Malam ini, Puri sudah duduk di balkon. Sesuai dengan kemenangan suit jepang tadi pagi. Aji yang berhak memerawani kasur itu dan Puri tidur di sofa sesuai dengan perjanjian. Aji sudah terlelap sejak tadi setelah makan malam. Niatnya ingin melanjutkan pekerjaan tapi mereka malas untuk naik lagi ke lantai atas. Apalagi suasana tadi sedikit mencekam membuat keduanya harus lebih berhati -hati.
Kedua matanya belum bisa terpejam walaupun sudah mencoba memejamkan sambil merebahkan tubuhnya di sofa yang cukup nyaman itu dengan selimut bulu yang tebal.
Puri bersandar di kursi kayu yang ada di balkon. Kakinya di selonjorkan dan tubuhnya di selimuti dengan selimut tebal yang di bawanya dari dlaam sambil memegang satu gelas panas kopi mocacino.
Kedua matanya menatap fokus pada langit gelap yang bersinar cantik dengan taburan bintang yang begitu banyak. Puri ingin sekali melihat komet dan ingin mengucap permintaannya dari dalam hati. Bukankah memang katanya komet atau meteor yang kita lihat itu berarti kita bisa meminta sesuatu dan pasti terwujud.
"Eh ... Komet ... Ujub. Cepat ujub," teriak Aji pada Puri yang sedang melamun menatap langit.
Puri terperanjat dan menegakkan duduknya lalu menoleh ke arah Aji yang sudah ada di pintu pemisah kamar dan balkon itu dengan membawa gelas yang tentunya berisi kopi hitam tanpa ampas dan tanpa gula.
Aji memejamkan kedua matanya dan seperti orang yang sedang berdoa dengan sejuta permohonan.
Puri langsung menatap langit dan benar saja ada meteor yang terlihat bersinar cerah dari ujung ke ujung. Puri langsung tersenyum bahagia dan memejamkan kedua matanya memohon sesuatu.
Walaupun itu kebenaran tentang komet atau meteor itu adalah sesuatu yang masih belum bisa di pastikan. Tapi, arsanay seperti bakal terwujudkan kalau kita memohon dengan yakin. Bukan menduakan Tuhan, ini hanay perminataan yang sama seperti ada di dongeng cerita.
Puri memang bukan putri raja khayalan. Tapi ia selalu berharap hidupnya seperti putri kerajaan di dalam dongeng. Putri kerajaan yang sedih lalu bahagia dengan kedatangan pangeran berkuda putih yang baik hati. Siapa yang tidak mau? Tentu semua orang berharap kehidupannya lancar dan bahagia seperti itu.
Puri membuka kedua matanya dan Aji sudah ada di depannya tersenyum manis dnegan dua lesung menghias pipinya.
"Dor!! Minta apa loe? Balikan sama Arka?" tanya Aji menuduh.
"Ekhemmm .... Gak lah. Gue selalu minta yang terbaik. Lagi pula, kita kan lagi punya misi? Loe lupa?" tanya Puri pelan pada Aji.
Aji menggelengkan kepalanya pelan. Ia meletakkan satu gelas kopinya di meja. Lalu bersandar pada kursi kayu yang ada di depan Puri.
"Gue gak lupa. Lebih tepatnya, gue tahu diri!! " ucap Aji pada Puri.
"Tahu diri? Gimana maksudnya?" tanay Puri bingung.
"Ya ... Gue tahu masa lalu loe. Dan gue gak bisa berharap banyak untuk loe cintai kan? Kalau memang loe jadi jodoh gue. Ya pastinya gue seneng, dan misi kita terlaksanan dengan baik. Kalau memang jodoh loe sama Arka atau cowok lain, gue bisa apa? Kita cuma punya misi? Bukan obsesi," ucap Aji pelan dan menatap langit gelap itu.
"Gue bakal jalanin misi itu. Gue udah bilang kan? Gue bakal coba dan belajar selama satu minggu ini. Gak ada salahnya, kita sama -sama gak mau menanggung malu dari pesta pernikahan yang sudah kita persiapkan. Loe dan Marsha, gue dan Arka. Cerita mengenaskan," ucap Puri pelan.
Aji melirik Puri yang terlihat cantik di bawah terangnya bulan. Puri memang cantik alamai. Jarang -jarang kan, Aji bisa melihat soisok perempuan yang bisa di lihat kesehariannya seperti Puri saat ini. Besok pagi pun, dia bisa langsung menatap Puri sejak bangun tidur. Katanya, kalau seorang perempuan bangun tidur itu terlihat cantik, maka memang pada dasarnya perempuan itu cantik luar dalam buka polesan apalagi oplosan.
"Gak usah ngelirik gue terus ntar loe lama -lama bisa jatuh cinta beneran sama gue," ucap Puri terkeekh sambil melempar bantal kecil ke arah Aji.
"Dasar loe ya. Ekhemmm Ri ... Kita bikin panggilan yuk? Biar keliatan mesra, biar keliatan serius jadi gak terlihat main -main, walaupun kita masih belajar untuk bisa menerima satu sama lain," ucap Aji pelan.
Puri menoelh ke arah Aji yang bicara tanpa menatap Puri. Tatapannya tak lepas pada bintang -bintang di langit yang gelap itu. Sionarnyan memncarekan cahaya kuning yang sangat cantik.
"Panggilan sayang gitu? Kayak ABG sekarang? Yank, Beb, Pah, Pih, Mas, Kak? Gitu, maksudnya?" tanay Puri lebih jelas lagi.
"Yup. Biar keliahatan ada serius -seriusnya kan? Kan status kita bukan teman lagi? Kita pacaran lho sekarang," ucap Aji pelan.
Ha ... ha ... ha ... Suara tawa Puri renyah sekali.
"Iya ya? Kita pacaran bukan lagi atasan bawahan dong? Kalau di kantor nanti gimana? Mau di publikasikan?" tanya Puri pelan.
"Kamu maunya gimana?" tanya Aji pelan.
"Cie ... Udah aku -kamu aja nih," goda Puri pada Aji yang tersipu malu.
"Dasar ... Godain terus," ucap Aji kesal.
"Puri panggil Mas Aji aja ya. Biar tetep sopan. Karena kita satu kerjaan, satu kantor dan bahkan kita satu ruangan. Setidaknya jaga sikap dan profesional di depan teman -teman. Bukan gak mau di publikasikan. Ungkapan sayang gak perlu di umbar kan. Cukup kita yang tahu. Puri gak mau, kalau nantinya gagal lagi," ucap Puri lemah.
"Iya. Aku setuju sama pendapat kamu. Baiklah. Kita bersikap biasa saaj. Tahu -tahu kita sebar undangan," ucap Aji pelan.
"Iya benar sekali. Puri setuju," jawab Puri senang.
Perasaan Puri lega sekali. Setidaknya apa yang sudah ia persiapkan selama ini dengan Arka tidak akan sia -sia.
Aji pun beruntung sekali bisa mendapatkan Puri yang baik hati. Puri adalah salah satu sosok idaman pria di kantor. Tapi sayang, Puri itu termasuk gadis yang sulit untuk di dekati.
***
Pagi ini, Puri terbangun dari tidurnya. Betapa terkeutnya ia sudah berada di atas kasur empuk denagn tubuh yang di selimuti dengan rapat.
Puri langsung menegakkan duduknya dan melihat ke dalam selimut. Pakaiannnya masih lengkap. Tidak ada tanda -tanda pelecehan seksual. Dan tatapan Puri langsung terpana melihat Aji yang tertidur di sofa depan tempat tidur besarnya itu. Padahal tadi malam adalah jatah aji yang tidur di tempat tidur ini.
Puri lupa kalau semalam ia masih ada di depan. Kapan ia pindah ke dalam. Perasaan ia masih ngobrol dengan Aji tentang hubungannya. Hemmm ... Mungkin saja Puri tertidur tadi malam dan di pindahkan oleh Aji. Lalu, Aji kasihan dan memberuikan tempatnya untuk Puri. Ekhemmm ... So sweet banget sih, batin Puri pada dirinya sendiri. Puri pun tersenyum dan tertawa sendiri.
Semoga pilihannya kali ini tepat dan tidak salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments