Sore harinya ...
Puri berjalan -jalan di Pantai Kuta. Ia menikmati udara sore dan tidak ingin melewatkan peristiwa yang selalu di tunggu banyak orang yaitu saat matahari tenggelam atau sering di sebut dengan sunset.
Ia hanya memakai celana pendek dan tank topntanpa cardigan. Terlihat sangat santai. Melupakan sejenak kepenatan yang selalu membuat pikirannya terus emosi dan berpikir keras mencari sebuah solusi. Ini urusannya hati bukan pekerjaan yang pelan -pelan bisa selesai walaupun lambat. Kalau hati? Tidak semudah itu kan? Nyatanya, Aji pun tidak bisa konsisten dengan misinya. PAdahal solusi itu cukup masuk akal dan bisa di terrima baik oleh Puri.
Langkah kakinya pelan berjalan menyusuri pantai kuta dari bagian ujung ke bagian ujung. Telapak kakinya menekan pada pasir yang lembek dan sesekali terkena deburan ombak yang sampai dan menenggelamkan hingga ke mata kakinya.
Pandangannya terus lurus ke depan dan sesekali melihat ke bawah untuk menatap air yang datang dan pergi begitu saja menyiram kedua kakinya denagn air laut yang membuat lengket.
Sama seperti kehidupan yang seharusnya tetap berjalan lurus ke depan tanpa merubah arah hingga tujuan kita trecapai. Laki -laki yang datang harus di ibaratkan air laut yang menerpa kedua kakinya saat berjalan. Mereka hanya membawa pasir dan sampah ke kaki Puri dan saat air itu datang lagi membersihakn kembali dan mengotori dengan pasir yang lain. Intinya, setiap hubungan akan meninggalkan bekas, entah masalah, entah luka, entah sayatan tipis dan semua itu akan menghilang dengan sendirinya. Awalnya sulit tapi kalau sudah terbiasa akan menjadi biasa juga.
Puri menghirup udara sore itu dengan napas panjang dan dalam hingga uara sore itu masuk memenuhi rongga parunya yang selama ini sesak. Lalu di hembuskan perlahan dan itu sangat lega sekali.
"Puri!!" teriak seorang laki -laki yang suaranya sudah tak asing lagi di telinga puri.
Puri tak mau menoleh dan tetap berjalan lurus ke depan. Buat apa menoleh dan malah akan menambah rasa sakit hatinya saja.
"Puri!!" teriak Arka kembali memanggil nama mantan tuangannya itu.
Langkah kaki Puri terus melangkah walaupun lambat. Hatinya ingin sekali menoleh tapi otaknya terus realistis untuk tidak melakukan suatu kebodohan kedua kalinya. Cukup hatinya yang sakit tapi otaknya tetap waras. Cukup dua kali ia gagal menikah dan kemudian ia bahagia denagn orang yang mencintainya entah siap lelaki itu nanti.
"Puri!!" teriak Arka semakin keras saat Puri sengaja tak menoleh ke arahnya. Arka berlari kencang menghampiri Puri dan mensejajarkan langkahnya dengan langkah kaki Puri.
"Kamu masih marah sama saya?" tanya Arka pada Puri dengan suara lantang.
Puri tetap diam seolah tak ada orang di sampingnya. Arka gemas melihat Puri yang tetap tak bergeming hingga tanga Arka menggenggam tanga Puri dengan erat.
Puri melirik ke arah tangannya dan melepaskan gemggaman erat tanganny di tangan Arka.
"Kita hanya sebatas Bos dan karyawan saja. Saya datang ke tempat ini atas panggulan dan bekerja sewajarnya. Jadi gak perlu lagi panggil nama saya, kecuali memang di dalam kantor," ucap Puri tegas.
"Aku yang memanggil kamu datang kesini. Aku yang memilih perusahaan kamu dan aku yang pilih siapa yang wajib datang kesini," ucap Arka tertawa.
Puri melirik sekilas ke arah Arka yang juga melirik ke arah Puri dan mereka saling berpandangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments