
"Apaan sih win," Nafisa mendelik ke arah Wina, dan di sambut kekehan oleh Wina.
"Santai aja cil, kan ada aku di sini," ujar Wina menenangkan Nafisa.
"Iya ada aku juga," timpal Riyan.
"Halah kangen kangenan apa nya, win, malahan kayak ayam sakit," celetuk Fandi dengan wajah cemberut.
"Haaa?," Wina pura pura terkejut dan menutup mulut nya yang menganga kemudian terkekeh.
"Kok bisa kayak ayam sakit sih, kenapa hayo?," Tanya Wina di sela sela tawa nya.
"Yaa, itu di pricil, takut ketahuan suami nya padahal kan aku enggak ngapa ngapain, heran deh," ujar Fandi masih dengan wajah masam nya.
"Yaa maklum lah dan, nama nya juga udah punya suami , udah gak bebas lagi, harus jaga jarak," ujar Nafisa berusaha memberikan pengertian pada teman teman nya.
"Yaa santai aja cil, di sini kan ada kita," ucap Wina menengahi teman teman nya.
"Iya udah deh, aku percaya kalian semua pasti bisa membelaku," timpal Nafisa dengan senyuman indah nya.
"Btw pesen makan dong, laper nih dari tadi nungguin kalian satu persatu Dateng," celetuk Riyan sambil mengelus-elus perus nya.
"Ya udah pesen deh sama, mau makan apa," sahut ketiga nya dengan semangat.
Mereka pun duduk melingkari meja bulat minimalis tersebut, dengan posisi berhadap hadapan.
Fandi melambaikan tangan memanggil pelayan caffe tersebut untuk memesan, mereka pun menyebut kan pesanan nya masing masing.
"Hmm, kalau pricil, capuccino ice dong pastinya," ujar Fandi sembari melirik ke arah Nafisa.
Dan di jawab Nafisa dengan anggukan kepala, karna apa yang di ucapkan Fandi aladah benar bahwa minuman kesukaan ayu adalah capuccino ice.
Hal itu pun sukses membuat jiwa usil Wina meronta ronta untuk meledek dua teman nya itu.
"Ciye ciye, masih inget aja kesukaan mantan gebetan, emang the best lah kamu fan, susah move on ya dari pricil," ledek Wina sambil senyum senyum kepada Nafisa dan Fandi.
"Apaan sih win, kamu ini," lagi-lagi nafisa mendelik kepada teman lama nya itu.
"Just kidding cil, iih sensi banget, sakit tau pinggang aku kamu cubit cubit terus udah dua kali loh, kalau sampe tiga kali dapet teh pucuk aku," timpal Wina lagi lagi dnegan candaan nya.
"Naah cocok tuh win, kamu jadi ulet kekeet nya," celetuk Fandi.
Wina pun mendelik, menatap tajam ke arah Fandi.
"Maaf win, just kidding," ucap Fandi santai, tak perduli dengan wajah geram Wina.
"Aiih kalian apa apaan sih, ini makanan nya udah dateng loh," Nafisa menengahi teman teman nya.
Mereka tampak akrab satu sama lain, bahkan Riyan yang baru kenal Nafisa pun nampak akrab, beda hal dengan Fandi, sedikit merasa canggung, apalagi ketika teringat penolakan Nafisa pada nya empat tahun lalu, Fandi semakin merasa kecewa.
"Hmm jadi gimana cil, kamu kan mau kuliah, kuliah di mana," Wina teringat tujuan awal mereka bertemu, dan mulai berbicara serius.
"Naah, justru itu aku pengen ketemu kamu kan aku pengen tanya soal itu win, gimana sih kamu," Nafisa mengerucutkan bibir nya.
"Sudah tau aku belum ngerti banget Jogja, kok malah kamu yang nanya , aku ngajak kamu ketemu untuk tanya tanya kamu win," sambung Nafisa.
"Bukan kaya gitu cil, ya barang kali aja kan kamu udah searching searching di google,"
"Kalau cemberut muka mu makin imut," ujar Fandi sambil menjiwit pipi tembem Nafisa.
Lagi lagi hal itu sukses mengundang sifat usil Wina.
"Ciye ciye, kalian cocok banget sih, tapi sayang enggak jodoh," ucap Wina sambil terkekeh.
Nafisa yang sedang menyesap capuccino ice nya pun mendadak tersedak.
Uhuk!
'bisa bisa nya Wina ngomong gitu,' geram Nafisa dalam hati.
Mata nya mendelik ke arah Wina.
Wina pun menghentikan tawa nya, mengambil minuman nya dan kembali ke mode serius.
"Oooh jadi kamu belum searching sama sekali cil?." tanya Wina.
"Belum sih win," timpal Nafisa lirih.
"Kalau gitu kenapa kamu gak, daftar kuliah di kampus D aja cil, sekolah kesenian, di sana juga bagus loh." celetuk Riyan memberi usul.
"Naah bener di sana bagus tuh, banyak anak lulusan sana menjadi luar biasa," sambung Fandi setuju dengan usulan Riyan.
"Naah betul itu cik, kalau mau nanti aku kumpulkan, apa saja persyaratan nya, dan papa ku pasti punya kenalan orang kampus itu cil," sambung Wina.
"Hmm boleh juga tuh, tapi beneran bagus kan, aku sebener nya mau tanya mama papa, tapi yah aku gak mau merepotkan Meraka, biar lah mereka istirahat dulu, " ujar Nafisa penuh semangat.
"Iya lah Cil, kamu kan punya kami, tenang aja Cil, kami pasti bantu kamu kok," ujar Wina sambil merangkul teman lama nya itu
"Ok lah, thanks ya teman teman, gak nyangka walau kita jarang ketemu tapi kalian selalu mau bantu aku," ucap Nafisa penuh haru.
"Sama sama Cil," timpal ketiga nya.
"Eeh btw Selfi yuk," Wina dengan semangat mengeluarkan ponsel nya dari tas.
Dan mereka pun Selfi dengan posisi dua wanita di tengah , Fandi dan Riyan di samping kanan kiri.
Satu hal yang tidak Nafisa sadari bahwa Fandi merangkul bahu nya.
"Aku tandain sosmed kalian ya," ucap Wina.
Dan di jawabi anggukan oleh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments