Arini bersorak Yess dalam hati. Melihat kemenangan awal perjuangannya. Setidaknya Andre sudah mau mengambil keputusan menjadi suami sungguhan selama satu bulan ke depan.
"Mas mau kemana?" Melihat Andre hendak pergi. Tapi dia tidak membawa kunci mobil yang biasa digantung di rak kunci. Dugaannya Andre tidak akan pergi jauh.
"Makan." Jawab Andre. Kebiasaan Andre yang tidak mau mengotori apartemennya dia selalu makan di cafe jika lapar.
"Aku ikut... " Arini langsung memegang tangan Andre tanpa ragu.
"Ngapain kamu pegang-pegang tangan aku segala?" Andre rupanya belum terbiasa berdekatan dengan Arini.
"Kan mas Andre suamiku. Masa gini gak boleh
Harunya mas kaya gini sama aku." Dia membawa tangannya ke pinggang Arini.
Andre langsung menarik tangannya merasa canggung dan malu harus melakukan hal yang belum biasa dilakukannya pada Arini.
"Ih.. mas Andre. Kan katanya mau jadi suami sungguhan?" Arini cemberut.
"Kamu kalau mau ikut, ikut saja. Jangan banyak tingkah!" Andre membuka pintu apartemen.
Bersama dia membuka pintu matanya melihat sosok laki-laki yang sedang berdiri di depan apartemennya.
"Ngagetin aja!" Andre terkejut melihat tetangganya berdiri tepat depan pintu keluar
"Hai.. Arini. Perangnya sudah reda ya?" Kris memiringkan kepalanya ke sebelah kiri melihat Arini yang berada di belakang Andre.
"Hai tetangga.. " Arini pura-pura ramah untuk menguji Andre apakah dia akan cemburu atau tidak.
Andre menoleh ke belakang melihat sikap Arini yang juga memiringkan kepalanya melihat Kris. Kelakuan dua orang itu benar-benar kekanak-kanakan.
Ishh.. kaya anak tk saja kalian.
Gerutuannya hanya di dalam hati. Mata Andre menyorot tajama pada Kris yang masih berdiri di depan pintunya. Senyumannya mengembang melihat Arini. Dia tidak takut mesti Andre adalah suaminya. Karena dia sendiri tadi telah memergokinya tengah berciuman dengan Renata.
Andre berjalan ke depan mendahului Arini.
"Hei.. Arini. Kamu mau kemana?" Arini tertinggal di belakang sedang menutup pintu.
"Aku mau ke cafe lagi. He he.. " Arini nyengir kuda. Padahal tadi dia jutek sekali menghadapi Kris. Sekarang mendadak akrab, hanya karena dia sedang berakting.
Andre yang mendengar di belakang ada yang sedang berbicara, menoleh ke belakang. Ternyata istrinya malah akrab bicara dengan tetangganya. Dengan kesal dia memutar tumit lalu menarik tangan Arini menjauh dari Kris.
"Ingat ya! Kamu bisa memasak disini Arini!" Kris sengaja berteriak pada Arini memanas-manasi Andre begitu Arini menjauh berjalan menuju lift.
"Oke!" Arini pun membalasnya dengan berteriak.
"Apaan sih kamu? Berisik banget!" Andre mendengus kesal menarik bergelangan Arini lalu menghempaskan nya begitu pintu lift terbuka.
"Masuk!" Arini masih cengah-cengeh melambai-lambaikan tangannya pad Kris. Bahunya di dorong Andre agar masuk ke dalam lift otomatis Arini terhuyung ke depan dan hilang keseimbangan.
Brukk
Arini terjatuh di dalam lift karena kehilangan keseimbangan.
"Ih mas Andre kok kasar gitu!" Tangan Arini sepertinya terkilir karena ketika terjatuh ke lantai lift kedua telapak tangannya menopang badannya agar wajahnya tidak mencium lantai.
"Siapa suruh menjadikan aku suami sungguhan? Jadi rasain saja akibatnya!" Andre berdiri menyender ke dinding lift bersilang tangan di dada setelah menekan tombol pintu lift.
Arini berdiri sendiri. Andre tak membantunya untuk berdiri padahal dia barusan sudah mendorong keras Arini sampai tersungkur.
Arini berdiri di samping Andre sambil menyandarkan diri juga ke belakang dinding lift. Arini mengibas-ngibaskan tangannya yang kurang nyaman akibat terkilir. Sesekali dia menekan-nekan bagian yang sekarang mulai terasa sakit.
Dengan ujung matanya Andre melihat pergerakan Arini.
Apa tangannya terkilir?
Ada sesal dalam hati Andre karena telah berlaku kasar barusan pada Arini. Dia tidak bermaksud mencelakai Arini. Tapi di luar dugaan tenaga dorongnya lumayan kuat mendorong bahu Arini sampai tersungkur.
Andre hanya diam. Dia gengsi jika harus meminta maaf karena telah menyakiti Arini.
Tling
Pintu lift terbuka. Andre keluar diikuti Arini yang masih memijat-mijat pergelangan tangannya.
Andre masuk ke dalam cafe dan mencari posisi yang cocok untuk merokok.
Arini duduk di depan Andre.
Andre mulai memesan makanan dan minuman.
"Kamu mau pesan apa?" Andre agak menghaluskan suaranya.
"Aku... pengen makan berdua saja sama kamu mas." Jawab Arini.
"Ishh.. aku gak suka jika sendok dan garpu bercampur dengan bekas orang lain. Pesan saja sendiri!" Andre yang menderita OCD segalanya mesti terpisah dan harus steril.
"Ya udah aku pesan sama aja yang kaya mas tadi pesan." Arini malas untuk berdebat.
Andre memesan melalui waiters cafe itu.
"Mas aku boleh tanya gak?" Arini melihat Andre yang sedang memantik rokoknya.
"Ya?" Andre melihat ke arah Arini.
"Mas.. menderita OCD ya?" Arini sedang menelisik kebiasaan-kebiasaan Andre.
"Mmm.. gitulah! Memangnya kenapa kalau aku OCD?" Andre menghembuskan asap rokoknya ke samping atas agar tidak mengenai Arini.
"Gak pa-pa. Pengen nanya saja. Apa. sudah lama?" Tanya Arini.
"Tau. Entah sejak kapan aku begitu." Jawab Andre tak mau mengingat masa lalu yang menjadikannya seperti itu.
Makanan pun datang. Makanan dan minuman langsung ditata di atas meja. Arini padahal tadi sudah makan, tapi demi Andre dia kembali memesan makanan yang menunya sama dengan Andre Steak and potato.
Andre langsung membawa garpu dan dan pisau dia mulai mengerat. Begitupun Arini.
Tapi begitu dia mengambil pisau dan garpu kedua tangannya seolah tak bertenaga. Pisau dan garpu jatuh begitu saja di atas piring yang menyebabkan dentingan keras.
Andre melihat kejadian itu hanya menatap. Tak berani bertanya, karena dia tahu itu adalah akibat dirinya telah mencelakai Arini.
Arini tak mengeluh sedikit pun dia mencoba mengambil pisau dan garpu lagi, tapi kembali terjatuh.
Tanpa bicara Andre langsung membawa piring Arini yang belum tersentuh lalu menukarkan dengan piringnya yang steaknya sudah dipotong-potong kecil.
"Terimakasih mas!" Ucap Arini pada Andre yang telah menukarkan piringnya.
"Mmm." Jawaban singkat dengan sebuah deheman. Andre kembali memotong-motong daging yang masih utuh lalu memasukkannya satu persatu ke dalam mulutnya.
Arini dengan sekuat tenaga berusaha memegang garpu untuk menusuk dagingnya. Tapi alhasil garpu itu kembali jatuh.
Andre melihat Arini.
"Maaf mas.. aku tak bisa megang garpunya." Ahirnya Arini harus bicara terus terang pada Andre. Selain nyeri kedua pergelangan tangannya pun tak bisa bergerak leluasa.
Andre mengambil garpu punya Arini lalu menusuk potongan daging steak dan mendekatkan pada mulut Arini.
Arini langsung membuka mulutnya menyambut suapan Andre. Dia tersenyum tulus sambil mengunyah stek itu dan menatap suaminya yang begitu tampan.
Andre yang ditatap Arini mengalihkan pandangannya.
Ishh... coba matamu ditertibkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Mom La - La
wkwkwk, kyaknya polisi tidurx blum bngun.
2023-03-19
0
linda sagita
entar kamu yg pengen nempel terus. liat aja nanti
2023-03-08
1
kookv
butuh satpol PP untuk menertibkan...
2023-02-08
2