Pagi -pagi sekali, Aji sudah datang ke rumah Puri. Padahal pesawat akan berangkat jam sepuluh pagi. Perjalanan dari rumah Puri ke Bandara sekitar satu setengah jam. Tapi, Aji sudah datang pukul enam pagi. Puri pub belum bangun dari tidurnya. Tadi malam, Puri dan sang Mama saling bertukar pikiran hingga larut malam.
"Pak Aji, masuk dulu. Silahkan duduk. Purinya malah belum bangun. Tante bangunkan dulu ya. Sudah sarapan belum? Kita sarapan bareng ya. Tante lagi siapin sarapan pagi juga," ucap Mama Puri mempersilahkan Aji masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
Mama Puri langsung membangunkan Puri agar bersiap karena Pak Aji, atasannya sudah datang menjemput.
"Puri ... Bangun ... Cepat mandi dan siap -siap. Pak Aji sudah datang itu," ucap Mama Puri sedikit membentak.
Puri sudah dewasa begini saja masih sulit untuk di bangunkan.
"Eungh ... Apa sih Ma. Memang ini jam berapa?" tanya Puri malah menarik selimutnya kembali sampai ke bagian dada karena hawa dingin mulai masuk dan menyapa tubuhnya.
"Pak Aji sudah datang Ri. Cepat bangun. Gak enak di tinggal sendirian kan," titah Mama Puri menyuruh anak gadisnya segera bangun dan bersiap sarapan lalu berangkat dinas.
"Hah? Sudah datang? Gak salah? Memang ini jam berapa Ma?" tanya Puri dengan suara parau. Kedua matanya juga masih terpejam. Rasanya lengket dan tak mau terbuka.
"Jam enam lewat," ucap sang Mama dengan suara lantang.
"Apa? Jam enam lebih?" teriak Puri langsung terbangun dan masuk ke dalam kamar mandi.
Skip ...
Puri sudah rapi dengan pakaian kerja pada umumnya dan menggeret koper berukuran sedang yang berwarna biru muda ke depan hingga ruang tamu.
Puri menyapa Aji dengan suara lembut sambil mengibaskan rambutnya yang setengah basah. Aji menatap Puri yang saat itu terlihat sangat cantik alami.
"Dati tadi Pak? Tuh kopi masih penuh aja? Gak doyan? Apa gak enak? Ma ... Kata Pak Aji ...." ucapan Puri langsung terhenti saat kepalan tisu mendarat di jidatnya.
Tug ...
"Hus ... Diam! Bukan gak enak, ini perut tiba -tiba mules dan perih," ucap Aji meringis sesekali.
"Hemmm ... Itu sih laper. Belum sarapan ya? Yuk makan dulu," ajak Puri lembut.
Tadi memang sang Mama sudah mengajak beberapa kali untuk segera makan pagi bersama dulu.
"Iya ... Gue laper. Makanya kesini pagi -pagi. Loe kan tahu, gue anak kos," cicit Aji mengadu.
"Terus? Loe minta makan kesini? Sengaja?" cetus Puri malah terkekeh sendiri.
"Dih ... Loe tu ya. Ini namanya berhemat," ucap Aji membela diri.
"Bukan berhemat. Tapi pelit. Loe tahu? Hemat sama pelit itu beda tipis," ketus Puri langsung to the point.
"Dih ... resek anak buah ini," ucap Aji tertawa.
"Udah ah ... Mau makan sekarang. Mau makan gak? Ayok," ajak Puri dengan suara pelan.
"Mau ... Lapar," ucap Aji manja.
Puri mengajak Aji ke ruang makan dan duduk di kursi yang masih kosong.
"Ayo Pak Aji sarapan dulu. Seadanya ya? Kalau gak enak maaf. Tante agak buru -buru masaknya," ucap Mama Puri.
"Ini sih bukan seadanya Tante. Ini luar biasa. Semuanya enak sudah kecium dari luar tadi," puji Aji.
Aji tanpa rasa malu langsung membuka piring dan mengisi nasi serta lauk pauk dan sayur.
Suasana di rumah Puri memang hangat dan sangat kekeluargaan. Tiba -tiba saja Aji merasa nyaman ada di tengah -tengah keluarga Puri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Della Avista
Sorry author, numpang lapak yah.
Yuk baca karya pertamaku " Aku Seorang Mafia" silahkan cek di profilku. Semangat author ♥️
2023-08-16
0
Viin
terus terang banget ji🤣
2023-04-30
0
Viin
bisa-bisanya Puri belum bangun🤣
2023-04-30
0