Puri belum bisa membuka cerita yang telah melukai kembali hatinya. Ia memang terlalu berharap besar pada Arka untuk segera menikahinya. Usia Puri sudah tidak muda lagi di mata keluarga besarnya. Usia dua puluh delapan tahun adalah usia rentan dan beresiko tinggi. Kalau tidak menikah atau memiliki kekasih yang serius maka seorang wanita di usia matang itu akan nyaman berkarir dan mencari kelayaan secara mandiri.
Semua harapan dan asa itu seolah sudah sirna dan menghilang terbawa angin. Keindahan kebersamaan yang sebentar ternyata juga meninggalkan luka sayatan yang cukup perih.
Malam ini, Puri membereskan beberapa pakaiannya dan alat pribadinya ke dalam koper yang akan ia bawa besok ke Bali.
Satu minggu full bekerja menkadi seorang auditor eksternal itu melelahkan. Aji dan Puri harus benar -benar bagi tugas jika pekerjaan cepat selesai dan mereka ada waktu lebih untuk berjalan -jalan sekedar menukamta Pantai Kuta yang terkenal banyak bulenya itu. Mungkin saja, jodohnya akan datang lagi di Bali. Puri tidak akan menutup hatinya walaupun sudah sering di kecewakan.
Kini, Puri hanya bingung tentang Arka. Tidak mungkin ia bilang pada kedua orang tuanya kalau acara pernikahannya di batalkan lagi sama seperti tahun lalu. Semua undangam dan persiapan pernikahan sudah sembilan puluh persen tapi calon suaminya pergi untuk selamanya. Kini Arka? Malah pergi demi wanita lain. Sungguh gila dan kejam dunia ini.
"Puri ...." panggil sang Mama dari luar kamar tidurnya.
"Ya Ma ... Masuk saja gak di kunci," jawab Puri pelan.
Mama Puri masuk ke dalam menatap putrinya sedang membereskan pakaian ke dalam koper.
"Kamu mau pergi kemana? Kan belum nikah? Masa udah mau pindahan?" goda Mama Puri sambil terkekeh bahagia.
Mama Puri memang senang dengan semua persiapan pernukahan Puri yang sudah sembilan puluh lima persen beres. Semua keuangan pembayaran gedung, katering, dan wedding organizer sudah selesai di bayarkan. Tinggal menunggu hari H saja dan penyebaran undangan yang masih dalam tahap di cetak.
Deg ...
Puri tidak ingin melihat wajah Mamanya yang sudah gembira ini menjadi sedih kembali hanya karena tahu yang sebenarnya terjadi. Tapi ... Puri akan berusaha menutupi semuanya. Dan mencari solusi terbaik.
"Mau tugas kantor Ma. Ke Bali sama Pak Aji. Satu minggu di Bali," ucap Puri pelan dan menutup kopernya. Semua pakaian dan seragam sudah masuk semua serta alat mandi dan alat make up.
"Ohh ... Tugas kantor? Seharusnya kamu tolak. Kamu kan mau menikah, tidak bagus bepergian jauh, Puri," titah Mama Puri menasehati.
"Ini dinas terakhir sebelum hari H, Ma. Lumayan uang sakunya kan buat berumah tangga. Mama kan tahu, tabungan Puri habis buat bayar ini itu, persiapan pernikahan," ucap Puri lembut.
Puri berusaha tenang dan tetap meyakinkan sang Mama kalau semuanya baik -baik saja.
"Oke. Semoga semua lancar ya. Hati -hati di sana. Jenny gak ikut?" tanya Mama Puri lembut.
"Gak Ma. Memang harusnya Pak Aji sama satu bahawan. Tapi ... Pak Chow maunya Puri yang maju. Kayaknya Puri mau di promosiin karirnya," ucap Puri senang.
"Inget. Kamu itu perempuan. Kodrat perempuan itu tiga M. Melayani, Merawat, Mencintai. Selebihnya urusan lelaki. Misalnya, Mencari, mengusahakan, Membimbing dan M yang lainnya lagi," ucap sang Mama menasehati.
"Tapi Ma. Kalau memang ada kesempatan baik dan memang di perbolehkan oleh suami, kenapa tidak?" tanya Puri pelan.
"Mama tidak melarang. Takutnya kamu terlalu asyik dengan dunia kamu dan karir kamu hingga lupa pada keluarga," ucap sang Mama khawatir dengan kemandirian Puri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Viin
setiap orang punya cara pikiry sendiri ma😶
2023-04-30
0