Tak banyak waktu untuk menyelami kembali perasaan Puri sendiri. Puri langsung bekerja sesuai tupoksinya di ruang bagian keuangan. Aji sendiri mulai mengaudit bagian sistemnya.
Pikiran Puri agak terganggu sedikit. Sesekali wajahnya menoleh ke arah ruangan Arka. Ia masih ingin bertemu Arka hanya ingin tahu apa alasan yang sebenarnya. Masa iya karena menghamili seorang gadis. Padahal waktu mereka sangatlah dekat dan selalu full time bersama.
"Hei ... Melamun aja udah kelar belum? Udah jam tujuh malam. Kita makan malam dulu baru lanjut. Lagi seru nih. Gue baru kali ini kerja se -asyik ini dan rasanya malah gak bosenin," ucap Aji berapi -api.
Puri hanya diam dan menutup beberpa berkas penting di meja kerjanya. Aji menatap Puri seolah gadis ini memang sedang ada masalah. Padahal ini hotel milik tunangannya.
"Loe kenapa sih? Bukannya seneng bisa ketemu Arka. Loe calon nyonya besar. Terus loe bisa minta kamar deluxe lainnya biar kita gak bareng tidurnya. Uhh ... seneng ya Ri?" ucap Aji terus mengoceh sempurna membuat Puri malah jengah.
Puri berdiri tepat di depan Aji. Tatapannya lekat dan tajam.
"Sudah selesai ngocehnya? Puas loe ngomong dari tadi?" tanya Puri kesal.
Aji langsung terdiam. Suara tinggi Puri yang jarang di gunakan itu cukup membuat Aji terhenyak. Pasti sesuatu terjadi pada Puri.
"Sorry kalau gue salah. Le kenapa sih Ri? Loe sama Arka lagi berantem?" tanya Aji berulang kali tapi tak lernah mendapat jawaban yang enak di dengar.
"Gue udah putus. Gue batal nikah bulan depan. Tapi gue belum bilang sama ortu gue. Loe tahu? Pusingnya gue kayak apa? Gue benci sama Arka tapi gue masih sayang. Gue cuma mau dia jelasin sama gue. Kalau dia emang sudah berkhianat sama gue. Bukan gue gak terima tapi gue cuma ngerasa semua yang kita jalani sia -sia. Puas?!!" teriak Puri semakin kesal dengan keadaan ini.
Puri masih tegak berdiri dan ia menangis histeris karena kesal sama hidupnya. Dua kali ia gagal menikah di usianya yang sudah tak muda lagi. Untuk mencari lagi, mengenal sosok baru lagi bukan tidak mungkin tapi rasanya sudah malas.
Aji tersentak hatinya. Puri adalah seorang perempuan baik. Tidak pernah neko -neko dan setia.
"Gue cuma pusing harus ngomong apa sama bokap dan nyokap gue. Mereka tuh udah seneng banget gue mau nikah sampai persiapan gue udah matang," ucap Puri lirih.
Puri menyeka air matanya yang terus turun ke pipi.
Aji mengusap sisa air mata di pipi Puri dengan jempolnya. Rasanya memnag iba dengan apa yang di alami Puri saat ini.
"Ri ... Kalau loe takut ngomong sama nyokap loe. Gue mau kok gantiin posisi Arka buat loe. Kita Nikah Yuk?" ucap Aji spontan dengan suara lantang.
Puri langsung menatap Aji. Dia adalah atasannya sekaligus teman di kantor. Tidak terlalu jelek bahkan tampan sekali hanya saja Aji sedikit cuek. Lebih tamlan di bandingkan Arka.
Tatapan Puri antara bingung, aneh dan tidak percaya dengan ucapan Aji baru saja.
Brompyangg ...
Suara besi yang jatuh ke lantai dan dekat sekali. Sepertinya ada di depan ruangan bagian keuamgan ini.
"Siapa itu?" teriak Aji dari dalam dan keluar dari ruangan itu dengan cepat.
Puri ikut mengejar juga. Mengunci rapat ruangan itu dan berlari mengikuti Aji.
Lorong itu sudah mulai gelap. Banyak karyawan yang sudah pulang.
Aji terengah -engah mengejar sosok yang sepertinya laki -laki. Memnag begini kalau audit berlangsung. Akan ada teror yang ingin memggagalkan suatu penemuan. Tapi ... Mereka bukan tim audit ekternal yang receh. Teror biarakan terus terjadi. Puri dab Ajintetap bekerja tanla ada sogokan dan suap menyuap.
"Gak kekejar Ji?" tanya Puri yang ikut terengah -engah mengejar Aji.
"Gak Ri. Makan yuk. Gue laper," ajak Aji langsunh menggandeng tangan Puri ke arah pintu lift.
Puri menatap ke arah tangannya yang di genggam erat oleh Aji. Puri hanya diam bmdan membiarkan Aji menggandenganya. Apa kabar permintaan Aji tadi? Pertanyaan yang membuat jantungnya berdegub dengan keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KAYAKNYA SI ARKA TU..
2023-09-26
0