Ceklek ...
Perlahan pintu kamar itu di buka oleh Aji. Puri tetap dan genggaman Aji. Kamar itu terlihat gelap. Sedangkan Reno? Dia ada di barisan paling belakang.
Kaki Aji melangkah lebih dulu dan di ikuti langkah Puri yang memegang lengan Aji dnegan sanagat erat. Sepertinya Puri sangat takut dan panik.
SURPRISE!!
Suara teriakan banyak orang yang cukup mengangetkan Puri. Aji dan Reno hanya saling melempar senyum. Sedangkan Puri benar -benar kaget dan jantungnya seperti ingin lepas dari organ tubuhnya yang paling dalam.
Puri membelalakkan keuda matanya karena apa yang ia lihat benar -benar membuatnya terkejut. Kini pandangannya tajam ke arah Aji yang seolah meminta penjelasan.
Aji melepaskan genggaman tangan Puri dan memegang bahu calon istrinya itu lembut.
Aji menjelaskan perlahan tentang ide pernikahannya yang ia buat dengan serba mendadak. Puri bisa menerimanya dnegan baik.
Dua keluarga besar juga sudah berkumpul di dalam kamar super besar ini. Mereka sudah pada rapi dan cantik seperti sudah siap akan berpesta.
"Jadi, ini calon mantu Mama, Ji?" tanya Mama Aji kepada Aji yang masih melempar sneyum takjub dnegan dua keluarga yang langsung bisa akrab seperti ini.
"Iya Ma. Cantik kan? Sesuai selera Mama. Puri ini, adalah cinta pertama Aji setahun yang lalu. Tapi sayang, Aji kalah cepat saat itu dengan tunangannya yang ingin menikahinya. Puri terlihat sanagt bahagia sampai akhirnya ...." ucapan Aji terhenti sambil menatap Puri dan menggenggam tangan Puri semakin erat.
"Marsha?" tanya Puri pelan. Ia baru tahu, kalau Aji pernah menaruh hati padanya.
Aji bercerita saat awal Puri di terima dan masuk kerja. Aji mengakui, kalau setiap sarapan dan makan siang itu datang adalah perbuatan dirinya termasuk susu putih hangat setiap pagi yang sudah tersedia di mejanya.
Seiring berjalannya waktu, Aji tahu, Puri telah memiliki kekasih dan akhirnya tunangan lalu bersiap menikah.
Saat itu, Aji kecewa. Tapi kekecewaanya tak berlangsung lama. Ia menerima Marsha, perempuan yang awlanya mengajak Aji berkenalan dan memberikan perhatian lebih pada Aji yang sedang patah hati.
***
Waktu satu jam sudah cukup untuk Aji menceritakan hal yang sebenarnya di depan dua kelaurga besar. Niat baiknya untuk menikahi Puri pun sudah di ungkapkan secara gamblang pada siang ini.
Sekarang sudah waktunya untuk bersiap. Puri dan Aji usdha mendapatkan restu dari kedua keluarga besar.
Kini, Puri sudah ada di depan cermin untuk di make up. Acara sore ini adalah acara pengucapan ijab kabul dan persta pernikahan sederhan di hall room hotel ini yang terletak di lantai paling atas.
Jantung Puri semakin berdegup keras. Sesekali ia mengulum senyum dan menahan rasa ingin tertawa dengan semua rentetan kejadian yang ia kira masih abu -abu ternyata sudah serapi ini di buat Aji untuk dirinya.
Bunda Puri datang dan duduk di sebelah Puri. Wajahnya penuh kebahagiaan dan senyumnya terus ada di sudut bibirnya.
"Ri ... Kamu itu beruntung sekali bisa mendapatkan lelaki baik seperti Aji. Ibu bahkan tidak pernah tahu tentang masalah yang kamu hadapi bersama Arka. Ibu lihat Arka memang baik saat itu, tapi saat Ibu melihat Aji, Aji itu ternyata lebih nampak serius pada kamu di bandingkan Arka. Lalu? Penyebab kamu putus dengan Arka itu apa?" tanya Ibu pada Puri.
Wajah Puri masih di make up dan sesekali kedua matanya harus terpejam agar retina matanya tidak terkena serbuk make up yang bisa membuat matanya gatal atau iritasi.
"Hemmm ... Sebenarnya sudah ada sekitar satu minggu yang lalu, Arka mengakhiri hubungannya. Tepat beberapa hari setelah acara lamaran dan tunangan yang di adakan di rumah Puri," ucap Puri pelan.
Arka dan Puri membuat dua acara di dua tempat yang berbeda. Saat itu ia buat di tempat yang romantis dengan beberapa kerabat Arka dan keluarga besar Puri. Lalu, Arka juga membuat acara di rumah Puri sekaligus membuat rencana pernikahan di tanggal dan bulan serta tahun yang di pastikan.
"Kamu sudah bisa melupakan Arka? Ibu tahu, betapa kamu sayang dan cinta denganArka," tanya Ibu Puri penasaran. Ibu Puri tidak ingin Puri menyakiti lelaki baik seperti Aji.
"Bu. Kalau Puri sudah berani mengambil keputusan. Itu tandanya, puri sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada di depan, bukan malah melihat ke belakang dan mencari celah untuk saling menyalahkan. Naggap saja, dua kali persiapan pernikahan itu sebagai pembelajaran dan kesiapan Puri untuk mempersiapkan semuanay dengan baik. Mungkin ini jawaban dari Tuhan atas kesabaran Puri," ucap Puri tersenyum membuat Ibu Puri tenang dan semakin yakin bahwa Puri dalam keadaan baik -baik saja.
"Ibu bangga sama kamu. Dengan cepat kamu bisa mengambil keputusan dan kesempatan baik. Tinggalkan semua orang yang sudah berani meninggalkan kamu. Dan tidak perlu kasihan jika tiba -tiba mereka datang dan mengemis. Itu hanya membuat perasaan kita tak terkendali. Fokus dengan yang sudah ada, yang mau menerima kita dan masa lalu kita," ucap Ibu menasehati.
Tangan Puri langsung memegang tangan Ibunya dan mencium punggung tanagn tua itu dengan tulus. Sikap hormat dan santun ini sellau di kedepankan oleh Puri untuk menunjukkan betapa sayangnya Puri pada Ibunya.
"Terima aksih Bu. Sudah memberikan yang terbaik untuk Puri. Sudah merestui hubunhgan ini. Padahal ini semua serba menadadk, tapi Ibu sellau memberikan restu dan doa terbaik untuk Puri. Doakan Puri bahagia dnegan Mas Aji," ucap Puri penuh harap doa dari sang Ibundanya.
Ibu Purimengangguk sennag. Ia sanagt sennag dengan semua perjuangna Puri dan pengorbanan yang terbayar dnegan kebahagiaan yang tak ternilai.
Menikah itu mudah, berumah tangga itu gampang, yang sulit itu menjalani dan mempertahankan suatu pernikahan di dalam rumah tangga. Bukan hanya kesiapan materi dan mental saja yang di butuhkan. Bukan usia juga yang di jadikan alasan Tapi, suatu ketulusan dan keikhlasan hati untuk menerima dan melengkapi kekurangan pasangan kita.
Bukan mencari pembenaran dari sebuah kelebihan tapi bagaimana kita mengisi suatu kekurangan agar tetap terlihat sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments