Jangan siksa diriku seperti ini. Aku tak mencintainya...
Andre dengan wajah lesu juga tak bersemangat menghempaskan tubuhnya di sofa. Aktivitasnya hari ini begitu menguras emosi. Bukan emosi marah, tapi lebih ke menahan hasrat yang jika terpantik bisa meledak bagai bom Hirosima.
Bisa dibayangkan bagaimana jantung dan darahnya naik turun karena harus beberapa kali berdekatan bahkan menyentuh area terlarang. Andre bukan seorang dokter atau perawat yang sudah biasa mengurus pasien seperti itu sebagai pekerjaannya. Tapi dia seorang laki-laki dewasa yang kedudukannya sebagai suami.
Selain mengurus kebutuhan pribadi Arini seperti makan, minum ada juga hal lain yang membuatnya semakin lemas. Tatkala dia harus mengurus hajatnya yaitu buang air kecil juga buang air besar yang setengah mati dia menahan jijik. Dan sekarang setelah dia mengurus Arini membantunya menggosok gigi sebelum tidur, entah kemana semua energi menguap. Dia sangat lelah jiwa juga lemas hati manakala dia juga harus terus menerus seperti goal coaster.
Ah.. apa menyerah saja? Masih ada beberapa hari yang harus kujalani seperti ini. Ah.. aku menyesal telah membuat dia seperti itu.
"Mas Andre aku mau tidur." Arini yang sedang duduk di samping Andre berdiri akan pergi ke kamarnya.
"Heh.. kamu tidur di kamarku saja! Biar kalau malam-malam kamu ke toilet, kamu bisa mudah membangunkan aku." Suaranya terdengar lemas.
"Beneran aku harus tidur di kamar mas Andre?" Wajah Arini nampak sumringah mendengar penawaran Andre.
Hmmm.. akhirnya dia mau jadi suami sungguhan.. Ya Allah.. Terima kasih atas musibah ini. Mungkin musibah ini yang membuat mas Andre menjadi dekat denganku.
"Heh.. kamu jangan mesum! Aku nyuruh kamu tidur doang. Bukan buat apa-apa." Andre menoleh setengah mendongak pada Arini yang sudah berdiri di belakang sofa.
"Gak pa-pa lah mas Andre mesum juga. Kan halal. Daripada mesum sama yang haram?"
"Heh.. elu nyindir sama gue? Gak tahu diri lo!" Andre berubah lu.. gue, kalau lagi kesel sama Arini.
"Gak nyindir mas.. itu kenyataan. Mas Andre aja buta." Ketus Arini yang tidak mau Andre selalu saja menyalahkan dirinya.
"Eh.. awas ya.. kalau nanti kebelet. Gue gak bakalan urus elu, baru tahu rasa!" Andre mengancam Arini.
Arini terdiam. Saat ini memang bukan pilihan jika harus banyak berdebat dengan Andre. Bisa-bisa rencana membuat Andre menjadi suaminya gagal.
Arini melangkah ke kamar Andre.
"Wah.. nyaman banget kamarnya. Dia memang benar-benar cowok metropolitan." Arini melihat interior kamar Andre yang di desain khusus dengan lampu-lampu mewah. Belum ranjangnya dengan sprei bulu-bulu empuk karpet-karpet tebal khas Turky memenuhi lantai kamarnya.
Arini penasaran dengan kamarnya Andre. Dia berjalan ke arah Wardrobe. "Aih... bajunya tertata rapih." Semua ruangan yang ada di kamarnya benar-benar menakjubkan Arini. Ini mirip kamar para sultan era zaman Turki.
Masih penasaran dengan toilet yang ada di kamarnya. Arini mendorong pintu melihat toilet yang ada di kamar Andre.
"Amazing banget... ini toilet lebih mewah dari kamar mandinya hotel suite presidential. Wah... pantas saja laki-laki itu sampai muntah-muntah nyebokin aku. Bagaimana nanti kalau aku kebelet terus kotoran gue sampai netes di lantai? Dia pasti ngamuk lihat lantai glowingnya ternodai. Hah..emang kotorannya keluar emas apa? Sampai aku sekhawatir itu. Arini menyusuri semua sisi toilet Andre yang wah juga mewah. Sangat sayang ruangan semewah ini hanya untuk buang kotoran. Arini terkekeh sendiri.
"Eh.. apa Renata tahu apa yang selama ini menimpa Andre. Apa mereka suka menghabiskan berdua?" Imajinasi Arini sedang menerawang. Apalagi di malam pengantinnya Arini melihat tanda-tanda merah di sekitar leher Andre. Kemungkinan besar mereka sering menghabiskan waktu seperti itu. Itu yang dipikirkan Arini. Padahal itu adalah kali pertama Andre menyentuh perempuan.
"Kamu lagi ngapain disitu?" Tiba-tiba suara Andre mengagetkan Arini yang sedang menelusuri toilet mewahnya Andre.
"Aih.. " Arini memegang dadanya kaget. Hampir saja jantungnya melompat. Dia yang sedang membayangkan Andre bersama Renata, lalu tiba-tiba dikagetkan suara Andre. Perasaannya seperti ketahuan memergoki orang yang sedang mesum.
"Kamu mau buang hajat?' Andre tak tahu kalau Arini sedang mengagumi toilet miliknya, bukan ingin buang hajat.
"Mmm.. tadinya iya. Tapi sekarang enggak." Bohong Arini menutupi rasa malu nya jika ketahuan dia sedang mengagumi toilet miliknya.
"Kalau mau sekarang aja! Mumpung aku belum tidur. Jadi gak repot harus menyiapkan alat-alat." Pinta Andre yang mau mengambil saring tangan baru siap-siap untuk membantu Arini.
"Tidak mas Andre. Aku.. mau tidur saja!" Ucap Arini ingin keluar dari toilet miliknya.
"Ya udah. Aku juga sudah ngantuk mau tidur." Andre mengikuti Arini dari belakang.
"Sebentar! Kamu berdiri disitu dulu!" Andre menyuruh Arini untuk berdiri.
Mmm.. ngapain dia menyuruh aku berdiri?
Tak lama kemudian Andre membawa sebuah parfum khusus.
"Sini balik!" Andre menyuruh Arini menghadap wajahnya.
Arini memutar tumit lalu menghadap Andre.
"Apa itu?" Arini melihat Andre membawa sebuah botol parfum.
"Ini parfum. Masa iya obat nyamuk."
"Buat apa?" Arini penasaran.
"Ya buat nyemprotin elu lah! Masa iya nyemprotin tikus." Andre langsung menyemprotkan ke beberapa bagian tubuh Arini. Belahan dada dan punggungnya juga are ketiak tidak lupa.
"Ngapain mau tidur harus disemprot parfum?" Baru kali ini dia melihat ada orang menyemprotkan parfum ketika mau tidur.
Aih... jangan-jangan dia mau merawanin aku malam ini?
Arini menggidikkan bahunya. Meski dia seorang istri yang harus siap kapan saja disentuh suami, tapi dia benar-benar takut dan nervous.
"Kamu ngapain menggidik kaya gitu? Kaya lihat hantu aja!" Andre menyimpan parfumnya.
"Mmm.. enggak." Suara Arini agak tercekat menjawab pertanyaan Andre.
"Sudah sekarang kamu tidur! Andre membukakan selimut untuk Arini.
"Mmm.. aku harus tidur disana ya?" Tanya Arini gugup.
"Memangnya mau dimana? Mau di sofa?" Andre meski begitu, dia bukan tipe laki-laki yang sadis membiarkan Arini tidur tersiksa di sofa. Dia yakin tangannya yang seperti itu saja sudah kesakitan. Apalagi kalau dia tidur di sofa. Khawatir tangannya malah tidak nyaman.
"Mmm.. baiklah. Kamu tidur dimana?" Jantung Arini kian berdegub kencang.
"Mau ditemenin tidur? Jangan mengkhayal kamu! Gue tidur di sofa. Takut gue khilap nimpuk tangan kamu."
"Mmm.. " Arini perlahan membaringkan tubuhnya.
Andre merapihkan jubah mandinya Arini agar tidak terbuka. Lalu menyelimuti tubuhnya sampai are dada.
"Kamu nyaman?" Tanya Andre tak mau Arini menderita.
Arini mengangguk pelan.
Mmm.. selain tampan dia juga sebenarnya romantis. Ah.. beruntungnya Renata mendapatkan Andre.
Arini bergumam
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
💙« احت كمفرت»💙
Maaf ya Bang aku ngatawain kamu 🤭 jangan di kutuk ya akunya 🤣
2023-03-18
1
💙« احت كمفرت»💙
Jangan bilang tak Abang, belum 😁
2023-03-18
1
kookv
tenang Rin... jodoh ga kemana....
2023-02-11
1