Racun Rumah Tangga Bab 3
Di antara keributan dan hinaan demi hinaan yang menimpa Nafisa.
Akhir nya tak berselang lama, Tyo pun datang.
"Assalamualaikum, semua nya, wah lagi kumpul kumpul nih ya ada apa nih, lagi liatin istri ku yang cantik ya." seloroh Tyo, sambil terkekeh menyapa keluarga nya.
"Wa'alaikumasallam, eh Tyo dari mana sih kok bukan berduaan sama istri nya." jawab bude Lulu lega, akhir nya Tyo datang juga.
Sementara itu, Nafisa menghapus air mata yang mengalir di pipi, Nafisa tidak mau Tyo melihat dan menjadi bertanya tanya, Nafisa juga belum bisa menceritakan yang sebenarnya kepada Tyo.
"Eeh iya Tyo, ya udah lah kita bubar mereka mau berduaan kan juga ini udah malam loh." kata Bu rona, ibu mertua Nafisa.
Mereka semua pun bubar, termasuk adik adik dan dua kakak ipar Nafisa, mereka menatap sinis pada Nafisa, Nafisa tau arti tatapan itu, tatapan yang seolah mengatakan, agar Nafisa tak bicara macam-macam pada Tyo.
"Naf, kenapa sayang mata mu kok merah, kamu habis nangis?." tanya Tyo dengan sangat lembut nya, kala ia menyadari, bahwa kedua mata istri nya itu memerah, dan sedikit berembun.
'Kamu sangat berbeda, dari saudara-saudara mu mas, aku bersyukur atas itu, semoga kamu selalu memperlakukan ku, dengan baik seperti ini.' Batin Nafisa.
Ia memandangi lekat, wajah lelaki, yang baru satu hari menjadi suami nya itu.
"Naf." Tyo membuyarkan lamunan sang istri.
"Eeeh enggak kok mas, mata ku kelilipan deh kayak nya." Timpal Nafisa, sedikit tergagap, Nafisa tak ingin banyak mengadu kepada Tyo, Nafisa tak ingin membuat Tyo berseteru dengan keluarga nya.
Apa lagi mengingat, hari ini adalah hari bahagia bagi Nafisa dan Tyo, malam ini untuk pertama kali nya Nafisa dan Tyo berada dalam satu kamar.
"Ooooh kelilipan sini sayang mas tiup mata nya." Tyo mendekati Nafisa.
'Masyaallah, malam ini malam yang bahagia, malam pertama menjadi seorang istri dari suami yang sangat baik, lemah lembut, alhamdulilah,aku sangat bersyukur YAALLAH, aku sangat bahagia,' lagi dan lagi, Nafisa selalu Berusaha mengambil sisi positif dari pernikahan nya ini.
'Yaallah lindungi lah selalu rumah tangga ku, engkau lah yang maha membolak balik kan hati, maka berikan lah cinta di hati keluarga suami ku, untukku.' Nafisa berdoa dalam hati nya.
Sedikit berdebar menunggu pagi tiba, karna esok akan ada acara lagi di rumah Tyo, semua masih akan berkumpul di rumah ini mungkin sampai lusa.
Malam itu Nafisa dan Tyo sama sama tak bisa tidur, Tyo tak bisa tidur karna merasa bahagia dan terus memandangi wajah istri nya, sedang Nafisa tak bisa tidur, karna dua perasaan yang bercampur menjadi satu, bahagia dan juga sedih, bahagia karna akhir nya ia dan Tyo bersama, juga sedih mengingat sikap keluarga Tyo.
saat itu sudah tengah malam mata masih sulit terpejam.
"Naf, sayang, mikirin apa dari tadi kok ngelamun aja." tanya Tyo memecahkan keheningan, membuyarkan lamunan
"Mmm-eeh mas, gak apa apa kok mas, cuma yah lagi bahagia dan berusaha menyesuai kan diri hehe." Dusta Nafisa pada suami nya, Nafisa tidak mau merusak malam bahagia nya hanya karna orang orang yang ia anggap, Racun rumah tangga nya.
" Naf, mas mau bicara sesuatu." Ujar Tyo, ia menatap wajah sang istri.
"Apa mas, bicara saja Naf pasti akan mendengarkan." sahut Nafisa, dengan senyum manis di bibir nya.
"Naf, terimakasih sudah mau menerima mas menjadi suami mu, insyaallah mas akan sebisa mungkin akan selalu membahagiakan kamu dan tidak mengecewakan mu." Tyo memulai ucapan nya.
"Dan satu lagi Naf, mas harap bagai mana pun keadaan nya di dalam rumah tangga kita, mas harap Naf bersabar dengan segala ujian nya." sambung Tyo lagi.
Sementara Nafisa hanya masih mendengar kan saja Tanpa bicara.
