Aku akui Arini adalah wanita cantik secara pandangan laki-laki. Dan cantiknya bisa bertambah karena dia mempunyai aura kuat dari dalam dirinya.
Sejak kecelakaan itu hidupku pun seolah menjadi terbatas. Aku mulai kesal dengan ayahku yang selalu membanding-bandingkan kelebihan Arini dengan diriku.Terutama ketika Arini bisa lulus sekolah dengan singkat karena mempunyai otak geniusnya.
Kalau bukan karena kecelakaan itu mungkin aku tidak akan mengalami perjodohan seperti sekarang.Hidupku tersiksa dengan perjodohan itu. Pencapaian prestasiku selalu saja dituntut. Semua usahaku sepeti tidak berharga di mata ayahku. Aku lelah. Aku bukannya bodoh. Aku sudah melakukan usaha yang semaksimal mungkin agar aku selalu berprestasi. Bahkan diantara teman-temanku aku adalah juaranya. Tapi kalau disandingkan dengan Arini aku selalu saja kalah dihadapan ayah. Aku dituntut sama bisa dengan apa yang dilakukan Arini waktu itu.
Sejak masuk bangku SMA aku mulai dekat dengan seorang wanita bernama Renata. Kepribadiannya yang ceria membuat teman-teman nyaman jika dekat dengannya.
Awalnya aku selalu melihatnya dari jauh. Diantara wanita dia seperti lebih menonjol, itu menurut penilaian ku. Wajahnya yang selalu tersenyum pada siapapun dan tak pemilih jika berteman membuat dia disukai banyak orang. Dia pun mudah akrab dengan siapa saja termasuk aku.
Ya aku yang selalu menyendiri dan tak percaya diri selalu takut untuk dekat dengan teman-temanku.
Sampai suatu waktu ketika jam olahraga tiba. Guru olahraga membuat pengelompokan untuk lomba lari estafet. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Aku kebetulan satu kelompok dengan Renata pada waktu itu.
Kelompok ku kebetulan kalah dari yang lain. Penyebabnya adalah aku sendiri yang selalu ragu untuk bisa berlari kencang. Tapi Renata selalu menyemangati aku "Tak apa-apa ini hanya sebuah permainan. Ada yang kalah ada yang menang." Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang sampai sekarang.
Hari demi hari keakraban ku semakin dekat dengan Renata. Dan aku semakin nyaman jika berada dekat dengannya. Dia selalu bangga padaku dan selalu menyemangati aku jika ayahku sudah memarahiku. Dia tempat curhat dan berkeluh kesah buatku. Dan aku mulai menyukainya sebagai seorang laki-laki. Sepertinya aku jatuh cinta dengan Renata. Aku bertekad ingin menikahinya suatu saat nanti dan akan menolak perjodohan ku dengan Arini.
Renata selalu senang ketika aku selalu menjemput dan mengantarkannya pulang pergi dengan membawa mobil. Kadang setelah pulang sekolah aku selalu mengajaknya jalan-jalan kemanapun dia mau. Karena selama ini aku tak pernah pergi bersama dengan teman-temanku kecuali Renata. Kami menikmati kebersamaan waktu itu. Dan kedekatan kami pun sudah bukan rahasia lagi di kalangan teman-temanku di sekolah.
Dengan kemewahan dan fasilitas yang diberikan ayahku aku pun mulai memanjakan Renata dengan beberapa barang dan memenuhi keinginannya. Aku bangga bisa membuatnya senang. Ada kebahagiaan tersendiri ketika aku dianggap berharga di hadapan Renata. Jika didekat ku dia selalu merajuk manja dan mengandalkan ku dalam banyak hal. Termasuk mengerjakan PR nya.
Sampai ketika kelulusan datang. Aku berencana melanjutkan study ke luar negeri sesuai arahan ayahku. Renata berbicara padaku, "katanya dia tak bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri karena keluarganya tak mampu membiayainya. Aku sangat bersedih. Aku tak ingin Renata berpisah dengan ku. Aku takut jika harus kehilangan Renata.
Aku bertekad mencari beasiswa dan memberikan biaya sekolahku untuk Renata. Agar aku tetap bisa bersamanya.
Biaya sekolah tetap mengalir. Kedua orangtuaku tidak tahu kalau aku mengambil jalur beasiswa dan memberikan jatah biaya kuliahku pada Renata. Jadi hal itu tidak membuat kedua orang tuaku curiga. Meski berapapun yang aku minta, ayahku akan selalu memberikannya tapi aku ingin mereka tak mencurigaiku karena telah memberikan biaya sekolahku pada Renata.
Ya jadilah kami sama-sama kuliah di luar negeri. Aku mengambil jurusan ekonomi dan bisnis sedangkan Renata lebih cenderung ke seni.
Giliran kuliahku beres, aku magang dua tahun di perusahaan luar negeri sambil menunggu kuliah Renata selesai. Kuliahku lebih cepat dibandingkan dengan Renata yang nota bene orang seni.
Dan saat Renata selesai kuliah aku merasa lega. Aku pun pulang ke Indonesia bersama-sama berharap aku bisa menikahi Renata.
Tapi ayahku malah mewanti-wanti untuk menikah dengan Arini sesuai perjanjian perjodohan aku dengan Arini waktu itu. Ayahku tak menggubris ketika aku ingin menikahi Renata dan menolak perjodohan.
Sampai suatu waktu aku pernah mengatakan pada Renata jika aku menikahi Renata aku akan dicoret dari ahli waris. Dan aku bertanya padanya apakah kamu siap miskin denganku? Renata hanya diam. Aku melihat di wajahnya seperti kecewa. Entah kecewa karena aku akan miskin atau mungkin dia pun sudah terbiasa dengan segala fasilitas yang aku berikan. Jadi aku menunda pernikahan kami karena aku merasa belum siap untuk miskin.
Aku tak bisa mengelak dari perjodohan itu. Terpaksa aku menikahi Arini dan aku berjanji pada Renata untuk bisa bersabar. Aku berjanji pada dirinya bahwa aku akan setia dan sedang mencari jalan agar aku bisa bercerai dengan Arini.
Aku menginginkan pernikahan sederhana tanpa mengundang banyak orang agar ketika aku menikah lagi tak banyak gosip miring menyertaiku.
Aku berencana membawa Arini secepatnya ke apartemen agar semua orang tidak curiga akan rencanaku. Aku menghabiskan malam pengantinku dengan Renata.
Malam itu aku merasakan bahwa Renata seperti bukan gadis lagi. Dimana dia menyerahkan kegadisannya? Padahal selama ini aku selalu bersamanya. Aku memang selama ini menjaga prinsip untuk tidak melakukan hubungan intim sebelum menikah jadi malam itu adalah pengalaman ku pertama kali aku menyentuh seorang wanita.
Tiba-tiba handphone berbunyi di telepon security apartemen. Dia mengatakan Arini tidak bisa membuka pintu apartemen. Aku terhenyak mendengarnya. Meski aku tidak mencintainya sebagai manusia aku masih mempunyai rasa belas kasihan. Malam itu aku pun langsung pergi dari Renata setelah kami sudah melakukan hubungan terlarang.
Sesampainya di apartemen kami sama-sama diam. Dan keesokan harinya aku melihat ada pesan di dinding kulkas. Rupanya dia pergi lebih pagi. Aku melihat kamarnya semuanya berantakan membuat kepalaku pusing.
Karena masih lelah, aku memutuskan untuk pergi agak siang ke kantor. Aku melihat handphoneku banyak notifikasi ternyata itu datang dari pembelanjaan Arini. Aku bertambah stress.
Aku sakit kepala sehingga aku tak bisa bekerja dengan baik. Akhirnya aku dan Gery memutuskan pergi ke tempat spa dan massage untuk merilekskan pikiranku yang kusut.
Sesampainya di apartemen, aku kembali stress setelah mencium bau masakan yang menyeruak di dalam apartemen. Aku menyuruh Arini membuang semua makanan yang telah dibuatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
💙« احت كمفرت»💙
Seperti itu to Ndre. Dilema ya sebenarnya jadi kamu 🤧
2023-03-09
0
linda sagita
jangan menyesali apa yg telah terjadi, semua ada hikmahnya
2023-03-08
1
R.F
2lie adit kaka semagat
2023-03-02
1