"Sayang.. mau kemana? Kamu buru-buru amat sih..! Katanya akan menghabiskan malam pengantin denganku?" Bibir Renata cemberut begitu Andre berpakaian kembali.
"Maafkan aku honey.. kita masih bisa jumpa esok hari. Malam ini aku harus pulang. Barusan security apartment memanggilku. Aku tak ingin terjadi sesuatu yang menghebohkan dan akan merugikan kita nantinya." Ucap Andre.
Dia menduga, sejak kepergiannya, Arini terjebak di luar apartemen.
Untung dia tidak memilih pergi. Kalau dia pergi pasti ayah ibuku langsung memblokir semuanya untukku. Aku belum siap miskin.
Andre langsung memacu mobilnya dengan cepat agar bisa cepat sampai di apartemennya. Jam menunjukkan jam 12 malam.
Di lain tempat, Arini setelah memberikan handphone milik security sekarang sedang menikmati segelas air teh juga satu mangkok mie instan.
Suara kriuk.. kriuk.. perutnya yang meronta ingin diisi jatah, terdengar oleh security.
Karena kasihan, akhirnya bapak security yang bernama pak Parman menyuguhi Arini dengan segelas teh juga semangkok mi instan yang selalu tersedia di ruang security sebagai bekal begadang.
"Terima kasih pak sudah membuatkan saya Mi! He he.. saya jadi malu." Ucap Arini bersemu merah pipinya.
"Gak pa-pa... sesama manusi harus saling tolong menolong." Ucap pak Parman.
"He he iya pak." Arini terlihat lahap menyiduk mi.
"Ngomong-ngomong, bu Arini benar-benar baru menikah?" Pak Parman tak percaya kalau Arini baru menikah. Pasalnya kebanyakan orang malam pengantin kan banyak di dalam kamar. Ini kok kaya yang lagi perang Ukraina.
"Bener pak.. besok saya bawa surat nikahnya ya! He he aku jadi malu-maluin ya pak? Terjebak di luar apartemen." Arini kembali ke mode awal tak mau terus-menerus berlarut dalam kesedihan. Meski dia tahu pak Parman juga telah mendengar suara horor di balik teleponnya tadi.
"Gak pa-pa kalau lupa bagaimana. Sering juga sih penghuni apartemen kaya gitu. Apalagi yang baru-baru. Beuhh... sering saya panggil tukang pintu tengah malam." Pak Parman bercerita seputar pengalamannya sebagai security.
"Ohh.. begitu ya pak?" Ucap Arini yang belum pengalaman tinggal di apartemen.
"Iya.. bu. Wah macem-macem bu penghuni apartemen mah. Ada yang beginilah.. begitulah.. udah gak aneh. Apalagi apartemen mewah seperti ini. Orang-orangnya banyak yang aneh bu." Pak Parman jadi akrab bercerita.
"Untung bukan alien ya pak? Gawat kalau penghuninya alien semua." Ucap Arini melawak garing.
"Ha ha... ibu bisa aja! Itu mah kiamat bu! Bisa-bisa security nya bukan saya lagi." Ucap pak Parman menimpali.
"Bapak jaga sendiri?" Arini tidak melihat ada orang lagi di dalam ruangan itu.
"Tidak bu. Kita bagi-bagi sift. Beberapa teman bapak lagi naik ke atas, kontrol apartemen. Bapak kebetulan tadi sore sudah. Sebentar lagi mereka juga turun." Terang pak Parman.
"Oh.. Kalau satu sift ada berapa orang?" Tanya Arini.
"Ada 5 orang. Tapi biasanya mereka harus tinggal sendiri di kantor. Nanti bagian yang di kantor biasanya sambil masak-masak untuk yang sudah gilir jaga. Pokoknya sudah ada jadwal tiap dua jam mereka keliling apartemen.
"Ohh.. begitu ya." Arini ber O ria.
"Maaf ibu bekerja? Atau ibu rumah tangga?" Tanya pak Parman ingin tahu profesi Arini.
"Saya dokter bedah pak." Jawab Arini polos.
"Wah.. masih muda sudah jadi dokter bedah. Hebat-hebat!" Puji pak Parman pada Arman.
"Ah biasa aja pak. Saya juga kaya bapak suka begadang kalau ada pasien darurat minta dibongkar." Jawab Arini.
"Loh... kaya barang aja bu dibongkar." Kata pak Parman agak ngeri-ngeri sedap.
"Iya pak. Dokter bedah itu lebih sadis dari pembunuh. Dia harus tegas dan berani membongkar tubuh manusia. Kalau tidak nyawa pasien taruhannya."
"Wah.. bener-bener ngeri bapak mah. Meski bapak seorang security suka mukulin orang tapi kalau sampai liat organ dibelek-belek mah ah... gak mau. Ngeri." Jawab pak Parman menggidikkan bahu.
"Permisi selamat malam pak!" Andre masuk ke ruang security.
Pak Parman melihat ke arah pintu melihat tamu yang datang. Pak Parman yang tidak mengenali wajah satu-persatu wajah penghuni apartemen menatap waspada pada tamu yang tak dikenalinya.
"Iya selamat malam."
"Maaf pak suami saya sudah datang. Saya permisi dulu. Saya ucapkan terimakasih buat teh dan mi nya ya pak. Maaf merepotkan!" Ucap Arini langsung berdiri begitu Andre melihat ke arahnya.
"Oh.. iy iya.. ini pak Andre? Suami bu Arini?" Pak Parman langsung menyodorkan tangannya.
"Saya Parman security di sini. Mohon maaf kalau tadi mengganggu bapak!" Pak Parman yang dituntut sopan demi kenyamanan penghuni apartemen meminta maaf pada Andre.
"Oh.. gak pa-pa. Saya mau jemput istri saya. Permisi." Andre pergi tanpa berbasa -basi lagi.
Arini mengikuti langkah Andre yang kakinya jauh lebih panjang dari dirinya.
Keduanya masuk ke dalam lift. Suasana sepi karena jam sudah menunjukkan hampir jam 1dini hari.
Keduanya memilih diam. Arini yang berdiri menyender di dinding lift melihat pada Andre yang berdiri di sampingnya sedikit lebih depan.
Mata Arini mendadak berair setelah melihat tanda merah-merah di sekitar leher Andre. Kebetulan jaket kulit Andre tidak berkerah tinggi dan dia tidak menutup resletingnya sehingga leher tingginya masih bisa terlihat jelas.
Tling
Pintu lift terbukalebar. Mereka keluar dari lift. Seperti dua orang bisu yang berjalan beriringan. Andre tak mau bicara begitu pun Arini.
"Mulai sekarang hafalkan nomor apartemen ini!" Andre menyebutkan beberapa angka pada Arini begitu dia menekan password pintu apartemennya.
Arini hanya diam tidak menyahut.
"Kalau masih lupa nanti aku tuliskan." Andre bicara kembali begitu keduanya masuk.
Arini masih diam.
Arini tak berani bicara apapun. Dia benar-benar menjadi dingin tak berekspresi. Begitu masuk dia langsung masuk ke kamarnya dan menjatuhkan dirinya di ranjang.
Andre yang masih punya perasaan bersalah melihat punggung Arini sampai punggung itu menghilang dari hadapannya.
Tak terasa subuh datang. Arini yang sudah memasang alarm di handphonenya bangun setelah mendengarnya. Dia bergegas mandi lalu shalat subuh. Setelah itu dia langsung memakai pakaian rapih untuk bekerja. Ya Arini akan berangkat jam berapapun sesuai jadwal operasi. Kadang ketika tidur pun terpaksa harus bangun untuk menyelamatkan jiwa pasien darurat.
Arini keluar kamar.
Dia kaget melihat Andre tertidur di sofa. Agar Andre tak mendengar suaranya dia berjalan berjinjit sambil menempelkan sesuatu di depan kulkas. Lalu perlahan dia memakai sandal capit keluar apartemen.
Kemarin dia belum sempat membawa barang banyak dalam kopernya. Sehingga Arini memakai apa adanya.
"Hah.. kaya maling takut ketahuan pemiliknya saja!" Imbuh Arini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Bisikan_H@ti
ya Allah, mengsedih! aku langsung talaq 3 kak😭😭
2023-03-17
1
Bisikan_H@ti
menyeramkan sekali kak, kalo inget bedah
2023-03-17
1
Bisikan_H@ti
hemmm😂😂
2023-03-17
1