Hadiah, Dari orang Tua, Nafisa.
~ ~ ~
Ruang keluarga
"Nak Tyo, sebenar nya ada hal penting yang mau papa sampai kan kepada nak Tyo," papa Rizal memulai obrolan mereka sembari menikmati kopi dan pisang goreng buatan Nafisa.
"Iya pa, bicara soal apa pa." Tyo menjawab gugup.
'apa mungkin papa mau bicara soal sikap ibu ke pada nya' Tyo bermonolog.
"Apa Tyo betah dengan kerjaan Tyo sekarang nak?," tanya papa Rizal.
Tyo menghembus nafas lega, soal pekerjaan ternyata, ya meski Tyo agak heran sebenar nya.
"Alhamdulilah Tyo betah pa, dan lagi kan Tyo sudah 1,5 tahun kerja di kantor itu pa," timpal Tyo.
"Yaa walaupun gaji nya cuma dua juta, insyaallah cukup dan mudah mudah an nanti bisa naik lagi pa." sambung Tyo lagi.
"Ehem..!, tapi bukan begitu maksud papa nak, apa Nafisa sebelum nya tidak pernah cerita sama kamu, soal papa." papa Rizal memandang lekat ke arah Tyo dan Nafisa.
"Hmm, belum pa, sampai sekarang mas Tyo memang hanya tau,a Nafisa dan gak tau pekerjaan papa, eh,usaha papa maksud nya." Nafisa langsung memotong pembicaraan itu.
Seedang kan sekarang ganti Tyo yang memandang bergantian ke arah papa Rizal dan Nafisa.
"Maksud nya apa ya pa?," Tyo penasaran dengan gelagat Nafisa dan papa mertua nya.
"hmmmm"
"Jadi gini Tyo, sebenar nya papa punya perusahaan batik di Yogyakarta, itu sudah puluhan tahun papa rintis, dan alhamdulilah sekarang sudah berkembang pesat, di mana perusahan papa sudah meng ekspor batik ke luar negri." papa Rizal menjelas kan kepada Tyo.
"haaaa? kok Nafisa Tidak~~
"Dan papa menyetujui kamu menikah dengan Nafisa, dengan harapan kamu benar-benar menjadi suami yang baik untuk Nafisa,dan mau membantu papa mengelola perusahaan itu," sambung papa Rizal lagi.
"Tyo masih gak ngerti maksud papa, dan juga Tyo sama sekali tidak tau kalau sebenar nya Nafisa ini anak pemilik usaha batik terbesar di Yogyakarta pa, Nafisa gak pernah cerita apa pun ke Tyo." ujar Tyo masih tak percaya, dia memandang istri nya lekat, seakan bertanya, kenapa Nafisa merahasia kan itu dan bersikap seperti gadis desa yang sederhana dan tidak mengerti dengan kemewahan.
Tyo sendiri tau, kalau usaha batik yang di maksud papa mertua nya itu usaha yang sangat di kenal orang orang besar, bahkan Tyo yang tidak bergerak di bidang desainer pun mengetahui itu, karna corak-corak indah yang selalu membuat mata semua orang takjub dan memuji perusahaan batik tersebut.
"Kami awal nya tinggal di Yogyakarta nak, waktu Nafisa masih kelas satu SMP, nenek Nafisa mengabarkan kalau dia sudah sering sakit sakitan,Tyo tau kan, nenek Nafisa yang baru enam bulan lalu meninggal," jelas mama Alisa.
Tyo pun mengangguk kan kepala dia ingat betul nenek dari pihak papa Nafisa.
Sedang kan orang tua mama Alisa memang sudah lam tiada, begitu cerita Nafisa dulu.
"Nah karna itu, kami membawa Nafisa pindah kesini, karna mama dan papa harus merawat nenek nya, Nafisa." sambung mama Alisa.
"Dan sembari juga, kami mengajarkan kesederhanaan kepada Nafisa, agar dia tumbuh menjadi gadis yang baik, jangan menyakiti siapa pun dan jangan meremeh kan apa pun, hanya karna dia anak semata wayang dan pewaris tunggal papa." mama Alisa memandang wajah Nafisa sambil tersenyum, terselip rasa bangga di mana nafisa tumbuh menjadi anak yang baik.
"Yaa seperti kata papa, kami menyetujui kalian meski Nafisa baru lulus SMA, bukan Tanpa alasan, kami melihat kamu lelaki yang baik dan bijaksana, kami tau dan kami berharap kamu menjadi pendamping Nafisa seumur hidup, dan kamu mau memenuhi permohonan kami, untuk mengelola usaha papa dengan baik," ujar mama Alisa,vmemandang penuh harap kepada menantu nya itu.