Nafisah ingin Tyo menyelesaikan bicara nya dulu
"Naf, mas sadar, bagai mana keluarga mas, mas juga sudah tau bagai mana mereka akan memperlakukan mu Naf, mas ingin kamu bersabar, dan maaf kan mas membawa mu bertemu orang orang seperti mereka, tapi mas mohon hormati kedua orang tua mas Naf," sambung Tyo lagi.
'Apa?, kenapa mas Tyo bicara begitu?, apa mas Tyo dengar segala perdebatan yang terjadi, sore tadi?.' batin Nafisa berkecamuk.
Namun Nafisa hanya tetap diam membiarkan suami nya bicara dan menjelaskan, dan mau tau bagai mana suami nya akan bersikap atas perilaku keluarga nya.
"Tapi mas liat, seperti nya semua baik baik saja Naf, seperti nya ibu benar- benar menerima mu, ibuk benar-benar menurunkan ego nya Naf, demi kita, agar kita bahagia." sambung Tyo. Senyum bahagia terpatri di bibir nya.
degh!
'Ternyata mas Tyo tidak mendengar semua itu mas.' batin Nafisa.
'Kamu sudah salah menilai mas, aaagh bagai mana mungkin aku bisa bercerita mas, aku tidak mau merusak hari bahagia kita dengan ketegangan mu dengan keluarga mu.' Nafisa hanya bisa bergelut dengan batin nya sendiri.
Sementara itu, Tyo terus memperhatikan wajah istri nya, entah apa yang di fikirkan istri nya ,Tyo tidak mengerti.
Nafisa hanya tertunduk, dan merenung kan untaian kata, yang ia dengar dari bibir Tyo, dia sungguh ingin menangis dan menceritakan semua hal tadi sore, namun Nafisa tidak mampu, dia tidak mau terpancing emosi karena ulah ipar ipar dan mertua nya.
"Naf, kenapa kok malah melamun?, kamu dengar kan apa yang aku katakan tadi?." tanya Tyo, membuyarkan lamunan istri nya.
"E-eeh mm iya mas, aa-aku dengar kok mas." jawab Nafisa tergagap.
"Terus kenapa kamu malah melamun Naf." tanya Tyo, nampak penasaran dengan sikap istri nya.
"Apa tadi aku menyakiti mu Naf?." selidik Tyo, mengingatkan apa yang mereka sudah lakukan sebagai suami istri.
"Hmmm tidak mas, mungkin aku kecapean aku ngantuk mas." Dusta Nafisa, padahl mata nya terang berderang, dengan fikiran nya yang kalang kabut.
"Hmmm jadi sayangku capek?." Tyo menggoda istri.
"Kalau begitu, ayo kita tidur, sini aku peluk." Tyo melingkarkan tangan nya di pinggang Nafisa.
"Mmmmm iya mas, lagian besok kita masih ada acara lagi kan." jawab ayu seraya memejamkan mata nya.
Ngunduh Mantu .(mantan Prasetyo datang).
Terdengar suara adzan subuh di telinga Tyo, ia pun bangun untuk ke kamar mandi, setelah mandi,Tyo pun membangun kan istri nya.
"Sayang bangun, sholat subuh yuk." Tyo membangunkan istri nya dengan lembut dan hati hati.
Betapa beruntung nya Nafisa, mendapatkan suami yang baik dan lembut, berbakti pada orang tua juga.
Awal perjalanan mereka nampak terasa manis, dan semoga akan selalu manis.
Sungguh se dewasa apa pun seseorang, mereka tidak akan pernah tau, kebahagiaan dan cobaan apa saja yang menanti dalam perjalanan suci itu.
Nafisa sudah bangun, sudah mandi dan sholat subuh.
Tidak lama kemudian perias pun datang, untuk merias Nafisa dan Tyo.
Mereka mempersiapkan diri untuk acara itu.
"Cantik sekali manten ini loh." kata mbak nunik, perias di desa itu.
"Hhmmm bisa aja mbak makasih." Nafisa tersipu malu.
Sementara itu, kakak dan adik ipar Nafisa sibuk sendiri dengan diri mereka masing-masing.
Mereka nampak Ingin tampil, lebih baik dari pada Nafisa.
"Hheeeh mbak nunik, kalau udah rias itu pengantin, sini rias kami juga ya, berapapun biaya nya akan kami bayar, yang penting poles kan riasan terbaikmu di wajah kami." Ketus Nuri, istri Adi, Adi adalah kakak Tyo.
"Iya mbak nunik, pokok nya harus bikin kita wah ya, awas kalo enggak, pokok nya mekup ku lebih mahal dari si pengantin deh, pasti aku bayar mahal deh." timpal Rara tak mau kalah.
"Hmmm.. iya mba." jawab Mbak nunik sekena nya.
Dari gelagat nya seperti nya mba Nunik memang sudah hafal,dengan prilaku ipar-ipar Nafisa itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments