Tatapan Puri semakin lekat dan tajam ke arah Arka. Tatapan yang bukan malah senang tapi penuh kebencian. Maksudnya apa coba?
"Maksudnya apa? Manggil audit? Kamu sengaja ingin mempermainkan perusahaan saya? Biar saya di pecat juga? Gitu? Biar di kira saya gak becus bekerja? Karena laporan keuangan yang aneh? Saya gak ngerti sama jalan pikiran kamu!!" ucapb Puri tegas.
Langkahnya masih sama tidak lambat dan tidak cepat. Puri tetap merasakan prosesnya berjalan di atas pasir pantai kuta bali.
"Heii ... Kamu kenapa? Gak usah marah -marah, Ri. Niatku itu baik, ingin memperbaiki semuanya," ucap Arka dengan santainya.
"Hah? Apa kamu bilang tadi? Memperbaiki semuanya? Kamu waras, Ka? Masih sehat kan?" tanya Puri dengan suara menohok hati Arka.
Arka tak gentar. Semua yang ia lakukan adalah suatu bentuk perjuangan.
"Kamu gak percaya sama yang aku bicarakan ini? Kita pacaran lama lho, Ri. Kamu gak paham juga?" tanya Arka pelan.
"Tuan Arka yang baik. Maish inget gak? Sama chat terkahir kamu? Sayang ponselku aku tinggal di kamar, jadi gak bisa menunjukkan sama kamu, apa saja yang kamu ungkap saat itu. Kamu mau nikah sama seseorang wanita yang telah kamu hamili? Bener?" tanya Puri menegaskan.
"Yup. Benar sekali. tapi itu hnaya sebuah alasan., karena aku tersudut," ucap Arka membela diri.
"Ohh ... Tersudut. Lalu?" tanya Puri sudah mulai tenang dan bisa mengatur emosinya agar tidak meluap. Udara sore di pantai itu benar -benar membuat Puri rileks dan sangat santai. Ia berhasil melupakan semua rasa kecewa dan sakit hatinya dalam sekejap.
"Ya ... Waktu itu, hotel ini sedang dalam pengawasan. Nenek akan mewariskan semuanya asal, ada yang mau menikah dengan wanita pilihan Nenek. Itu alasannya," ucap Arka masih berusaha meyakinkan Puri.
"Terus? Apa peduli aku? Ya nikahlah, silahkan. Kalau aku dapat undangan ya aku datang dan beri kamu selamat. Sama marsha? Tadi calon istri kamu?" tanya Puri pelan.
Arka menatap ke arah Puri lekat. Langkah kakinya masih berjalan mengikuti langkah Puri yang terus melangkah dan merasa bodo amat dengan semua ini.
"Kamu kenal Marsha?" tanya Arka penasaran.
"Gak kenal sih. Cuma tahu aja. Dia hamil?" tanya Puri pelan.
"Iya dia hamil," jawab Arka pelan.
"Congrat ya ...." jawab Puri dengan santai.
"Kok Conrats sih? Bukan sama aku hamilnya juga," ucap Arka tegas.
"Itu kan ucapan dari bibir lelaki modus. Pasti membela diri. Sudahlah, aku capek Pak Arka," ucap Puri pelan.
Hari semakin sore, senja semakin terlihat menurunkan matahari di ufuk barat.
Puri menatap langit yang mulai sendu dan menggelap. Matahari juga mulai memerah dan menghilang dari ujung lautan yang tak berujung itu.
"Ri ... Aku minta maaf. Aku mau kembali dan menata semuanya dengan baik. Kamu tahu kan? Pesta pernikahan kita tinggal sebentar lagi dan aku cek, semuanya belum di batalkan," ucap Arka pelan.
"Memang belum di batalkan. Tapi sudah akan di ganti namanya. Jadi gak usah terlalu percaya diri Pak Arka," ucap Puri santai.
Arka semakin penasaran dengan Puri yang sama sekali tak sedih atau marah. Hanya pertanyaan wajar yang ia tanyakan pada Arka.
"Hai ... Sayang ... sudah lama menunggu?" tanya Aji tiba -tiba datang dan membawakan jaket untuk menutup tubuh Puri yang terlihat seksi.
Arka dan Puri langsung menoleh ke arah Aji yang tersenyum manis padanya.
"Mas Aji," ucap Puri dengan suara pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
EGOIS & TAMAK SEKALI, SDH HAMILI MARSHA, DN SDH MAU NIKAH, TPI MSH INGIN NIKAH JUGA SAMA PURI..
2023-09-26
0