Bab 10

"Ini ibu kenapa sih, kok malah senyum-senyum sendiri, ke sambet ya," cetus pak Mardi, meski sebenarnya, pak Mardi sudah bisa menebak apa yang sebenar nya di fikir kan istri nya.

"Ini NANGGOM BATIK GRUP yang di Jogja kan mas?," tanya Noni masih tidak percaya.

"Lah iya Noni, itu pusat nya di Jogja, perusahaan itu punya papa Rizal, papa nya Nafisa," timpal Tyo dengan wajah masam, Tyo rasa nya muak sendiri melihat tingkah saudari dan ibu nya.

"Wah bapak jadi minder nih, ternyata besan bapak orang yang luar biasa." pak Mardi mulai buka suara.

"Bapak jadi gak enak sama nak Nafisa," ujar pak Mardi sambil melirik istri nya,

"Ah emang bener itu punya papa Nafisa," cetus Bu rona.

Nampak nya masih gengsi untuk menerima anak mantu nya sendiri.

"Ya makanya ibu baca ini berkas nya Bu," timpal Noni sambil meletakkan kan map satu dan membuka map yang lain.

"Ini sertifikat rumah siapa mas," Noni membolak-balik map yang hanya di lihat bagian sertifikat saja.

"Yaa di baca Noni", timpal Tyo enteng.

"Haaaa?, Ini atas nama Nafisa Pricilia Nanggom?, berarti punya mbak Nafisa dong," pekik Novi mulut nya membulat tak percaya sambil memandang Nafisa.

Nafisa hanya menanggapi dengan senyum santai saja, ia sudah membuktikan untuk tidak banyak bicara tetapi memberi kan bukti.

"Aa-apa?, Aaah salah baca kali mbak Noni," celetuk Novi.

"Iya nih, salah baca Noni," sambung Bu rona sewot.

Sudah banyak bukti di depan mata tapi masih saja mencela, mungkin kadung malu mereka terhadap Nafisa.

"Yaa gak mungkin toh buk, Noni salah baca, Noni sudah satu tahun tamat SMA, masa baca begitu aja salah, dasar kamu saja sewot," kali ini pak Mardi sudah sangat jengkel.

"Idiiih apaan sih bapak, mana sini ibu liat, " Bu rona menyambar map yang di pegang Noni,

"Hati hati to Bu, nanti robek" kata Tyo,

"Iiih, iya iya," timpal Bu rona sewot,

"Iya nih nama Nafisa," gumam Bu rona.

"Yaa kan itu emang rumah Nafisa Bu, itu pemberian papa dan mama Nafisa," Ucap Tyo,

"Tapi ini di Jogja mas alamat nya,?"

"Iya non, di Jogja, kalau aku udah mulai nerusin usaha papa Rizal, jadi gak perlu mikirin rumah lagi kata nya." Tyo menjelaskan sedetail-detailnya pada keluarganya.

"Mas mau tinggal di Jogja?,aku ikut dong ,"

" Ini mau di bicarakan dengan bapak dulu non," timpal Tyo,

"Bicara apa Tyo?," Pak Mardi yang sedari tadi diam menyahuti.

"Yaaa begini pak, jadi orang tua Nafisa minta aku untuk urus perusaan mereka di Jogja, ini berkas perusahaan nya pak, Tyo mau tau pendapat ibu dan bapak dulu, sebelum Tyo menentukan pilihan." tutur Tyo pada pak Mardi dan Bu rona.

Bu rona dan pak Mardi saling pandang,

"Kalau bapak sih, ya terserah Tyo saja, semua yang menjalani kan kalian, tapi ingat Tyo, ini sebuah tanggung jawab yang besar untuk kamu, apalagi seperti nya usaha pak Rizal ini bukan usaha kaleng kaleng, dia sudah merintis nya dengan sangat lama, bapak harap kamu bisa menjaga perusahaan ini dengan baik nak, jangan sampai mengecewakan Nafisa dan mertua mu," pak Mardi memberi Tyo wejangan,

"Insyaallah pak, insyaallah aku akan berusaha dengan baik,"

"Lalu ibu bagaimana menurut ibu?," Sambung Tyo lagi,

"Kalau ibu sih, yaa setuju setuju Aja, asal jangan lupa kirim uang untuk ibu bapak dan Novi, itu kewajiban kamu loh ," ucap Bu rona enteng .

