Bab 5

Racun Rumah Tangga Bab 5

Sudah seminggu Nafisa tinggal di rumah mertua, perjalanan rumah tangga nya sungguh manis, yah biasa ya, nama nya juga pengantin baru.

"Hm.. bapak udah ngopi ya," kata Bu rona yang baru bangun jam 7 pagi.

"Sudah dong Bu, untung ada nak Nafisa yang selalu bangun nya subuh, sudah bikin sarapan dan kopi untuk bapak dan Tyo." sahut pak Mardi sambil tersenyum.

Ia nampak bahagia dan senang dengan kehadiran Nafisa, sebagai menantu di rumah nya.

"Yaa bagus itu pak, emang itu fungsi nya dia di rumah ini, toh dia kan gak kerja gak seperti mantu kita yang lain yang bisa cari uang." timpal Bu rona cuek.

"Eeeh ibuk ini kok kaya gitu, kan gak enak kalau nak Nafisa dengar," kata pak Mardi sambil menoleh kanan kiri, takut takut kalau Nafisa mendengar ucapan istri nya.

"Alah biar saja pak emang kenyataan nya kok issh," timpal Bu rona sewot.

"Si Tyo udah kerja kan ya pak?," Bu rona celingak-celinguk mencari anak laki-laki nya tersebut.

"Iya Bu udah, anak-anak gadis mu kenapa gak di suruh bangun Bu suruh bantuin nak Nafisa itu nyuci banyak banget." pak Mardi menasehati istri nya.

"Halah biar aja pak,vitu kan emang tugas si Nafisa, ngapain mesti ngerepotin Noni dan Novi lagi." Ketus Bu rona,

"lagian dia mau ngapain pak, kalau gak beresin rumah, masa mau ongkang-ongkang kaki gitu?, sementara anak kita Tyo kerja pusing di kantor, dia malah mau ongkang kaki di rumah, biar aja rumah dia yang urus." cecar Bu rona lagi.

"Hmmm anak kita itu kan gadis Bu, harus di ajari cara mengurus rumah, bangun pagi dan lain lain, nanti kalau sudah bersuami, gimana nanti nya Bu, kalau gak di ajarin." timpal pak mardi.

"Halah pak pak, ya gak mungkin lah Noni sama Novi itu mau jadi perempuan pengangguran kaya si Nafisa ini, bapak ini gimana bukan nya doain anak nya hidup enak malah mau ngajarin anak jadi pembantu, lagian udah cukup Nafisa sendiri juga bisa urus ini rumah, ngapain mesti nyuruh anak kita juga, aneh sih bapak ini." jawab Bu rona panjang lebar, ia nampak jengkel karna suami nya selalu berlaku baik pada menantu mereka yang satu itu.

"Hmmm ya sudah lah bu, bapak malas debat, bapak pergi dulu liat sawah ya." pak Mardi menimpali, lebih baik pergi dari pada berdebat begitu fikir pak Mardi meski dalam hati nya, dia kasihan melihat menantu nya, Nafisa, tapi ya sudah lah toh semua masih batas wajar, pak Mardi hanya berusaha jadi orang tua yang bijaksana.

Sementara itu, Nafisa yang sebenar nya sedari tadi bebenah rumah, juga mendengar apa yang di ucapkan oleh ibu mertua nya.

"Kenapa ya ibu kayak nya gak suka banget sama aku," gumam nafisa, ada perasaan sedih di dalam hati nya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, sebab bagi nya orang tua tetap lah orang tua, yang harus di hormati.

Hari demi hari berlalu, setiap hari nafisa berusaha menjadi istri dan menantu yang baik, setiap hari pula Tyo memanjakan nafisa, dan setiap hari pula ipar dan mertua Nafisa menghina nya, luar biasa kebencian ibu mertua Nafisa pada nya yang tidak menghasilkan uang,

~

"Mas sudah wudhu ya," Nafisa danmenggoda suami nya subuh itu sambil memandang manja ke arah suami nya.

"Iya, Naf, ayo cepetan bangun, mandi, wudhu, sebentar lagi waktu subuh, kita sholat jamaah ya." Tyo menimpali istri nya dengan senyuman.

Masa-masa ini memang masih masa manis dalam rumah tangga mereka, di mana rumah tangga itu baru memasuki satu bulan pernikahan mereka.

"hmmm, aku mau cium dong," Nafisa memonyong kan bibir nya medekati Tyo.

kelakuan Nafisa berhasil membuat Tyo terjingkat kaget.

Mengingat dia sudah wudhu, dan dia tau istri nya sengaja usil mengisengi nya.

"Naf, sayang, ayo lah mandi sana sebentar lagi kita mau sholat subuh," Tyo menghindari Nafisa yang sengaja terus menjahili nya.

"Tapi aku mau peluk mas," Nafisa masih terus menggoda suami nya, sambil berusaha menggapai tangan dan hidung suami nya.

Tyo hanya menanggapi dengan senyuman dan mengelakkan badan nya, jahil sekali istri nya memang.

Namun Tyo juga tidak menyadari, bahwa sebenar nya, setiap perlakuan lembut dan kasih sayang nya ini lah, yang selalu membuat Nafisa bersabar menghadapi keluarga Tyo.

Tyo mungkin tidak menyadari bagai mana kata kata kejam selalu keluar dari mulut ibu dan saudara perempuan nya untuk Nafisa.

Sementara bagi Nafisa, waktu berdua dan bermanja seperti ini, di manfaat kan untuk menghilangkan rasa sedih nya, kala mengingat mulut ibu mertua dan ipar-ipar nya.

"Naf, sayang ayo cepetan, bentar lagi adzan," suara lembut Tyo terus merayu istri nya agar segera membersihkan diri.

"M...oke oke mas, Nafisa mandi dulu mas,

mas ih, cuma mau peluk sama sentuh hidung mancung nya sedikit masa tidak boleh uuuh," Nafisa mengembung kan kedua pipi nya.

Seakan ia sangat kecewa.

Wajah nya terlihat sangat imut di mata Tyo, wajah manis Nafisa selalu sejuk di pandang bagai mana pun dia berusaha mengerucutkan bibirnya, dan mengembungkan pipi nya, ia terlihat selalu manis di mata Tyo.

~

waktu sudah pukul 06:00

Nafisa bergegas ke dapur, belum ada yang bangun, hanya Tyo dan Nafisa yang sudah bangun.

Hari itu hari Minggu, dan seperti biasa, biasa nya hari libur seperti ini,

ipar-ipar Nafisa semua menginap di kediaman mertua mereka.

Nafisa mulai sibuk mengemas rumah dan menyediakan sarapan untuk satu keluarga besar itu.

Nafisa memulai kerjaan nya dari dapur, membuatkan kopi untuk Tyo, dan bapak mertua nya.

"Ini pak, mas, kopi nya," nafisa menyuguhkan kopi kepada mertua dan suami nya.

"Waah terimakasih nak, semenjak ada kamu bapak Ndak perlu bikin kopi sendiri lagi," pak Mardi berucap sambil bersiap menyeruput kopi itu.

"Sama-sama pak." jawab Nafisa sambil tersenyum.

"Tyo beruntung punya istri seperti nak Nafisa, bapak harap ujian apa pun yang menimpa rumah tangga kalian, kalian harus bersabar ya nak." sambung pak Mardi, sambil memandang ke arah Nafisa dan Tyo.

"Alhamdulillah pak, Tyo juga merasa seperti itu, Tyo merasa beruntung memiliki Nafisa." timpal Tyo, sambil memandang wajah teduh istri nya.

"Bapak, mas Tyo, bisa saja,ya sudah Nafisa ke belakang dulu mau siap kan sarapan." Nafisa berlalu ke dapur, meninggalkan mertua dan suami nya.

Dalam hati nafisa bersyukur, meski pun ibu mertua dan ipar-ipar nya tidak menyukai nya dengan alasan yang luar biasa konyol menurut Nafisa, tapi fatal menurut mereka, mereka membenci Nafisa hanya karna Nafisa tidak punya gaji dan bukan tamatan sarjana, ada ada saja.

~

Di belakang rumah, Tyo dan pak Mardi masih berbincang sambil menyeruput kopi.

"Hmm Tyo, gimana kerjaan mu di kantor nak," pak Mardi membuka obrolan.

"Yaa alhamdulilah pak baik-baik saja," timpal Tyo.

"Kenapa ya pak, mas Adi dan mas Rio, tidak menasehati istri istri nya supaya bisa saling bantu sama Nafisa dalam urusan rumah, toh mereka juga kesini cuma seminggu atau dua Minggu sekali, tapi malah menjadi ratu dan tidak menghargai istri Tyo," ucap Tyo lirih.

"Tyo kasihan kalau lihat nafisa seperti itu pak, apa setiap hari, ibu Noni dan Novi begini ya pak?, enggak pernah bantu bantu Nafisa di rumah," sambung Tyo lagi.

"Iya Tyo bapak sadar, bapak juga menilai, ini salah ibuk mu Tyo, terlalu menghamba ke pada uang, dia anggap nafisa tidak bisa menghasilkan uang, padahal Nafisa anak yang baik," timpal pak mardi.

"Bapak harap nafisa akan sabar ya Tyo, dan yang terpenting kamu jangan menyakiti hati nak Nafisa, maka dia pasti akan tetap bertahan dengan mu." ucap pak Mardi, memberi wejangan kepada anak ketiga nya itu.

Tyo yang mendengarkan nasehat dan ucapan ayah nya, mengangguk angguk kan kepala nya.

jam sudah menunjuk kan pukul 08:30 pagi.

ibu mertua dan ipar-ipar nafisa sudah bangun dan keluar dari kamar.

Rara dan Nuri sudah punya anak masing masing mereka sudah punya satu anak.

Pagi itu seperti, biasa semenjak ada nafisa, drama-drama pembulian dan hinaan selalu ada saja lebih perih tapi tidak ketara oleh ibu mertua dan ipar ipar Nafisa.

Terlihat mbak Nuri keluar dari kamar nya menuju meja makan, begitu pun Rara Noni, Novi dan yang lain nya termasuk ibu mertua Nafisa.

"Eeh udah penuh makanan, sekarang mah enak ya buk, ibuk gak perlu masak lagi,m ana kayak nya ini enak lagi sarapan nya."

celetuk Adi, melihat nasi goreng seafood dan cemilan pisang goreng di atas meja makan, ada toples peyek yang selalu menemani nasi goreng pagi di ruang makan keluarga itu.

"Iya sih gak perlu masak lagi, tapi masakan nya biasa aja, gak ada enak enak nya, huh rugi, kerja gak bisa, masak biasa aja rasa nya, (sebener nya sih enak)." sahut mba Rara sewot,tapi hati nya berkata lain,

"Eeh kok gitu sih Ra,itu enak loh masakan Nafisa." timpal Adi lagi, sambil mengambil nasi goreng dan menyuapkan ke mulut nya, tak lupa ia mengambil peyek teri di dalam toples.

"Biasa aja kali mas," sahut Noni dan Novi bersamaan.

"Iya tuh biasa aja." mba Rara dan mba Nuri menyahuti sewot, sedang Mbak Rara melotot ke arah mas Adi, nampak tidak suka kalau suami nya memuji masakan Nafisa.

"Masakan istri ku memang enak kok, emang mba Rara sama mba Nuri bisa masak?, setau aku mba Rara dan mba Nuri gak pernah masak," sahut Tyo yang tiba-tiba saja sudah memasuki ruang makan itu, sebenar nya ia jengkel dengan ipar-par nya, tetapi dia harus tetap menghormati.

"Tyo, kok ngomong gitu sih, Rara dan Nuri emang gak bisa masak, tapi jangan lupa loh mereka itu tamatan sarjana dan bisa cari duit, bukan cuma ongkang kaki di rumah ngabisin duit." sahut ibu mertua Nafisa dengan nada mengejek sambil memandang sinis kepada Nafisa.

Nafisa, yang mendengar perdebatan itu hanya diam dan melanjutkan makan, dia benar-benar tidak tau harus apa, yang ada dalam benak nya hanyalah, selama nya dia harus menghormati keluarga itu Karena mereka sudah menjadi keluarga nya juga.

Sedangkan Tyo,dia merasa jengkel dan marah sekali, tapi tidak bisa berbuat banyak, tetapi dia juga tidak bisa lagi menahan diri.

"Kalau Tyo tidak memaksa Nafisa menikah, tidak melamar nafisa, nafisa juga bisa jadi sarjana,"sahut Tyo jengkel.

"hahahaha,ada-ada aja kamu ini Tyo, mana mungkin orang tua nafisa mampu." sahut ibu mertua Nafisa.

"Orang Tua ku lebih dari pada mampu!!."

Nafisa menjawab dengan suara tenang namun di tekan kan, wajah nya tenang tetapi pandangan nya mengintimidasi kearah ibu mertua, senyum masih tampak di wajah nya, tapi senyum yang berbeda.

hal itu sukses membuat mertua dan ipar ipar nafisa, membelalak kan mata mereka, kaget dan memandang terpana ke arah nafisa...

bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!