Bab 2

Racun Rumah Tangga Bab 2

Hari pernikahan.

akhir nya setelah satu Minggu Tyo dan Nafisa menunggu, tiba lah juga hari sakral itu, hari yang mendebar kan, namun juga hari yang paling di tunggu oleh Nafisa dan Tyo.

"Nafisa, ayo keluar nak, tyo sudah di depan sayang."mama Alisa (orang tua Nafisa) memasuki kamar pengantin.

"Cantik sekali anak mama." ucap nya lagi, sambil mengecup pucuk kepala putri nya, memandangi kaca rias di depan Nafisa dengan senyum bahagia.

Tak terasa juga air mata yang membendung di pelupuk mata itu, akhir nya tumpah juga.

"Semoga anak mama, Nafisa Pricilia nanggom, bisa bahagia di keluarga baru mu ya nak." ucap mama Alisa lirih, anak semata wayang nya akan menikah dan ikut suami nya sebentar lagi.

"Aamiin,Terimakasih ma, dan selalu doa kan Nafisa ya ma." aku memeluk mama, perasaan haru dan sedih, aku tau perasaan mama saat ini.

"Pasti nak, mama akan selalu mendoa kan Nafisa." mama Lisa mengusap lembut pipi putri nya.

Mereka perlahan melangkah keluar, menuju kursi di mana Tyo sudah menunggu.

Yaaa, itu lah tempat mereka akan melaksanakan ijab Kabul, janji kepada Allah, untuk selalu bersama dan saling melengkapi.

Tyo dan Nafisa saling pandang lalu menunduk malu, kedua nya merasakan perasaan yang sama, haru, berdebar dan bahagia, bercampur menjadi satu.

Sementara itu di tempat lain, kursi besan, Ady, Rara, Rio, dan Nuri, juga Novi dan Noni, mereka duduk berdekatan dan berpasangan rupa nya.

"Eeeeh kak Rara, kak Nuri, kemarin kan bapak cuma kasih lima belas juta, kok bisa mewah gini ya." Noni mulai rumpi sambil berbisik di antara mereka saja.

"Iya, ya, kok bisa ya." sahut Novi pula.

"Aalah alah, nov, non, kalian kok bloon banget si, ya pasti dari ngutang lah, hahaha." Timpal Nuri, di sambut tawa oleh, Rara, Novi, dan Noni.

"Iya sih nov, non, dari mana coba orang tua nya si Nafisa ini uang, bisa ngadain pesta kaya begini, apalagi ibu bapak cuma kasih lima belas juta." sahut Rara pula seraya berbisik, mungkin mereka takut keluarga Nafisa mendengar.

"Iya kak, sekolah aja cuma sampai SMA, pasti gak ada biaya." mulut Novi ikut bicara, mereka memang sangat cocok.

"Baik hadirin semua ijab Kabul akan kita mulai." suara pak penghulu membuat mereka berempat diam, tapi masih dengan senyum senyum mengejek, memandang satu sama lain seperti biasa bibir mereka monyong monyong.

"Saya terima nikah nya, Nafisa Pricilia nanggom, binti Arizal nanggom, dengan mas kawin tersebut tunai." Tyo mengucap ijab kabul, dengan sekali tarikan nafas.

"Alhamdulilah, sah?." kata pak penghulu.

"Saaaaah." para saksi dan hadirin menjawab.

Alhamdulilah, pak penghulu membaca doa doa.

Sementara Tyo dan Nafisa, lega dan bahagia.

tidak menyangka hari itu akhir nya tiba juga.

Satu hari berlalu, sampai lah di penghujung acara hari itu.

"Pak, Bu, kami pamit dulu.

Nafisa pun akan ikut serta, acara di rumah kami di adakan besok, saya harap bapak ibu serta kerabat yang lain bisa datang." Ucap bapak mertua Nafisa.

"Baik pak,besok kami akan kesana." papa dan mama Nafisa menjabat tangan besan mereka.

Berusaha tersenyum dan nampak tegar.

meski, terlihat mata kedua nya berkaca mungkin sedih, anak semata wayangnya mereka akan di boyong suami nya.

Nafisa mencium tangan kedua nya lalu memeluk mereka, aku sangat bahagia, tapi juga sedih harus meninggalkan Mereka.

Meskipun sebenarnya hanya berjarak satu jam saja.

Mereka pun pergi ke rumah Tyo beserta keluarga Tyo.

Setiba di rumah Tyo, Nafisa di persilahkan masuk oleh kerabat Tyo yang ramah, beda hal dengan ibu dan adik serta kakak ipar Tyo.

"ini kamar mu ya nduk," kata bude Lulu.

"Terimakasih bude,"Nafisa bersyukur mereka tidak songong seperti adik adik ipar nya.

