"Kita ke rumah sakit saja sekarang! Tanganmu bengkak. Aku tak bisa mengobati tanganmu." Ajak Andre yang melihat kedua pergelangan Ana jadi membengkak.
"Apa merepotkan kamu?" Arini tidak enak hati karena harus membuat Andre mengantarkannya ke rumah sakit.
"Pastinya iya. Aku harap sandiwara ini segera berakhir. Jadi aku tidak terbebani dengan status suami." Jawab Andre lain di mulut lain di hati.
Kalau mau bertanya pada hati Arini kini, dirinya sangat sakit mendengar Andre berkata seperti itu. Tapi Arini lagi-lagi harus bersabar. Memaksa Andre langsung seperti harapannya itu bukan sulap.
Andre sebenarnya merasa khawatir kalau sampai ada apa-apa dengan tangan Arini. Karena dia tahu profesi dokter bedah mengandalkan kedua tangannya. Lalu sekarang dia malah melukai tangan Arini sampai terkilir. Itu semua karena salahnya telah mendorongnya terlalu keras tadi sewaktu mereka masuk ke dalam lift. Entah Andre kesal atau merasa cemburu melihat Arini berakrab ria dengan tetangganya yang terlihat tak kalah tampan dari dirinya. Lalu sejak kapan mereka akrab? Andre jadi bertanya-tanya. Apalagi sekilas Andre melihat laki-laki itu saat berciuman dengan Renata. Ah.. ada apa dengan tetangganya itu.
"Terima kasih suamiku. Kamu kalau baik begitu, jadi tampan sekali." Ana mengerlingkan matanya genit. Padahal Arini belum pernah melakukan hal-hal nakal seperti barusan. Dia mengikuti gaya-gaya wanita penggoda pada keumumannya. Sebagai bentuk usaha menundukkan hati Andre sebagai suami sungguhan. Berharap satu bulan ke depanini Andre bisa lebih dekat dengannya dan bisa menerima pernikahan ini.
"Kita naik taxi saja! Aku malas harus balik lagi ke apartemen." Ucapnya sambil tidak sadar dia telah menggandeng bahu Arini.
Arini yang baru pertama kali disentuh seorang laki-laki, darahnya serasa berdesir aneh.
"Kita ke rumah sakit pak." Ucap Andre pada sopir taxi.
"Baik tuan." Sang sopir mengangguk.
Andre tak lagi kasar seperti tadi. Dia malah menahan atas pintu taxi agar kepala Arini tidak terbentur sampai terkena atas pintu. Setelah Arini duduk nyaman barulah dia menutup pintunya lalu berjalan memutar membuka handle pintu yang satu lagi.
Andre duduk berdampingan dengan Arini.
"Coba lihat tangannya!" Andre langsung menarik begitu saja tangan Arini ke pangkuannya.
"Aww.. " Arini meringis kesakitan.
"Maaf.. " Andre tak sadar menarik tangan tepat pada bagian bengkak.
"Tak apa." Jawab Arini. Hati Arini senang. Meski tangannya sakit, tapi dia mampu membuat Andre perhatian padanya.
"Kalau sakit seperti ini kita daftarnya ke bagian apa?" Andre yang tidak tahu menahu bertanya pada Arini.
"Kita bisa ke bagian otopedi dulu. Nanti tindakan selanjutnya bisa di rujuk ke fisioterapi." Jawab Arini.
"Mmm. Bisakah aku meminta sesuatu padamu Arini?" Andre tahu mereka akan menuju rumah sakit dimana Arini bekerja.
"Apa?" Arini menatap wajah suaminya yang sedang kebingungan.
"Nanti pas di rumah sakit, jangan katakan pada siapapun bahwa aku suamimu!" Ada rasa cemas yang sedang dipikirkan Andre.
Sebegitu takutnya dia mengakuiku adalah istrinya?
"Mmm.. baik mas Andre." Arini membuang pandangan ke sebelah kiri jendela tak lagi melihat suaminya.
"Maaf.. bukan maksudku aku melanggar perjanjian kita. Tapi.. aku ingin menjaga nama baiknya di sana. Kalau kamu disebut dokter terbaik bersuamikan aku. Aku minder." Terang Andre tak ingin Arini salah faham.
"Minder? Kenapa harus minder?" Arini menoleh ke samping dengan dahi berkerut. Kenapa harus minder. Toh suaminya bukan seorang pengemis atau siapapun yang derajatnya memalukan. Bahkan jika dia mau Arini akan mengenalkan suaminya ke seluruh antero rumah sakit.
"Ada hal lain Arini yang harus kamu pikirkan juga selaku perempuan. Aku tidak hanya berpikir hanya dari sisi aku saja. Kalau kamu diketahui sudah menikah terus nanti kalau kita bercerai, status kamu akan menjadi janda bukan? Aku khawatir kamu malu menyandang status itu. Jika sekarang tidak ada yang tahu, semua laki-laki bisa mendekatimu dengan status gadis." Terang Andre.
Ya ampun.. mas Andre... kekeh banget ingin bercerai dengan aku. Apa aku tidak cantik mas Andre? Apa dia lebih menarik segalanya buatmu?
"Terserah mas Andre saja. Kalau hal itu membuat nyaman mas Andre aku ikut saja." Arini tak mau berdebat. Dia ingin satu bulan ini hubungan dengan Andre membaik. Dia menghindari perdebatan panjang yang bisa saja membuat hubungan dengannya memburuk.
Tak lama kemudian taxi sampai didepan rumah sakit. Arini yang sudah tahu lokasi berjalan lebih dulu dan Andre mengikutinya dari belakang. Karena ini waktunya sudah menunjukkan jam 4 beberapa dokter sudah tutup praktek.
"Sore dokter Arini!" Salah satu perawat dokter Herman menyapanya.
"Sore Sus. Dokter Herman masih ada?" Tanya Arini.
"Hhhmm.. sebentar saya telepon. Mudah-mudahan masih di kantor." Suster pun menghubungi dokter Herman.
Arini dan Andre duduk di kursi tunggu pasien.
"Alhamdulillah. Dokter Herman masih ada. Katanya baru beres shalat. Ada keperluan apa katanya?" Sister itu masih memegangi handphone aktif.
"Aku mau periksa. Ada masalah dengan tanganku." Ucap dokter Arini sambil mendekati suster.
"Lebih baik anda bicara sendiri! Suster itu pun menempelkan handphonenya pada telinga Arini.
"Halo dok!" Ucap Arini menyapa dokter Herman.
"Iya, ada apa dokter Arini?" Tanya dokter Herman.
"Maaf dok. Aku mengganggu nih! Udah mau pulang ya?" Dokter Arini agak sungkan juga karena jam praktek memang sudah habis.
"Buat dokter Arini apa sih yang gak bisa. Ada ayang bisa kubantu? " Dokter Herman terkekeh di seberang telepon. Dokter Arini memang terkenal diantara para dokter. Karena kemampuannya juga pimpinan rumah sakit sangat perhatian padanya.
"Ini Dok.. tangan aku bengkak! Tadi aku jatuh. Maaf mau merepotkan dokter." Arini langsung to the point.
"Oke.. oke.. aku kesana ya! Kamu tunggu di situ!" Dokter Herman mendengar dokter Arini terjatuh langsung sigap.
"Iya dok Terima kasih." Arini menyudahi bicaranya.
"Sudah dok?" Suster yang sedari tadi setia memegang handphonenya bertanya.
"Sudah." Jawab Arini.
Suster pun menutup sambungannya lalu menyimpan handphonenya di saku.
"Coba dok saya lihat!" Suster penasaran dengan tangan Arini.
"Ya ampun.. dok. Bengkak begini! Jatuh dimana sih dok?" Suster itu kaget melihat dia pergelangan Arini bengkak.
"Di rumah." Jawab Arini singkat.
"Kalau tangan emas dokter begini, bagaiman dokter bekerja? Bisa-bisa harus cuti dok." Suster menatap iba pada Arini.
"Ya namanya juga musibah. Apa boleh buat." Jawab Arini tak mau ambil pusing.
Andre yang dari tadi ada di sana menguping pembicaraan antara Arini dan suster merasa sangat bersalah atas kecerobohannya. Apalagi profesi Arini di rumah sakit pastinya sangat diperlukan. Kini tinggal penyesalan yang ada dalam hati Andre.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Mom La - La
cinta 3 serangkai hdir lgi kk...
2023-03-21
1
💙« احت كمفرت»💙
🤧🤧🤧🤧🤧
2023-03-09
1
💙« احت كمفرت»💙
🤧🤧🤧🤧
2023-03-09
1