Tyo merenung, sesuatu yang paling bercokol di benak Tyo, mengapa bisa hampir empat tahun lama nya Nafisa merahasia kan semua nya, apalagi jika Tyo ingat, bagai mana ibu nya selalu merendahkan Nafisa, hanya karna mereka fikir Nafisa tidak menghasilkan uang dan hanya ibu rumah tangga, tamatan SMA.
"Tyo, apa kamu keberatan," suara papa Arizal, lamunan Tyo.
"Ee-eh hmm, tidak pa,Tyo hanya merasa~"
"Aku yakin kamu bisa, kamu mampu mas," Tukas Nafisa, memberi semangat pada suami nya, Nafisa memandang penuh harap kepada suami nya.
"Iya Tyo, kamu tenang saja nak, papa dan Nafisa akan mengajari kamu, sampai kamu bisa dan mengerti ,lagi pula kamu hanya mengurus kantor Tyo, karna kalau soal desain dan yang lain, itu urusan papa dan Nafisa." sambung papa Rizal.
"Nafisa?, apa Nafisa sudah ikut andil di usaha batik papa?, sejak kapan pa?," Tyo mulai heran,Tyo memang tau kalau bakat punya bakat, mendesain baju atau pun corak, yang sangat indah,Tyo sendiri sering melihat nya, namun ia tidak pernah menyangka, bahwa Nafisa ikut andil dalam kesuksesan, perusahaan batik ternama tersebut.
"Lah, mas ini gimana, mas sering liat kan aku suka gambar corak batik, dan desain desain baju, itu semua untuk kami produksi mas." Nafisa menimpali sambil tertawa kecil.
"Masyaallah." hanya itu yang keluar dari mulut Tyo, kagum sekali dengan hadiah terindah yang Allah berikan untuk nya, wanita yang sering di remeh kan namun diam saja, wanita yang selalu bersikap sederhana, ternyata wanita nya itu bukan lah wanita biasa,Tyo benar-benar takjub.
Hm apa jadi nya kalau keluarga tyo tau ini semua, apa reaksi Bu rona, Rara, Nuri Noni dan Novi.
"Jadi gimana Tyo?," tanya papa Rizal lagi.
"Boleh Tyo berfikir dulu pa?, dan sekaligus bicara sama bapak dan ibu, bukan kah kalau Tyo melanjut kan usaha papa itu Tyo harus pindah ke Jogja?," Tyo masih belum bisa memberi keputusan, jujur saja Tyo masih sedikit terkejut dengan ini,Tyo juga amat malu pada Nafisa.
Apa lagi mengingat bagai mana Bu rona dan ipar ipar nya menghina Nafisa.
Papa Arizal menghembus nafas panjang, sebenar nya dalam hati dia ingin sekali kalau menantu nya itu langsung member jawaban, Iya, tapi ya sudah lah.
"Yaa baik lah nak, namun papa harap kamu mau, kalian harapan papa, dan ini juga sudah waktu nya bagi Nafisa memperkenalkan diri kepada semua rekan dan semua yang ada di perusahaan batik papa, saat nya juga Nafisa menikmati apa yang menjadi milik nya," ujar papa arizal.
"Sebentar papa ke kamar dulu ada sesuatu yang mau papa tunjuk kan." papa Arizal berlalu dari ruang keluarga ke kamar nya.
Tyo dan Nafisa hanya menunggu.
Tyo sendiri sibuk dengan fikiran nya yang berkecamuk, masih tidak menyangka bahwa mungkin dia tidak akan menjadi bawahan lagi seperti di kantor lama nya jika dia menerima yang di berikan orang tua Nafisa.
Lagi-lagi Tyo merasa malu dan terbayang bagai mana kalau ibu nya tau, pasti juga merasa malu karna sudah menghina Nafisa.
Tidak lama papa Arizal keluar dari kamar nya, dengan membawa beberap map dalam genggaman nya.
"Hallo, iya antar sekarang aja gak apa-apa mas, ok terimakasih mas." terdengar papa menelpon seseorang.
Mama Alisa tidak banyak bicara, ya begitu lah, bagai mana keluarga ini sangat sederhana dan harmonis, bahkan pewaris tunggal mereka pun sangat lah santun, wajah nya teduh nan bersahaja.
"Telfon siapa pa?," Nafisa bertanya pada papa nya.
"Papa pesan apa yang mau di antar?," sambung Nafisa lagi,
"Sesuatu sayang, hadiah untukmu dan Tyo," jawab papa Arizal sambil tersenyum.
"Oh ya Tyo, ini berkas berkas perusahaan, sambil berfikir, mungkin juga kamu mau sambil mempelajari nya." sambung papa Arizal.
,
Hallo sahabat senja,
seperti rumah tangga pada umum nya ada tangis dan tawa,
masih banyak hal lain nya dalam rumah tangga ayu dan Tyo,terutama racun racun rumah tangga nya,
dukung aku terus ya,
terimakasih ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments