Bab 14
Sementara itu di Jogja.
'mas, apa sifat ku terlalu kekanakan, apa aku salah jika aku marah, aku hanya takut mas, jika dulu kamu bisa berhianat, bagai mana kalau nanti kamu kembali berhianat, ikatan kita saat ini bukan lagi ikat sepele seperti dulu, yang hanya ikatan komitmen tanpa janji di hadapan Tuhan, aku tidak mau ikatan ini sia sia mas, aku tau, banyak yang lebih menarik dari diri ku,'
Batin Nafisa, sambil memejam kan mata nya, menghayati setiap apa yang ia dengar hari ini.
Entah berapa lama Nafisa berendam di bathtub itu.
Sejak siang sampai sore dia habis kan dengan berendam air hangat dan bertengkar dengan diri sendiri.
Sementara itu Tyo yang baru pulang dari kantor langsung memasuki rumah mewah itu.
Segera menuju kamar, dan menghempaskan diri ke tepi ranjang, sembari melonggar kan dasi nya.
"Ku pikir mengurus perusahaan mudah, ternyata melelahkan, baru aja sehari aku sudah pusing, pokok nya aku harus bener bener serius," Tyo bermonolog kepada diri nya sendiri.
"Eeh, Nafisa di mana kok aku gak lihat dari tadi, kamar juga gak di kunci, apa dia belum pulang,? Tapi kan enggak mungkin," gumam Tyo lagi.
Tak lama terdengar suara pintu kamar mandi terbuka.
Sreeet!
Tyo melihat Nafisa keluar dari kamar mandi dengan kimono ungu, dan handuk di kepala nya.
"Eehm, mas udah pulang, kok gak ada suara nya," Nafisa mendekati suami nya, dan segera melepas sepatu kantor dan dasi suami nya itu.
"Iya, Naf, eehm mas fikir kamu belum pulang Naf," timpal tyo lirih.
"Loh, aku mau kemana mas jam segini belum pulang, aku berendam mas tapi emang lama banget sih berendam nya sampe keriput nih badan ku," cicit Nafisa sambil tertawa kecil.
"Biar keriput tetep cantik kok, Naf," sahut Tyo tersenyum nakal.
Tyo merengkuh pinggul ramping Nafisa, hingga Nafisa berada tampa jarak dari tubuh nya.
Nafisa merasakan hangat nya hembusan nafas suami nya, ia menenggelamkan wajah nya ke pelukan sang suami.
"Mmm, mas aku minta maaf, atas tingkah ku tadi, ninggalin mas di kantor," ucap nya lirih, ia menunggu jawaban suami nya.
Tyo menari nafas dan menghembuskan lega.
' ternyata istri ku tadi hanya terbawa emosi, ini lah Nafisa yang ku tau, Nafisa yang lembut penuh kasih sayang,' batin tyo.
"Mas juga minta maaf ya sayang, maaf karna mas gak pernah jujur sama kamu, tapi kamu harus percaya, bahwa mas bener bener gak ada hubungan apa apa lagi dengan masa lalu mas, mas benar benar melupakan itu semua," ucap tyo, sembari menarik Nafisa ke dalam pelukan nya, sesekali Tyo mengecup lembut ujung kepala istri nya dan mengusap rambut panjang hitam pekat itu.
"Iya mas, aku percaya, dan aku harap, tidak akan ada penghianatan dalam rumah tangga kita mas," timpal Nafisa lembut, membalas pelukan dan setiap perlakuan lembut suami nya.
Dan malam malam panjang itu mereka lewati dengan menumpahkan rindu dan kasih sayang mereka.
Ehem ( you know lah ya guys)
~ ~ ~
Aku mau kuliah.
Hari sudah pagi, Tyo membuka mata nya setelah Nafisa menyingkap kan hordeng kamar, dan cahaya menerobos masuk ke kamar itu.
" Mas udah jam setengah tuju loh, kan mau ngantor, mana telat sholat subuh lagi," cicit nafisa pada suami nya.
"Astaghfirullah, Naf, kenapa gak bangunin mas sih yang, ini gimana kan kesiangan jadi nya, gimana sih, Naf," Tyo tersentak mendengar penuturan Nafisa, segera bangkit dan langsung ke kamar mandi.
"Laah aku gak tega bangunin dia, kok malah ngomel ngomel gitu, lagian masih ada waktu setengah jam kok, sampai kantor jam sembilan pun siapa yang marah sih," gerutu Nafisa, sambil menyediakan pakaian kantor suami nya, tidak menyangka suami nya bereaksi sedemikian rupa.
'haduh harus buru buru ni, gak enak kalau sampai papa Rizal tau aku telat ke kantor, aku gak mau mengecewakan papa dan mama, terutama Nafisa' batin Tyo sendiri, hingga ia terburu buru mandi membersihkan diri.
Tak selang berapa lama, tyo keluar terburu buru dari kamar mandi.
"Naf, baju ku mana," teriak Tyo.
"Jangan teriak teriak mas, itu loh lihat aku gantung, santai loh mas," ujar nafisa bersungut-sungut, jengkel setengah mati melihat suami nya di mode begini.
"Aku kesiangan, Naf, gak enak sama papa kalau sampe papa tau," ujar Tyo sembari menyambar pakaian nya.
"Yaallah mas, ya gak gitu juga mas, kamu kan menantu pemilik perusahaan, siapa yang mau marah kalau kamu Dateng siang mas," ujar Nafisa sedikit gemas dengan ketegangan suami nya.
"Ya udah, udah ini kita sarapan ya, aku ada yang mau di bahas juga mas soal nya," sambung nya lagi.
"Bahas apa sayang," timpal Tyo, sambil memberikan dasi kepada istrinya, Nafisa dengan sigap memasang kan dasi ke kerah baju suami nya.
"Hmmm, ya nanti kita sambil sarapan aja, yuk mas," Nafisa menggandeng suami nya menuruni tangga, menuju meja makan.
Terlihat bi Sumi asisten yang baru datang pagi pagi, semenjak Nafisa menghubungi yayasan beberapa hari lalu.
Seumur umur, baru kali ini Nafisa punya art, dari kecil ia terbiasa sendiri, tapi saat ini Nafisa sudah boleh memegang kendali oleh papa Rizal, Nafisa fikir tidak apa lah, satu art untuk bantu bantu, karna ia punya rencana untuk mengasah lagi bakat seni nya, ambisi Nafisa untuk semakin mengembangkan usaha papa nya sangat lah kuat.
"looh, itu siapa, Naf?," Tyo bertanya pada istri nya.
"Mmm, ini art baru kita mas, bi Sumi, maaf aku belum sempat kasih tau mas, bi Sumi Dateng tadi pagi mas," ucap Nafisa memperkenal kan pada suami nya.
Dahi Tyo berkerut heran.
"Kamu untuk apa cari art, Naf, kamu kan ada Noni yang bantuin, mas sih gak keberatan sih yang, gaji ku sekarang cukup untuk gaji art, tapi heran aja kok kamu gak bilang sama mas, dan tumben aja kamu mau pake art," ujar Tyo sambil menatap istri nya.
"Mmm, bukan nya gitu mas, Noni kan nanti mau kuliah mas, dan aku juga mau minta izin sama mas, aku juga pengen kuliah mas," tutur Nafisa, sambil memandang wajah suami nya penuh permohonan.
"Mas sih sebenar nya agak keberatan, Naf, aku mau nya kamu tuh di rumah aja, jadi ibu rumah tangga gitu, tapi ya aku gak mau egois juga, aku tau perusahaan papa ini juga maju dengan andil mu, Naf, dengan sentuhan sentuhan lembut tangan mu, bakat mu memang luar biasa, mas gak ngelarang, yang penting, kamu harus ingat kalau kamu seorang istri sekarang," tutur Tyo lembut kepada istri nya.
"Hah, serius mas izinin aku, mas ikhlas kan mas,?" Pekik Nafisa penuh haru, dengan segera berhambur memeluk suami nya.
Tyo menyungging kan senyuman manis nya sambil mengangguk kan kepala.
"Tapi ingat Naf, ingat bahwa kamu adalah seorang istri, jangan berprilaku di luar batasan, dan jangan capek capek sayang," ucap Tyo sambil mengusap ujung kepala istri nya.
Dalam hati Tyo sebenar nya ingin sekali mengatakan bahwa ia ingin seorang malaikat kecil segera melengkapi keluarga kecil mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments