Bab 6

Semua yang berada di depan meja makan kini memandang ke arah Nafisa.

termasuk Tyo, dalam hati Tyo bertanya apakah istri nya sudah jengah dengan perkataan ibu dan ipar-ipar nya.

sedang kan Bu rona, ibu mertua Nafisa, dan ipar-ipar nya masih memandang terpana ke pada Nafisa, dan sedetik kemudian,

"Heh apa apaan kamu Nafisa, kenapa melihat kami seperti itu." Mbak Rara menyahuti, Meskipun sebenar nya, ia masih syok mendengar ucapan Nafisa, baru kali ini buka suara.

"Iya tuh apa sih, sok-sok an banget orang tua nya mampu, yakin?, kalo emang mampu mah gak mungkin kamu cuma lulusan SMA," sambung mba Nuri juga.

"Tau nih, apaan sih Nafisa." ibu mertua bak kompor di siram bensin, langsung menyambar.

Mereka Tanpa sadar sebenar nya telah menghina anak pengusaha batik besar di Yogyakarta.

keluarga Nafisa memang nampak sederhana,

tidak terlihat begitu mewah dan berlebih lebihan, Nafisa juga nampak sangat sederhana, meski sebenar nya orang tua nya terbilang kaya, dengan perusahaan batik yang sudah terkenal bahkan sudah banyak menjual ke mancanegara.

Akan tetapi mereka memilih hidup sederhana satu kota dengan Tyo di solo, dan sebenar nya ada beberapa hal juga yang menjadikan alasan bagi orang tua Nafisa memilih tinggal di solo.

"Hmm iya Bu, mba, kalau hanya sekedar kuliah orang tua ku lebih dari sekedar mampu," Ujar Nafisa tenang, sembari duduk dan menyuap kan nasi goreng ke mulut nya.

"Mas Tyo pun bertahun tahun kenal dengan ku, dia belum tahu, bagai mana, orang tua ku." sambung Nafisa masih dengan santai.

"Tapi aku tidak akan cerita, nanti juga kalian tahu sendiri hmmm." sambung Nafisa lagi, ia mengulas senyum memandang ke arah semua orang yang berada di meja itu.

Nafisa, anak yang di didik orang tua dengan kasih sayang penuh, dan kesederhanaan, dan tak luput pula dari ajaran agama, membuat nya menjadi gadis manis yang lembut dan tidak pernah berniat menyakiti orang lain.

"Halah omong besar aja kamu, Naf, buktiin dong kalo mampu, jangan ngomong aja." Novi menyahuti ketus.

"Sudah-sudah,apa an sih kalian ini lagi makan kok malah ribut gak jelas banget." akhir nya Tyo menengahi, Tyo sebenar nya juga bertanya-tanya dalam hati, kenapa sampai Nafisa bicara seperti itu.

Selama bertahun tahun, menjalin hubungan dengan Nafisa, yang Tyo tau hanyalah kesederhanaan Nafisa beserta keluarga nya,Tyo tidak melihat hal yang lain.

"Istri mu yang mulai Tyo." Rara, berusaha memprovokasi Tyo.

Jelas-jelas mereka yang selalu menghina Nafisa.

"Aah ya sudah mas, Ndak usah di perpanjang," Nafisa menenangkan suami nya, nafisa selalu takut membuat masalah di antara keluarga suami nya, itu selalu membuat ayu diam, dia juga tak pernah bercerita pada orang tua nya tentang semua hinaan mertua dan ipar-ipar nya.

Terkadang dalam hati Nafisa sediri pun tak habis fikir, dan selalu bertanya-tanya sampai kapan ia akan diam dan tidak menunjuk kan siapa diri nya sebenar nya.

"Ya sudah sudah ayo lanjutkan makan nya," pak Mardi menyahuti.

Sementara Bu rona, Rara, Nuri, Noni, dan Novi, menatap sinis kepada Nafisa.

"Oh iya pak ini kan hari Minggu,j adi aku mau ajak Nafisa ke rumah orang tua nya, sudah lama juga kami tidak kesana." kata Tyo.

"Eeh jadi kita mau ke tempat mama papa mas." sahut Nafisa sumringah.

"Iya, Naf, Setelah ini kamu Bergegas ya." timpal Tyo.

"Oooh ya Tyo, betul itu, Nafisa pasti sudah kangen dengan orang tua nya, begitu pula orang tua nya pasti kangen Nafisa," sahut pak Mardi.

"Eh, tapi jangan lupa, sebelum kamu berangkat, beres kan ini dulu ya, Naf." celetuk ibu mertua Nafisa.

Tyo memandang tidak suka pada ibu nya, lalu berganti ia melihat wajah Nafisa, dan Nafisa hanya me anggukan kepala, dengan senyuman sahaja.

'Sabar sekali, istri ku.' Batin Tyo.

~~

Kediaman orang Tua Nafisa

"Assalamualaikum." Nafisa dan Tyo sudah memasuki halaman rumah orang tua Nafisa.

Nafisa memandang rindu ke arah rumah nya, senyuman sumringah terlihat di wajah Ayu, milik Nafisa.

Rumah dengan halaman yang luas banyak bunga tumbuh di sekeliling rumah itu layak nya sebagai pagar.

Ruumah yang sederha namun luas dengan 4 kamar, lengkap dengan ruang keluarga dan ruang makan ,ruang tamu serta dapur yang lumaian luas.

Di sana lah Nafisa tumbuh dari remaja kelas 3 SMP, hingga lulus SMA, hingga Nafisa memutuskan menikah dan meninggalkan rumah itu, untuk menunaikan ibadah nya, sebagai seorang istri.

"wa'alaikumasallam," terdengar suara seorang perempuan menyambut kedatangan mereka.

"Eeh Nafisa,Tyo, mama kangen sekali sama anak-anak mama," mama Alisa menyambut kedatangan mereka, sambil memeluk Nafisa penuh haru.

Nafisa memang sedang fokus di rumah mertua, mengingat semua hal yang terjadi membuat Nafisa sungkan jika harus sering sering menyambangi orang tua nya.

"Siapa itu mah," terdengar suara papa Rizal dari ruang keluarga,

"ini loh pah,vanak dan menantu nya datang," timpal mama Alisa.

Nafisa,dan Tyo mengekor di belakang mama Lisa yang berjalan ke arah ruang keluarga.

"Pah apa kabar," sapa Tyo pada pak Rizal lalu mencium punggung tangan papa mertua nya itu.

"Alhamdulillah, baik nak Tyo, akhir nya kalian datang juga, ayo duduk." papa Rizal menyambut Tyo sangat ramah.

"Halo nafisa, anak papa sayang, sini..." papa Rizal memanggil Nafisa, dengan nada lembut penuh kasih sayang, terlihat sekali dia sangat menyayangi anak semata wayang nya itu.

"Iya pa, Nafisa kangen sekali kalian, dan rumah ini, dan juga nenek.." Nafisa menjawab mata nya mulai berkaca-kaca ketika mengingat nenek nya yang baru tutup usia enam bulan lalu.

"Sabar ya nak, Allah lebih sayang nenek, doa kan saja semoga nenek senantiasa di dalam surga Allah," ujar papa Rizal menenangkan anak nya.

"Aamiin" mereka mengAmini ucapan papa Rizal secara bersamaan.

"Mama buat kan minum dulu ya, kalian nonton tv dulu sama papa." mama Alisa pergi ke arah dapur.

"Eh ma aku ikut ah, " seloroh Nafisa, sambil berlari kecil mengekor mama Alisa ke arah dapur.

"Tyo minum kopi kan, Naf," kata mama Alisa.

"Iya ma, mmmm Nafisa mau bikin makanan nih, apa ya kira-kira," Nafisa menggumam sendiri, telunjuk nya, menepuk-nepuk dagu.

"Aaah iya, bikin pisang goreng aja mudah," Nafisa mulai mengambil pisang yang dan tepung terigu di dalam kulkas.

Taangan Nafisa cekatan, dia nampak terbiasa di dapur.

orang tua Nafisa, sangat mendidik Nafisa sesederhan mungkin.

Mama Alisa yang sedang membuat kopi, memperhatikan anak nya dengan perasaan bangga, Nafisa tumbuh menjadi anak yang baik.

"M..., Nafisa, bagai mana perlakuan ibu mertua dan keluarga mu di sana nak," mama Alisa iseng bertanya pada anak nya, karna bagai mana pun, sejak hari pertemuan keluarga, mama Alisa sudah bisa menebak karakter ibu mertua dan ipar-ipar, Nafisa.

"me-mereka baik semua ma." Nafisa menjawab sambil tergagap, sebenar nya dia tidak berharap mama nya bertanya soal ini.

'Maaaf Kan Nafisa ya ma, mana mungkin Nafisa membebani mama dengan masalah rumah tangga nafisa, toh biar mereka begitu,vyang penting mas Tyo selalu menghargai ku.' batin Nafisa.

bersambung,

assalamualaikum Sobat senja, terimakasih sudah bersedia membaca dan memberikan dukungan serta kritik dan saran I LOVE YOU♥️

dukung aku terus ya kak♥️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!