"Prasetyo, pintar sekali cari istri, cantik, santun dan ramah sekali." puji saudara saudara pak Mardi, mereka mengagumi Nafisa

"Eleeh bude bude, saya pun cantik, sarjana lagi, punya gaji pula, saya dan kak Rara jelas sempurna." sahut Nuri ketus, ia tak terima saudara mertua nya itu memuji Nafisa

"Jelas itu, betul apa yang di katakan Nuri itu mba, cantik santun aja percuma kalau gak bisa apa apa, cuma bisa masak kayak pembantu." sahut Novi pula, adik ipar Nafisa yang masih SMP, dengan nada ketus dan menatap sinis.

Nafisa yang mendengar perdebatan mereka hanya menunduk diam, belum saat nya.

"Huuuus, kok pada ngomong begitu sih Novi, Rara, Nuri, ini ipar kalian juga lhoo." bude Lulu menengahi keponakan nya dan mantu nya yang songong.

"Tau nih, jangan begitu dong, kita belum tau nasib orang loh." saudara saudara bapak mertua Nafisa yang lain menyahuti.

"iiiih apa sih bude, kalian ini kenapa sih pada suka banget sama si Nafisa ini, dia tuh gak ada arti nya untuk ibu bapak tau gak, cuma tamatan SMA gak kerja gak punya penghasilan, Tyo aja yang sudah di butakan cinta, eeeh jangan jangan Tyo di dukunin deh sama dia, secara dia tau kami ini keluarga terpandang." seloroh Rara,sambil menatap mengintimidasi kepada Nafisa.

Astaghfirullah, tidak habis fikir nafisa di buat nya.

Bagaimana bisa, mereka berfikir dan berucap demikian.

Hendak melawan namun apa lah daya, Nafisa baru lah beberapa jam menjadi menantu keluarga itu.

"Iya nih bude, liat aja dong cara ibu menyambut kami dulu, aku dan Mbak Rara, acara ngunduh mantu meriah, kamar mewah, lebih indah dari pada Nafisa sekarang, serba pas pas an, sesuai lah sama dia." Sambung Nuri, di sambut tawa Noni, Novi dan Rara.

Nafisa hanya bisa terdiam.

Menundukkan kepala.

Dulu Nafisa memang jarang kesini, Tyo paling membawa Nafisa hanya bertemu ibu bapak nya,tidak pernah memperkenalkan Nafisa dengan kedua kakak ipar nya, mungkin karna dia tau sifat mereka.

"Eeeh ada apa ini rame rame

." seloroh ibu mertua Nafisa datang, waduh nambah lagi pasukan julit itu.

"Ini loh mbak, anak gadis mu sama mantu mu ini, kenapa kok pada gak suka sama Nafisa, pada ngata ngatain Nafisa, bilangin dong mba jangan begitu, ini kan ipar mereka, lagian kalau di dengar Tyo kan gak enak mba." panjang lebar bude Lulu bicara pada ibu mertua Nafisa.

"Halah mba, pada ngomong apa sih emang, ah nama nya juga bersaudara harus saling memahami lah, jangan apa apa di ambil hati." ibu mertua Nafisa menimpali ucapan bude Lulu.

Astaghfirullah, Nafisa hanya diam, membendung air mata yang hampir tumpah.

"Yaallah, ini mas Tyo kemana, kenapa gak ada di sini, baru beberapa jam saja ibu mertua dan ipar ipar ku sudah begini." batin Nafisa, tak terasa bulir bening itu jatuh di sudut mata nya mengalir kepipi.

Nafisa segera menghapus air mata nya, takut orang orang julid itu melihat nya, mereka akan senang kalau melihat Nafisa menangis.

"Iya nih buk, si bude baru aja kenal sama Nafisa, udah sok ngebelain, karna ini nih si Nuri bilang, kalau dia itu cuma tamatan SMA, gak akan bisa kayak kita ini, tamatan sarjana dan punya penghasilan gitu Bu." jawab Mbak Rara.

"Iya buk cuma ngomong gitu doang, eh bude Lulu langsung nyerocos gak jelas, emang nya kita salah, kita kan cuma ngomong apa ada nya Bu, toh Nafisa juga cuma diam dari tadi, pasti karna dia juga menyadari kan Bu." timpa Nuri juga.

Astaghfirullah, mereka bicara tanpa menoleh wajahku, mereka tak melihat air mata sejak tadi terbendung di pelupuk mata ku.

"Iya mba, kalian mah gak usah merhatiin mantu ku mbak, urus aja menantu kalian sendiri, apa yang di bilang sama Rara dan Nuri itu bener kok enggak ada salah nya mbak, memang Nafisa ini hanya anak kecil tamatan SMA, enggak punya apa apa, gak punya kerjaan, cuma modal santun dan bisa masak, untung muka nya cakep,k alo jelek aduuuh kasian Tyo." jawab ibu mertua Nafisa acuh.

'Astaghfirullah, aku rasa nya sudah sangat emsoi, apa mas tidak tau ke tidak sukaan ibu, dan ipar ipar nya ini terhadap ku.' Batin Nafisa bergejolak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!