Perjalanan menuju Pulau Bali sudah terlewati. Mereka berdua sudah berada di Bandara Ngurah Rai Bali dan menunggu jemputan supir dari Perusahaan yang menyewanya untuk mengaudit tahunan.
"Masih lama nih nunggunya? Bete tahu. Mana habis ini langsung kerja lagi. Gak jalan -jalan dulu biar otak gak geser mikirin kerjaan?" tanya Puri pada Aji saat menunggu di lobby.
"Berisik!! Namanya juga kerja!! Loe musti profesional dong. Walaupun kita berada di Pulau Dewata Bali, pulaunya wisatawan dan banyak tempat wisata. Tapi tetep, tujuan kita kesini kan untuk bekerja dan kedinasan buak untuk senang -senanh atau berlibur. Kacau itu otak," ucap Aji geram dengan Puri.
Sejak tadi Aji menahan mual. Baru kali ini, ia naik pesawat dan mual rasanya. Pengen muntah tapi tidak bisa.
Dibentak begitu, Puri pun langsung terdiam dan menyibukkan diri dengan ponselnya.
"Permisi ... Dari Kantor Akintan Publik Kota J?" tanya seoarng Bapak tua dengan seragam biru seperti supir taksi online.
"Yup bener. Dari mana ya Pak? Karena saya tidak di beritahu nama perusahaannya," ucap Aji pelan.
"Dari hotel Pak. Hotel AA," ucap supir itu pelan.
"Ohh ... Hotel AAA. Saya pikir perusahaan atau kantor, ternyata hotel. Ayok Pak. Biar saya cepat ketemu sama Direkturnya," pinta Aji cepat.
Aji menoleh ke arah Puri dan mengajak Puri bergegas untuk masuk ke dalam mobil. Puri langsung bergegas menggeret koper sedangnya menuju ke arah depan pintu keluar lobby Bandara.
Keduanya sudah duduk di kursi belakang mobil sedan sport berwarna biru metalic. Puri sejak tadi diam saja dan menatap ke arah luar kaca jendela mobil memandangi pemandangan yang berbeda di Kota J.
Setelah ini, Puri akan fokus bekerja dan melupakan kenangan buruk sejenak hingga ia segera mencari solusi untuk pernikahan yang tak akan terjadi itu.
"Masih saja melamun. Mikirin siapa sih? Arka?" tanya Aji pelan pada Puri.
Puri menoleh ke arah Aji dan tersenyum kecut.
"Sok tahu!!" jawab Puri ketus.
Aji tertawa keras. Aji paling senang membuat Puri marah dan kesal. Teman keisengannya tidak ada. Saat ini ia hanya bersama Puri, ya, terpaksa meluapkan keisengannya pun kepada Puri.
Tak lama mereka sudah sampai di Hotel AA. Hotel berbintang lima yang sangat terkenal di pulau yang terkenal banyak wisatawan asingnya itu. Letak Hotel itu snagat strategis yaitu di sekitaran Pantai Kuta. Jadi, sudah di pastikan pemandangannya pun indah sekali menatap langit senja dan langit pagi yang menerbitkan dan menenggelamkan matahari.
Mereka di antar ke sebuah kamar khusus dan setelah makan siang, Aji dan Puri harus segera bertemu dengan pemilik Hotel AA. Desas desusnya pemilik Hotel AA ini baru saja di sahkan dan akan menikah dalam waktu dekat di Hotel itu sendiri. Tak heran Hotel AA sedang ramai pengunjung dan padat orang yang berlalu lalang intuk mendekor lantai paling atas yang akan di gunakan untuk pernikahan sang Pemilik Hotel yang baru.
Aji dan Puri berjalan mengikuti OB dan Petugas Hotel yang akan memberi tahukan dimana letak kamar mereka.
Ceklek ....
Mereka membuka satu kamar tipe deluxe di lantai sebelas.
"Ini kamarnya," ucap Petugas Hotel itu menjelaskan dan memberikan satu kunci pada Aji.
Sedangkan OB yang ikit tadi langsung menyiapkan kamar mandi dan meletakkan beberapa alat mandi serta handuk yang di bawa menggunakan trolli.
Tak lupa menyemprotkan pewangi khas aroma alami.
"Ini kamarnya?" tanya Puri pelan.
Puri memang suka dengan kamarnya bagus dan sangat luas.
"Iya betul. Ini kamarnya. Kalau sarapan, makan siang dan makan malam, langsung saja ke restaurant di lantai bawah dnegan menunjukkan bagia belakang kunci ini. Petugasnya pasti paham, kalau tuan dan nyonya adalah tamu spesial.
"Oke. Terus? Ini kamarnya hanya satu?" tanya Puri cepat. Tidak mungkin kan, ia dan Aji akan tinggal dalam satu kamar? Kalau pun iya, tidak mungkin kan ia harus tidur dalam satu ranjang yang sama? Mana ada yang mau ngalah tidur di sofa? Kalau melihat kasurnya begitu membuat mata terus lengket dan teridur pulas.
"Betul. Kamu hanya menyrdiakan satu kamar saja. Karena tuan dan nyonya datangnya berdua. Sedangkan kamar kami di hubi untuk dua orang. Kecuali memang yang datang tiga orang, maka kami akan menambahkan satu kamar lagi," ucap Petugas Hotel itu menjelaskan.
"Lho?! Gak bisa gitu dong. Kami berdua hanya partner kerja!! Gak bisa tidur dalam satu kamar begini. Lebih baik ganti kamar standar saja tapi kami minta dua kamar terpisah," tegas Aji lantang.
Aji juga tidak mungkin kan, satu kamar dengan Puri. Bisa bisa kebiasaannya tertidur bisa di rekam dan di ketahui oleh Puri. Lalu kalau di sebar luaskan di kantor, bisa runyam semua. Bisa jatuh harga diri seorang Aji yang selalu di anggap idola itu.
"Maaf Tuan. Kami tidak bisa membantu Anda. Ini adalah aturan baku. Kami permisi," pamit Petugas Hotel itu undur diri sambil menutup pintu kamar.
Kini tinggal Aji dan Puri yang berada di kamar itu dan saling berpandangan. Mau bagaimana lagi. Namanya juga tugas dari kantor. Sudah bagus merrka dapat makan dan tidur gratis yang tidak di potong dari lump sum mereka.
"Gimana? Mau nambah kamar lagi? Kita potong lump sum kita? Atau tetap begini tapi uang kita utuh. Lumayan kan satu minggu kita irit beberapa rupiah untuh sewa satu kamar deluxe seperti ini," ucap Aji langsung duduk di kasu empuk.
Puri menatap Aji lekat. Ia tak mau berada satu ranjang yang sama.
"Kita gantian. Sehari tidur di kasur dan sehari tidur di sofa," ucap Puri mengajukan keinginanya.
Aji mengangguk setuju.
"Oke siap. Kita suit jepang. Siapa yang menag dia berhak memerawani kasur jni nanti malam," tawa Aji pun menggelegar.
Puri hanya mengangguk pasrah. Apapun hasilnya ini sudah menjadu kesepakatan mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CURIGA ARKA TU PMILIK HOTEL AAA, DN AKN NIKAH MA MARSYA...
2023-09-26
0