"Eeh kalo bisa sih, ajak juga Noni, biar bisa kerja bareng kalian juga," sambung Bu rona,

"Naah, iya kak, aku juga pengen ikut ke Jogja, biar tau Jogja tuh gimana," kata Noni sambil kegirangan.

Nafisa sedari tadi hanya menjadi penonton untuk satu keluarga itu, Nafisa hanya melihat setiap siapa yang buka suara, mereka, terutama mertua dan ipar nya, seperti nya mereka tidak punya rasa malu dan rasa bersalah sedikit pun, sudah menghina Nafisa.

"Kalau soal itu sih, terserah Nafisa,bitu kan rumah dia, boleh atau engga ya terserah, Nafisa." timpal Tyo santai.

"Aku di sini cuma minta pendapat ibu bapak soal aku mau mengurus perusahaan mertua ku, itu aja, kalo soal yang lain, ya ngomong aja sama Nafisa," sambung Tyo lagi, Tyo sengaja ingin memberi pelajaran pada saudari dan ibu nya, membiarkan mereka minta izin sendiri pada Nafisa

"Eh, kok gitu sih Tyo, apa yang jadi milik Nafisa, itu milik kamu juga, gimana sih, gitu dong guna nya orang menikah, gak boleh itung itungan, masa kaya gitu aja gak ngerti sih," jawab Bu rona sewot, wajah nya tampak sekali masam.

"Kok ngomong gitu sih Bu, " pak Mardi menyahuti, mata nya mendelik kepada Bu rona.

Nafisa yang sedari tadi hanya menjadi penonton, dan sesekali menahan senyum, akhir nya harus buka suara, apalagi ketika melihat bapak mertua nya yang pendiam, Nada bicara nya naik satu oktaf, Nafisa tidak tega melihat mertua nya jadi berdebat.

"Udah udah, gak usah pada ribut, enggak apa kok biar pun Noni ikut kita ke Jogja mas, Noni juga kan adikku, bahkan kalau dia mau kuliah, kita yang biayain juga gak apa, aku sama sekali gak keberatan," Ujar Nafisa sembari memberikan usapan lembut ke punggung suami nya.

"Naaah, itu Mba Nafisa juga gak keberatan mas," celetuk Noni,

"Emang kamu gak malu non, mau ikut Nafisa," ujar pak Mardi dengan nada meledek, sembari tersenyum ke arah Tyo.

Tyo yang tau apa maksud pak Mardi pun, ikut memanasi Noni dan Bu rona,

"Iya nih, emang gak malu apa, kok malah mau ikut Nafisa," kata Tyo pula,

"Iiishh, emang kenapa sih," Noni menanggapi dengan wajah masam, dia melirik ke arah Bu rona mengharap ada pembelaan.

"Tau nih, emang kenapa malu, itu lah guna nya kita menikah, biar bisa saling membantu satu sama lain, Nafisa aja gak keberatan kok," Bu rona membela anak gadis nya, dengan wajah masam.

Sementara Nafisa yang mendengar itu hanya mesem mesem saja.

'Sungguh keluarga yang aneh,' batin Nafisa sambil tersenyum sendiri.

"Terus aku gimana dong, masa kak Noni aja yang ikut ke Jogja," cicit Novi yang sedari tadi hanya diam sambil menikmati makanan nya, akhir nya buka suara juga,

"Kan kamu sekolah nov, masa semua mau ikut terus bapak sama ibu sendiri gitu di sini," timpal tyo kesal,

" Eh, udah udah, kok pada sibuk sendiri, Tyo mending kamu fokus ambil keputusan permintaan mertua mu, ingat jadi lah yang terbaik, jangan mengecewakan mertua mu, dan jangan bikin malu bapak" pak Mardi menengahi anak anak nya,

"Hmm iya pak, Tyo sih gak mau mengecewakan papa dan mama ,mereka sudah baik banget sama Tyo, mereka mau memberi restu untuk Tyo menikahi Nafisa, Tyo akan membalas kebaikan mereka, " ucap Tyo sambil melirik istri nya.

Tersirat rasa bahagia di hati Nafisa.

Bahwa arti nya, dia akan berdua saja dengan suami nya.

Bukan tak suka terhadap mertua atau ipar nya.

Hanya saja, Nafisa tak ingin membenci dan di benci.

Tapi Nafisa yang muda, Belum mengetahui, bahwa, Racun Rumah tangga, tidak hanya di rumah mertua saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!