Bab 8

Waktu berubah menjadi siang. Kakek meminta anak-anak dan saudaranya untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk nanti malam. Ini memang mendadak sekali, tapi bagi mereka semua tidak masalah.

Ibunda Tia juga punya sifat iri terhadap keluarga Dara, meskipun mereka bersaudara.

"Calonnya Dara orang kaya, Tia juga harus dapat pacar yang lebih kaya dari calon tunangan Dara. "

Ucap batin Ibunda Tia.

Dia menginginkan anaknya dengan orang yang lebih kaya, sedangkan Tia menginginkan Ali untuk menjadi pendamping hidupnya.

Tia diam-diam datang menemui Ali di rumahnya. Kebetulan saat itu Ali sedang berada di luar, duduk di kursi panjang yang ada di teras rumah.

"Mas Ali. "

Sapa Tia dengan senyuman menggoda.

"Ngapain dia kesini. "

Ucap batin Ali.

"Oh iya, ini kesempatan aku buat tanya-tanya sama Tia tentang Dara. "

Batin Ali berkata lagi.

Ali menyuruh Tia untuk duduk di sampingnya. Hati Tia bahagia sekali, karena baru kali ini dia meminta Tia untuk duduk di samping Ali. Tia melangkahkan kakinya menuju kursi panjang yang telah di duduki Ali dan duduk di samping Ali.

"Sini deh. Aku boleh nanya gak....? "

Tanya Ali kepada Tia.

"Bo.. Bolehh banget dong. "

Jawabnya dengan senyum.

"Kamu tau, siapa calon tunangan Dara. "

Tanya Ali sambil menghisap sebatang rokok.

"Tau banget dong. Dia itu namanya Leon. Padahal mereka baru ketemu dua kali doang loh, tapi Dara langsung kepincut begitu saja, dasar cewe gatel. "

Jawab Tia sambil menjelekkan nama Dara.

"Kamu tau alasan Dara mau dengan dia....? "

Tanya lagi Ali penasaran.

"Leon itu anak orang kaya, mereka kesini pake mobil merah yang mewah, Leon juga sudah jadi pemuda sukses, wajar saja jika Dara tertarik, dia kan mata duitan. "

Jawab Tia lagi, membawa-bawa nama Dara.

"Ooh jadi dia tertarik dengan laki-laki itu karena materi. Yayaya, saya sadar diri, saya ini bukan siapa-siapa. "

Ucap Ali merendah.

"Jangan begitu, bagaimanapun juga mas Ali itu pria idaman yang dari dulu aku kagumi. Tapi malah mas Ali lebih milih Dara ketimbang aku yang setia. "

Jawab Tia memuji Ali.

Ali sama sekali tidak tergoda dengan rayuan Tia, dia masih mencintai Dara sepenuhnya, meskipun Dara akan dimiliki oleh orang lain.

*****

Sore kemudian.

Semua keperluan untuk nanti malam sudah selesai. Sebenarnya Ibunya Tia ingin membuat acaranya berantakan, tetapi dia takut jika ketauan oleh kakek, wajar saja dia takut, karna dia masih tinggal juga dirumah kakek.

Rumah kakek lumayan besar, sehingga banyak orang yang sering menginap di rumah kakek. Kakek melarang anaknya untuk membuat rumah, agar semua anaknya berkumpul di rumah tua kakek.

Sebelum acara di mulai, Dara di rias oleh perias handal di kampungnya, agar terlihat lebih cantik dan menarik saat keluarga calon datang untuk melamar Dara.

Malam kemudian.

Terlihat rombongan 5 mobil datang dan parkir di depan rumah kakek. Dara melihat dari tirai jendela ruang tamu.

"Ko aku deg-degan kayagini. Aku harus panggil mama buat buka pintu. "

Ucap batin Dara. Dara meminta ibunya untuk membuka pintu.

Sedikit terharu, karena ini pertama kalinya untuk keluarga besar kakek menerima lamaran cucunya.

Acara di mulai, mereka semua berkumpul jadi satu, di ruang tengah.

Disaksikan oleh banyak orang, tetangga dan keluarga Dara, juga keluarga Leon.

Dara merasa bahagia banget saat ibu Leon memakaikan perhiasan untuk Dara.

"Cantik sekali."

Kata ibunya Leon.

Dara tersipu malu mendengar pujian dari ibunya Leon.

"Iiih kenapa harus dia duluan sih yang tunangan, harusnya kan aku yang lebih cantik, nyebelin banget deh, aku juga pengin di pakein perhiasan mewah kaya Dara. "

Ucap batin Tia yang selalu iri melihat keberuntungan Dara.

Ali penasaran dengan calon tunangan Dara. Dia melintas sebentar di depan rumah Dara yang masih setempat dengan kakek,

"Sekaya apa sih calon tunangan Dara. "

Ucap batin Ali sambil mengintip.

Kebetulan saat itu Dara dan Leon sedang berfoto-foto untuk mengabadikan moment yang indah ini.

"Ooh jadi itu tunangan Dara, yah pantas saja aku dibuang. Dia ganteng dan kaya, siapa yang gak mau sama dia. "

Ucap batin Ali dengan sadar diri.

Kejadian ini membuat Ali semangat mencari kerja. Dia tak ingin di pandang sebelah mata oleh orang-orang termasuk orang yang di cintainya.

"Aku harus bekerja keras dan punya uang banyak. Siapa tau jika aku sukses, dia mau balik lagi sama aku. Saat ini mereka hanya sekedar tunangan, bukan menikah, jadi aku akan mengejar cintaku sebelum janur kuning melengkung. "

Ucap batin Ali lagi.

Tak sengaja, Dara mendapati Ali yang saat itu melihati dirinya dengan Leon.

"Ali, ngapain dia kesini. "

Ucap batin Dara.

"Ya Tuhan, lupakan aku pada dia, aku ingin membuka lembaran baru dengan Leon. "

Dara melihat Ali dari luar jendela yang ada di depan rumahnya.

Tak mau berlama-lama menyaksikan Dara dengan orang lain, akhirnya Ali pergi, dan menemui salah satu teman karibnya yang bernama Farel.

Kebetulan saat itu Farel sedang berada di luar rumahnya, dia duduk di teras rumahnya ditemani dengan secangkir kopi dan satu bungkus rokok.

Ali melihat motor baru Farel yang terpajang di halaman depan.

"Dari mana lu bro. " Tanya Ali kepada Farel.

"Abis beli roko tadi, sini duduk. "

Ucap Farel meminta Ali untuk duduk di sampingnya.

"Pengin deh gue punya motor. Masa hidup gue begini melulu. "

Kata Ali sambil melamun.

"Motor lu emang kemana..??? "

Tanya Farel sambil menikmati secangkir kopi.

"Semenjak bapak gue masuk ke penjara, ekonomi keluarga gue jadi sangat surut, ema gue juga gak kerja, terpaksa gue jual motor yang gue punya. Pusing rel. "

Jawab Ali sambil memegangi kepala dengan kedua tangannya.

Keadaan Ali memang sangat rumit saat ini, itu juga salah satu alasan Dara mempertimbangkan hubungannya dengan Ali. Dara merasa sudah memilih keputusan yang benar.

"Gue pengin kaya Rel, Dara pergi ninggalin gue dan memilih pria yang lebih kaya dibandingkan gue. "

Ucap Ali menceritakan tentang hubungannya dengan Dara.

Farel mendengarkan keluh kesah Ali, dan menengok ke arah Ali.

"Mau ikut gue gak. "

Tawaran Farel untuk Ali.

"Kemana...? "

Tanya Ali.

"Ikut gue berlayar di Bali, bahkan sampai ke luar negri. Gajinya banyak, asal kuatin aja tenaganya. "

Ucap Farel sambil menyodorkan roko kepada Ali.

"Setaun aja, kamu udah bisa beli rumah. "

Sambung Farel lagi.

Ali merasa sangat tertarik dengan penawaran Farel. Dia juga percaya dengan ucapan Farel.

Ali fikir, ini adalah kesempatan untuknya, untuk bisa merubah hidupnya yang saat ini sedang kesulitan masalah ekonomi.

"Kamu serius mau ajak aku..??. "

Ali mencoba memastikan.

"Serius lah. Gimana..? Mau gak. Kalo mau tar gue bilang sama bos gue. "

Ucap Farel.

"Mau. Mau banget. "

Jawab Ali dengan semangat.

Mereka berdua akhirnya akan berlayar bersama sekitar seminggu lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!