Tyo menatap berkas berkas yang ada dalam genggaman papa mertua nya.
Tertulis di salah satu map itu.
"Nanggom Batik grup"
Tyo mengulurkan tangan mengambil map yang di sodor kan ke arah nya.
"Baik pa,Tyo akan pelajari dulu," tutur Tyo.
Tidaj lama kemudian terdengar suara berisik di depan rumah.
Juga terdengar suara pria memberi salam.
Mereka pun serentak kelur rumah menuju halaman depan.
"Apa sih ya pa, berisik banget." Nafisa mengekor orang tua nya, menuju halaman Rumah.
"Kita lihat aja dulu sayang." jawab mama Alisa sambil tersenyum ke pada Nafisa.
Setiba di depan rumah, Nafisa melihat, sebuah mobil, jenis " RUB**ON" berwarna putih keluaran terbaru, Nafisa sangat memimpikan mobil itu, bahkan walau hanya Jeep keluaran lama pun Nafisa akan sangat senang mendapatkan nya.
Entah mengapa, Nafisa sangat meminati, mobil-mobil jenis itu, menurut mama Alisa, menurun dari kakek Nafisa, dari pihak sang mama, yang menyukai dunia otomotif.
"Itu siapa, pa, yang beli mobil?, kok di turunkan depan rumah kita," Nafisa bertanya dan sebenar nya dia sangat takjub.
"Ituu untuk kamu sayang,vkan sudah lama kamu kepengen Jeep, tapi dulu kan masih sekolah belum cukup umur, sekarang papa belikan untuk kamu, papa sudah lama pesan, tinggal nunggu kamu Dateng ke sini." jawab papa Arizal santai
"haaaa?" Nafisa dan Tyo sama sama terkejut dan saling pandang, Nafisa pun sangat syok, tidak menyangka kalau dia akan mendapat hadiah semahal itu dari orang tua nya, dan ya memang benar itu mobil impian Nafisa.
"Masyaallah, ini serius pa?," tanya Nafisa masih tak percaya.
"Ini kan mahal banget pa." sambung Nafisa lagi, masih belum menyangka dengan pemberian orang tua nya.
"Serius sayang, ini untuk kamu." jawab papa dan mama Nafisa, memandang penuh kasih sayang ke pada Nafisa.
"Dulu kan papa dan mama selalu membatasi kamu selalu mengajarkan kesederhanaan ke pada Nafisa, selalu meminta Nafisa belajar dan mengutamakan pendidikan, Nafisa juga selalu fokus untuk kursus seni, dan desain, alhamdulilah semua tidak sia-sia, Nafisa tumbuh menjadi anak yang pandai dan menurut semua apa kata mama dan papa, Nafisa juga selalu menolong mama mengurus almarhumah nenek, mama papa bangga sekali nak, sudah saat nya Nafisa memiliki dan merasakan apa yang seharus nya menjadi milik Nafisa," sambung papa Rizal.
Nafisa masih menganga tak percaya, dia benar benar mendapat hadiah impian nya, Nafisa mencubit pipi nya sendiri.
"Aaw sakit, ternyata bukan mimpi mas." jerit Nafisa, sambil meringis karna pipi nya sakit setelah dia cubit sendiri tadi.
"Iya, Naf, bukan mimpi," timpal Tyo, masih menganga tak percaya.
'Gaji ku setahun juga belum cukup beli mobil impian mu ini, Naf.' batin Tyo dalam hati, hari ini ia mulai merasa rendah di hadapan istri dan mertua nya.
"Yaa bukan mimpi lah sayang, ini memang hak kamu nak, terimakasih sudah menjadi anak yang baik, dan sabar menunggu hari ini tiba ya sayang." ujar mama Alisa, sambil merangkul pundak Nafisa dari belakang.
Sebagai seorang ibu, mama Alisa tidak tega melihat Nafisa yang di gembleng menjadi gadis yang sangat sederhana, naluri seorang ibu selalu ingin memberi yang terbaik dan kadang berlebihan untuk anak nya, apalagi mereka mampu untuk itu.
Namun, dulu papa Rizal sengaja menggembleng Nafisa sedemikian rupa, dan terbukti Nafisa menjadi gadis baik dan tidak sombong, ia sama seperti teman-teman nya yang lain, yang bukan anak orang kaya, bahkan Nafisa sangat berbaur dengan anak anak dari kampung tetangga.
Mereka mendekati mobil putih itu, Nafisa menatap takjub, tidak sabar ingin belajar mengendarai mobil itu.
"Terimakasih ma, pa," ujar nafisa, memeluk mama dan papa nya, sambil menitik kan air mata.
"Sama-sama sayang." balas papa dan mama Nafisa, mereka menatap bahagia ke arah Nafisa.
"Nah sekarang ayo kita masuk lagi, ada yang mau papa mama bicara kan lagi sebelum kalian pulang," papa Arizal mengajak keluarga nya masuk kembali ke ruang tamu, setelah menyelesaikan urusan mobil baru untuk Nafisa.
"Hmm, ini surat-surat mobil nya nak Tyo, dan ini surat-surat rumah atas nama Nafisa, untuk kalian, kalau kalian jadi tinggal di Jogja, rumah nya sudah siap huni, kalian hanya perlu bawa pakaian, dan rumah itu sudah hak Nafisa." tutur papa Arizal, sambil memberikan berkas berkas itu pada Tyo.
Lagi dan lagi Tyo di buat menganga tak percaya, luar biasa kejutan dari keluarga Nafisa untuk Tyo, dan keluarga Tyo pasti nya, terutama ibu mertua Nafisa itu.
"Pa, apa ini gak terlalu berlebihan?, Tyo fikir Tyo akan usaha untuk membahagiakan Nafisa pa, untuk memberikan segala sesuatu nya untuk Nafisa, yaa mungkin lama, tapi Tyo akan berusaha, lagi pula Tyo merasa malu kalau harus numpang hidup dengan keluarga istri Tyo." tutur Tyo dengan hati hati, dia tidak ingin menyakiti mertua nya yang sangat baik ini.
"Ehem," papa Rizal berdehem, lalu memandang kepada Nafisa dan Tyo.
"Ini hak Nafisa Tyo, dan tak perlu merasa sungkan dan malu, apa yang menjadi hak Nafisa kamu juga pantas untuk memakai nya, jangan tolak apa pun Tyo, papa juga tidak meragukan kemampuan mu, justru karna papa sangat percaya dengan kemampuan mu, maka dari itu papa meminta mu mengelola perusahaan papa itu." jawab papa Rizal dengan bijak.
"Dan papa harap kamu mau, karna papa sangat berharap itu Tyo, usia papa dan mama tidak lagi muda, kami tidak bisa terus terusan mengurus perusahaan itu, kalau bukan kalian siapa lagi." sambung papa Rizal,menatap penuh harap ke arah menantu nya.
"Tapi tetap, papa akan memberi mu waktu untuk berfikir Tyo," kata papa Rizal.
"Mm, baik lah pa,Tyo akan fikir kan, hari sudah sore pa,Tyo dan Nafisa mau pulang dulu pa,Tyo juga akan pelajari berkas-berkas ini, dan terimakasih banyak pa." timpal Tyo, dia tidak punya pilihan lain, selain menerima, meski hati nya malu, ia juga menyadari bahwa Nafisa anak semata wayang, maka wajar orang tua Nafisa bersikap demi kian.
"loh kalian tidak menginap?," tukas mama Alisa memandang Nafisa penuh harap.
"Eeem, insyaallah Minggu depan ya ma, soal nya tadi Nafisa pamit sama bapak sama ibuk hanya berkunjung, enggak menginap." tutur Nafisa, sambil menatap sendu kepada mama Alisa.
"Ya sudah hati-hati ya sayang." mama Alisa pasrah saja, bagaimana pun Nafisa sudah berkeluarga, mata nya berkaca tapi ia menahan air mata nya, dia tidak mau nafisa menjadi sedih.
"Iya ma,kami pulang dulu ya ma pa," Tyo dan Nafisa pamit kepada mama Alisa dan papa Rizal, sembari mencium punggung tangan mereka.
"Eh tapi kalo bawa mobil, motor nya gimana Naf." Tyo baru sadar.
"Eeh, hmm iya ya mas, aku kan belum bisa nyetir." Nafisa pun terlihat bingung.
"motor nya tinggal dulu saja nak,besok kan bisa di ambil," papa Rizal memberi solusi,
"Bagaimana mas?," Nafisa memandang suami nya berharap suami nya setuju ,karna dia juga sangat excited ingin membawa hadiah dari papa nya itu.
"Ya sudah kalau gitu,Tyo titip dulu motor nya ya pa, besok pagi pagi sekali Tyo ambil ya pa." akhir nya Tyo setuju untuk membawa mobil.
dan akhir nya mereka pun pulang,mobil melaju dengan santai menuju rumah mertua Nafisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments